Nattalova - 55

2.5K 179 19
                                    

Takdir memang tidak ada yang tahu. Disaat sangat mengharapkan sesuatu, Tuhan seolah mengabaikan doa-doa kita. Tapi disaat kita menjalani semua dengan ikhlas dan pasrah akan semua ketetapannya, apa yang kita harapkan datang tanpa diduga.

Seperti Naya, beberapa bulan ini dia lebih santai menjalani kehidupannya. Saat membantu Sarah merawat Leo pun hatinya tidak bergejolak untuk cepat memiliki buah hati seperti sebelum-sebelumnya. Semua berjalan begitu saja, menikmati hari-harinya tanpa beban.

Belum lagi dengan kesibukannya beberapa waktu lalu menemani Natta belajar untuk menghadapi ujian tesis. Pikiran tentang anak pun seolah menyingkir dengan sendirinya. Usaha dan doa tetap dilakukan seperti biasa, tapi tidak menggebu-nggebu. Benar-benar mereka jalani seperti air mengalir.

Dan rencana Tuhan memang indah, melebihi yang dibayangkan umatnya. Saat tidak terlalu dipikirkan, apa yang mereka harapkan justru datang. Dan benar kata pepatah kalau semua akan indah pada waktunya. Dan sekarang lah waktu itu, dimana kepercayaan Tuhan datang disaat Natta sudah menyelesaikan kuliah masternya. Benar-benar anugerah yang datang disaat mereka tidak mempunyai beban apapun.

Sekali lagi Naya tersenyum, memandangi foto hitam putih ditangannya, seolah tak ingin berhenti bersyukur atas rejeki Tuhan ini. Saat taksi yang ditumpanginya berhenti, ia memasukkan foto itu kedalam amplop putih, bergabung dengan kertas hasil pemeriksaannya kemarin lalu memasukkannya kedalam tas.

Naya keluar taksi sambil membawa buket bunga mawar putih berukuran besar yang dihiasi pita warna biru, serta boneka wisuda berukuran sedang. Sambil menempelkan ponsel ditelinga, ia berjalan menuju aula kampus dimana acara diadakan.

Naya melambaikan tangan kearah Natta yang menjadi lawan bicaranya ditelfon. Suaminya itu tengah duduk bersama teman-temannya, sementara dia duduk di tribun bersama tamu undangan yang lain.

Sebenarnya minggu lalu Agam berencana datang ke Inggris untuk menghadiri wisuda anaknya. Tapi dua hari yang lalu dia mengabarkan berhalangan hadir karena ada pekerjaan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Natta tidak mempermasalahkannya, toh disini sudah ada istrinya.

Sepanjang acara Naya tidak lepas dari kamera milik Natta, ia mengabadikan setiap prosesi yang dilakukan suaminya, termasuk saat Natta dan teman-temannya berkumpul di halaman untuk berfoto bersama dan melempar graduate cap ke udara.

Ketika suaminya itu mendekat, Naya membiarkan kamera mengalung di leher lalu mengambil buket bunga dan boneka yang diletakkan dikursi taman.

"Congratulations, my lovely hubby." Natta menerimanya, mencium bibir Naya sebentar sebelum memeluknya.

"Makasih, Sayangku."

"We..." Naya menggantungkan kalimatnya, membuat Natta menatapnya bingung.

"We?"

"Eh ... I mean ... I'm proud of you, baby. Can we take a picture now?" Naya meralat kalimatnya, merasa belum saatnya kejutan itu dikeluarkan.

"Of course."

Setelahnya Naya mengangkat kamera untuk berselfie berdua. Kemudian Natta meminta tolong temannya untuk memotret mereka. Berbagai gaya sudah dilakukan, Naya juga menjabat beberapa teman Natta yang mengucapkan selamat pada suaminya.

"Handphone kamu bunyi tuh," kata Naya mendengar nada dering suaminya.

Natta merogoh ponsel disaku celana, "Ayah. Pasti dia mau ngucapin selamat." Pria itu tampak semangat menggeser layar sambil merangkul istrinya.

"Assalamualaikum, Yah. Ayah pasti mau ngucapin Natta selamat ya. Hahahaa, kali ini Ayah harus mengakui kalau Natta lebih hebat dari Ayah."

Naya yang mendengar kepedean suaminya hanya terkekeh, menggelengkan kepala sambil melihat hasil foto mereka. Fokus dengan kamera, Naya sampai tidak menyadari perubahan ekspresi Natta.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang