"Niooll banguunn!" Naya sudah naik ke kasur Niol, menggoyang-goyangkan lengan kakaknya yang tidak bergerak.
"Bangun, Yooolll! Udah jam sepuluh." Kini Naya berteriak tepat di telinga Niol membuat pemiliknya mengusap-usap telinganya yang pengang.
"Apa sih, Nay. Gue baru sampe tadi subuh, masih ngantuk. Awas ah." Niol menutup kepalanya dengan bantal.
"Gue tau lo pulang dianter pake heli Eyang Kakung, jadi nggak mungkin capek. Ayo bangun, Bang, bantuin gue masak." Naya kembali menarik-narik tangan Niol yang masih memejamkan mata.
"Di kulkas banyak makanan yang gue bawa dari Bandung, abisin sana. Tapi jangan ganggu gue." Naya langsung mengambil bantal yang menutupi wajah Niol.
"Gue mau masak buat Natta, Junior. Lo tega apa hubungan asmara adik lo ini kaku terus kaya kanebo kering?" Tentang kejadian di Puncak, Naya memang sudah menceritakannya pada Niol. Tentu saja Naya yang disalahkan karena bercandanya kelewatan. Karena Niol sendiripun tidak suka kalau penyakit dijadikan bahan candaan.
"Ayo buruaaann, biar gue bisa bawa ke kantor Natta sebelum makan siang." Naya terus memaksa Niol bangun, sampai kakaknya itu menyerah.
"Percintaan lo nyusahin gue mulu."
"Kan elo yang ngenalin gue sama Natta, tanggung jawab lah."
Niol akhirnya beranjak seraya menarik kepala Naya sampai adiknya itu terjengkang di kasur.
"Sakit, curuutt!"Niol bergeming, terus melangkah gontai menjauhi kasur.
"Mau kemana? Jalan dapur itu kesana." Niol menghentikan langkah karena Naya menahan lengannya.
"Lo mau pake belek gue buat campuran masakan lo? Ya udah kalau mau, ayo."
"Jorok ih!" Naya menghempaskan tangan kakaknya.
"Yaudah sana bersihin, gue tunggu di dapur." Naya mendorong punggung Niol masuk kamar mandi sebelum melenggang ke dapur.Naya mengeluarkan semua bahan yang sudah dibeli semalam. Rencananya dia akan membuat nasi goreng saja yang mudah. Iya, mungkin mudah bagi semua orang, tapi tidak dengannya.
Walaupun sudah beberapa kali menemani tante Ami atau oma Dina memasak, tapi rasanya belum berani kalau melakukannya sendiri. Apalagi masakan kali ini spesial buat Natta untuk memperbaiki hubungan mereka, Naya tidak mau hubungannya semakin buruk karena menyajikan masakan yang buruk. Dan Niol yang bisa memasak pun jadi solusi jitu buat Naya.
Naya senyum-senyum sendiri melihat benda yang sedang dia pegang. Dia yakin usahanya kali ini pasti akan mengembalikan kehangatan sikap Natta yang sudah dia rindukan.
"Apaan itu? Kok gue baru liat?" Niol sudah masuk dapur sambil meneguk air putih.
"Semalem gue beli buat bikin telor ceplok. Bagus nggak?" Niol mengambil Teflon berbentuk hati dari tangan Naya kemudian berdecak.
"Alay." Ucapnya, melempar benda itu ke meja sampai mengeluarkan bunyi.
"Niiooolll..." Naya hampir melayangkan kesayangannya ke kepala Niol andai saja kakaknya tidak cepat bersuara.
"Berani nimpuk, nggak gue bantuin." Ancamnya sambil menunjuk Naya, sesekali menjulurkan lidah.
Naya hanya berdesis kesal, menampik telunjuk Niol lalu menghentakkan kaki, memutar badan sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya sampai mengenai wajah kakaknya. Niol terkikik sendiri melihat kelakuan adiknya sebelum melihat bahan makanan di meja.
Naya sudah bilang akan membuat nasi goreng, setelahnya Niol menyuruh Naya mengupas bawang dan bumbu yang lain.
"Ini udang buat apaan?" tanya Niol melihat Naya menaruh udang yang sudah dicuci di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...