Alex beranjak dari dapur, membawa sepiring pisang goreng crispy buatan Dina. Langkahnya memelan melihat Aling keluar kamar dengan wajah panik.
"Aling..."
"Mas El mana, Ko?"
"El lagi main catur sama om Agam. Kamu kenapa sih panik gitu?" Aling tak menjawab dan melanjutkan langkah menuju teras. Alex yang merasa terabaikan segera menyusul kekasihnya.
"Mas El." Niol urung menggerakkan pion, lalu mendongak melihat Aling sudah berdiri disamping meja.
"Mbak Kasih, mas.""Aling... Kasih kenapa?"
"Tadi dia terima telfon nggak tau dari siapa, trus tiba-tiba nangis sambil nyebut ibunya."
Tanpa bertanya lagi, Niol beranjak meninggalkan semua orang di teras menuju kamar. Dengan langkah cepat dia merangkul Kasih yang duduk ditepi kasur.
"Kamu kenapa, Yang?" Kasih mengangkat wajahnya yang basah.
"Ibu... Ibu jatuh di kamar mandi. Dia masuk rumah sakit." Niol tersentak, lalu memeluk Kasih yang kembali terisak.
"Aku harus pulang, Yang. Ayah masih di Kalimantan, dia nggak bisa pulang sekarang." Tanpa pikir panjang Niol mengangguk, lalu mengusap pipi basah kekasihnya seraya mengucapkan kata-kata hiburan agar Kasih lebih tenang."Sekarang beresin semua barang-barang kamu, kita pulang."
"El, ada apa?" Alex diikuti Aling masuk kamar, tak lama Agam dan Dina menyusul.
"Lex, ibunya Kasih masuk rumah sakit. Kita pulang sekarang nggak papa kan?" Alex menatap Aling dan dibalas dengan anggukan setuju.
"Oke. Nggak masalah."
Jadwal liburan mereka harusnya sampai besok sore, tapi Alex kesini menumpang mobil Niol, jadi mau tidak mau dia harus menurut. Tidak mungkin Alex menumpang Audi Natta yang hanya nyaman untuk dua orang. Atau menumpang mobil Agam? Itu tidak mungkin lagi, karena ayahnya Natta masih akan tinggal beberapa hari di villa.
"Eh.... Naya?" Niol melihat sekeliling tapi tak menemukan adiknya itu.
"Pagi-pagi Natta sudah mengajak Naya bersepeda." Dina menjawab.
Niol merogoh ponsel, mengotak-atiknya sebentar sebelum menempelkan ke telinga.
Lagu Doraemon terdengar nyaring, Niol berdecak, ternyata ponsel Naya tertinggal di kasur."Kebiasaan itu anak." Niol kembali mengotak-atik ponsel untuk menghubungi Natta. Sebelum mendial nomor yang dia cari, Agam sudah menepuk bahunya.
"El... Nggak usah khawatir soal Kanaya. Pulanglah, saat ini Kasih lebih membutuhkan kamu."
"Tapi, om...." Agam tersenyum, mengerti kekhawatiran seorang kakak yang harus meninggalkan adik perempuannya menginap bersama kekasih dan keluarganya.
"Ada om, ada oma. Naya akan baik-baik aja disini. Nanti Natta yang akan mengembalikan dia, tanpa kurang suatu apapun. Om jaminannya." Niol terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk, walaupun masih ada sedikit keraguan di hatinya.
"Kalau begitu titip adik saya ya, om." Agam mengangguk dan kembali meyakinkan Niol bahwa semua akan baik-baik saja.
******
"Bener-bener seger udara disini, Ta." Natta mendongak sedikit menoleh ke belakang, tersenyum melihat Naya yang menempelkan perut ke punggungnya untuk merentangkan tangan dengan mata terpejam.
Tadi Naya bilang ini pertama kalinya dia liburan ke Puncak. Jadi tidak heran kalau anak itu terlihat excited menikmati pagi yang segar dengan hawa dingin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...