Seharusnya ini di up tanggal 22 Des kemarin,
tapi karena idenya mepet dan ada sedikit kendala, baru bisa up sekarang heheheesemoga Edisi Kangen ini bisa jd obat buat yang kangen Nattalova Family, terutama Twins Seva-Sena xixixxixi
happy reading...
*awas mata pedes, karena panjang banget wkwkwkwk
****************
Selimut tebal itu menggelembung di atas kasur. Di dalamnya ada dua bocah kembar yang sedang kasak kusuk berdiskusi serius.
"Nggak perlu kayak gini, Sena. Gelap."
Sena menahan Seva yang ingin membuka selimut. "Ini cara paling aman biar nggak ketahuan."
"Kalau gitu mending—"
"Udah, Va, kali-kali kamu nurut sama aku."
"Tapi, Sena,—"
"Ssttt, jangan berisik. Sekarang keluarin, uang kamu ada berapa?"
Seva menghela napas panjang, lelah berdebat, lalu mengambil gulungan uang dari saku piyama. "Ini."
"Berapa?"
"Ya segini."
"Nggak kelihatan."
"Tuh, kan. Apa aku bilang? Gelap, kan? Ngeyel, sih." Seva membuka selimutnya cepat, lalu melompat dari kasur menuju pintu. Klek. Terkunci.
Sena menyengir sambil menggaruk kepala belakangnya. "Kok aku nggak kepikiran ngunci pintu ya. Hehehe."
Dengusan Seva terdengar sebelum bergabung lagi dengan kembarannya di atas kasur. "Sekarang mana uang kamu?"
Sena mengeluarkan beberapa lembar dari saku piyama.
"Kok cuma segini? Kamu pake jajan, ya? Beli gulali lagi?"
"... enggak kok."
"Bohong. Harusnya jumlah uang kita sama, lima, punya kamu kurang dua lembar, Sena. Ngaku! Kamu pake buat apa?"
Sena diam. Setelah Seva bilang 'bohong itu dosa', barulah dia bersuara dengan mengerucutkan bibir. "Emmm... Tadi pas aku nungguin kamu ngaji, Mang Ujang yang jualan mainan itu lewat, terus Ikhsan ngajak beli petasan. Terus..."
Helaan napas Seva menghentikannya. Besok adalah hari ibu, sejak lima hari yang lalu mereka berdua sepakat tidak jajan. Uangnya dikumpulkan untuk membelikan Mommy hadiah. Karena tidak mungkin memecahkan celengan ayam, mereka tidak seberani itu. Takut dimarahin kalau ngotak-atik uang tabungan.
"Maaf, Va. Jangan marah."
"Ya udah lah."
"Kok pake 'lah', berarti kamu marah."
"Enggak."
"Kalau enggak senyum dong."
Seva memaksakan senyum. "Tapi besok-besok jangan diulangi."
Sena mengangguk.
"Jangan mainan petasan juga, kalau Mommy tahu bisa dimarahin kamu."
"Iya." Iyain aja biar cepet.
Seva menaruh lembaran-lembaran uang mereka di kasur. "Sepuluh ribuan ada delapan. Kalau ditambah, berarti jumlahnya..." Seva menggunakan jari-jarinya untuk menghitung. "Delapan puluh ribu. Mau dibeliin apa?"
"Cokelat?"
"Aghnia alergi cokelat."
"Kan buat Mommy, bukan buat Aghni."
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...