Nattalova - 44

2.3K 165 69
                                    

"Papaaa....."

HAHAHAAAHA

Langit tertawa sampai terbahak berlari masuk kamar, menutupnya cepat, menguncinya rapat.

"Papa buka pintunyaaa.....!" gedoran pintu terdengar keras bersamaan dengan teriakan Naya.

"Udah malem, Kak. Jangan berisik." Sahut Langit menatap pintu kamarnya yang tertutup.

"Papa yang mulai... Buka, Pa."

"Ya udah gedor aja sampe lebaran kucing, Papa mau tidur. Good night, sweetheart."

"Aaarrgghhh... Papa nyebelin! Awas ya nanti Naya bales!" kesal Naya memukul pintu sekali lagi sebelum berlalu.

Sementara itu Langit berjalan menuju ranjang, masih memegangi perutnya yang sakit akibat kebanyakan tertawa setelah puas mengganggu anak perempuannya.

"Ada apa sih ribut-ribut?" Lintang keluar kamar mandi sudah memakai baju tidur, duduk di meja rias untuk membersihkan sisa make up hari ini.
"Pasti gangguan anak gadisnya lagi."

Langit menjatuhkan pantatnya ke ranjang, bersandar pada kepala petiduran sambil memandangi istrinya.
"Salah sendiri malem-malem dia ngelamun di ruang kaca. Yaudah Papa ajak Oska aja buat lemparin kucing kearahnya. Jejeritan deh itu anak. Hahaaha."

Langit kembali tertawa, teringat paniknya Naya saat kucing lemparannya melompat melewati kepala dan sukses mendarat di pangkuan anaknya. Naya yang memang takut kucing sampai lari tunggang langgang di ruangan kaca, membuat Langit dan Oska tertawa puas.

Lintang hanya menggeleng, suaminya ini memang tidak berubah soal kejahilan. Tidak ingat umur.

Tapi tiba-tiba ia terdiam mengingat kejadian tadi pagi di villa. Melihat suasana hati Langit sedang baik, mungkin sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu suaminya.

Dengan rambut yang sudah tergerai, Lintang naik ke ranjang, ikut bersandar.
"Udah belum ketawanya, ada yang mau Mama omongin."

"Mau ngomong apa sih, minta jatah?"

"Iiihhh...!" Lintang langsung memukul lengan suaminya geram.
"Serius, Pa."

"Jangan serius-serius nanti cepet tua lho." Lintang mendengus, melipat kedua tangannya didada.
"Astagaa, kalau begini aku benar-benar akan memakanmu, Sayang." Lintang melebarkan mata, mengikuti pandangan Langit yang menatap dadanya yang tertekan tangan. Detik itu juga ia melepas lipatan tangannya.

"Tau ah." Lintang ingin merebahkan diri tapi Langit menahan.

"Bercanda ih, sensi banget kamu." Akhirnya Langit membawa Lintang bersandar didada bidangnya.
"Ya udah sekarang mau ngomong apa? kayanya serius banget sampe uring-uringan gini."

Lintang terdiam sesaat sambil memainkan kancing piyama suaminya.
"Bahas sejarah kita yuk."

"Jadi masalah serius yang kamu maksud cuma mau ngomongin sejarah kita? Ya ampun, kamu mau mengingat seromantis apa aku dulu?" Lintang memukul dada suaminya pelan.

"Pa..."

"Iya, oke, janji sekarang serius. Jadi bagian mana yang mau kamu bahas?" Lintang tersenyum menikmati usapan lembut Langit pada rambutnya, rasanya basa basi sedikit akan lebih baik dari pada langsung to the point.

"Dulu apa yang Papa rasakan waktu tau kita pernah ketemu waktu kecil? Tentunya selain kaget dan terkejut."

"Hhhmm... yang pasti Papa seneng banget dan nggak nyangka takdir bakal seunik ini. Kaya di film-film." Langit mengakhiri kalimatnya dengan terkekeh pelan.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang