Nattalova - 24

2.6K 173 100
                                    

Part ini puanjaaaannggg...
Terpanjang dalam sejarah aku menulis (5800 kata lebih 😭)
Jadi... Selamat berpedes-pedes ria matanya 😂💕

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kepala Naya menengadah dengan mata terpejam, sampai bagian belakang kepalanya bersentuhan dengan permukaan bathub di kamar mandi pribadinya.

Senyum tipis Naya terukir, teringat kejadian semalam. Kejadian saat Natta mencium bibirnya. Eh ralat, mencium punggung jemarinya yang menutupi bibir. Walaupun masih ada pembatas tapi cukup membuat Naya tak berkutik.

Naya membuka mata, memandangi jemari tangan kanannya, membayangkan bibir seksi Natta menyentuh bagian itu. Saat hidung mereka bersentuhan, saat nafas Natta begitu terasa menyapu wajahnya, semua begitu indah dan membentuk rekaman manis dipikirannya.

Pandangan Naya menerawang menatap air busa yang menyelimuti tubuh. Mengingat ekspresi Natta semalam terlihat jelas cowok itu sudah sangat ingin menerkam bibirnya, tapi ternyata Natta masih bisa menahan dan membatasi bibir mereka dengan jemari.

Naya tidak tahu kenapa Natta melakukan itu dan tidak langsung menciumnya. Kalau Natta mau sebenarnya Naya tidak keberatan, Natta sudah berhasil mengambil hatinya, rasanya tidak masalah kalau dia ingin meminta first kissnya. Toh ciuman tidak meninggalkan bekas, kecuali Natta menginginkan lebih dari itu baru deh Naya akan menonjoknya sampai muka gantengnya itu bonyok.

Secinta-cintanya Naya pada kaum pria dia masih waras untuk selalu menjaga harta paling berharganya hanya untuk suaminya kelak. Walaupun dalam lubuk hati Naya Natta lah cowok yang dia harapkan suatu saat akan menjabat tangan ayahnya di depan penghulu, tetap saja untuk saat ini Natta tidak mempunyai hak apapun atas dirinya.

Tapi sisi lain otak Naya berpikir kalau perlakuan Natta semalam adalah cara dia mengetes Naya. Mengetes apakah Naya akan marah atau tidak. Kalau marah mungkin Natta tidak akan mengulangi hal serupa. Tapi kalau Naya tidak marah seperti semalam, ya sepertinya Naya yang harus bersiap-siap. Bersiap suatu saat akan menerima serangan bibir seksi Natta mendarat di bibirnya, entah tanpa aba-aba atau tidak.

Bugh... bugh... sreekk...

Kegiatan Naya di bathub tiba-tiba terhenti, keningnya mengerut mendengar suara gaduh di luar. Naya menajamkan pendengaran, seperti itu suara itu dari dalam kamarnya.

Naya langsung menyambar handuk di sebelah bathub, melilitkannya ke tubuh seraya beranjak. Lalu turun berjalan masuk ke bilik shower.

Tak lama Naya keluar dari sana sudah memakai jubah handuk biru kemudian melanjutkan langkah membuka pintu kamar mandi.

Seketika mata Naya melebar saat melihat kamarnya. Mulut Naya sudah terbuka siap mengeluarkan suara tapi urung dia lakukan. Akhirnya Naya menghela nafas panjang sebelum akhirnya berdehem.

Oska yang sedang berdiri kursi di depan lemari kaca tempat penyimpanan tas dan sepatu Naya menoleh.

"Kak Naya."

"Lo ngapain disitu?" tanya Naya datar. Pertanyaan ini sebenarnya sudah ada di tenggorokan sejak Naya keluar kamar mandi, hanya saja tadi Naya ingin mengeluarkannya dalam bentuk teriakan. Tapi otak Naya masih cukup waras untuk menyadari kalau yang dia hadapi sekarang Oska bukan Niol.

"Eh Oska..." Oska tersenyum miris, beberapa hari lalu Naya masih menyebut 'kakak – kamu' tapi sekarang 'gue – elo'. Dulu Oska memang berharap Naya akan memanggilnya seperti itu agar terdengar lebih akrab, seperti yang Naya lakukan pada Niol. Tapi mendengar panggilan itu dengan nada dan ekspresi kakaknya yang dingin, Oska merasa Naya semakin menganggap dirinya orang asing.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang