Nattalova - 51

2K 178 22
                                    

Mobil Fortuner putih itu meninggalkan basement kantor dengan kecepatan diatas rata-rata. Sang pemilik yang mengemudikannya menyalip setiap kendaraan yang menghalangi. Satu penumpang yang duduk disampingnya harus berpegangan erat agar tubuhnya tidak terbentur efek laju mobil yang terkesan ugal-ugalan.

Natta berteriak marah sambil terus menekan klakson saat mobilnya harus berhenti di lampu merah. Tak peduli dengan cibiran pengguna kendaraan lain yang juga mengantri, Natta hanya ingin cepat sampai dilokasi yang disebutkan istrinya sebelum sambungan telfon mereka terputus.

Ya, tadi mobil yang ditumpangi Naya diikuti segerombolan genk motor. Mereka mengepung, menggedor-gedor kaca lalu menggiring mobil yang dikemudikan supir kantor itu ke daerah sepi.

Dalam ketakutannya Naya menghubungi Natta. Pria itu bisa mendengar kepanikan yang terjadi disana. Belum selesai istrinya menceritakan ciri-ciri posisi terakhirnya, sambungan terputus setelah Naya berteriak diiringi suara pecahan kaca.

Natta semakin panik, begitupun Niol yang baru masuk ruangan. Tanpa memperdulikan Alex yang sedang menjelaskan pada kakaknya Naya itu, Natta berlari keluar ruangan. Menekan-nekan tombol lift yang tidak juga terbuka. Natta bersumpah siapapun yang keluar dari lift ini akan dia marahi habis-habisan karena sudah membuatnya menunggu.

Untung saja saat terbuka lift itu kosong, Alex dan Niol yang masih berjarak beberapa meter harus berlari sebelum pintu lift tertutup lagi.

"Tenang, Nat," kata Niol waktu itu melihat Natta mondar mandir didalam lift. Membayangkan keadaan adiknya, sebenarnya Niol juga tak kalah panik, tapi melihat Natta tidak bisa mengendalikan diri, ia harus lebih bisa mengendalikan keadaan.

Natta tak menggubris ucapan Niol. Tangannya terus menekan tombol lift, sesekali menggedor pintu baja itu berharap ia cepat sampai di lobby. Astaga, saking khawatirnya Natta hampir mirip orang gila.

"Tenang, Nat. Kita makin pusing liat lo mondar mandir gini," ucap Niol sekali lagi.

"Gimana gue bisa tenang kalau istri dan calon anak gue dalam bahaya?!" teriak Natta, memukul dinding lift marah.

Teriakan itu membuat wajah Niol merah padam seketika.

"Istri lo itu adik gue kalau lo lupa!" Niol mendorong tubuh Natta ke dinding lift, menarik kerah kemejanya dengan tatapan tajam. Salahkan lah Natta mendengar kabar Naya diganggu genk motor.

"Lo pikir gue nggak khawatir sama dia, huh?!" sambung Niol tajam.
"Gue sangat khawatir sama Naya, gue takut dia kenapa-kenapa, tapi emosi nggak akan bikin Naya tiba-tiba ada disini. Sebagai suami harusnya lo bisa mengendalikan keadaan, bukan sebaliknya."

"Udah, El." Alex yang daritadi melihat perdebatan kedua sahabatnya, bergerak menarik bahu Niol, melerai keduanya.

Niol menghempaskan tangan Alex tanpa mengalihkan pandangannya dari Natta. Sementara Natta menurunkan tatapan tajamnya, mengalihkan pandangan dari Niol, menghela nafas beberapa kali. Ia bersandar pada dinding lift, mengusap rambutnya sampai belakang kepala, membiarkan kemejanya kusut bekas tarikan Niol.

Pintu lift terbuka, tanpa suara Natta hanya melirik Niol sekilas sebelum berlari keluar menuju basement, disusul Alex dan Niol.

"Temenin Natta, Lex, gue takut dia masih nggak bisa ngendaliin dirinya di jalan." Pinta Niol disela-selanya berlari mengikuti Natta. Walaupun beberapa saat yang lalu Natta sudah terlihat lebih tenang, tapi dalam keadaan seperti ini emosinya benar-benar masih labil.

"Terus elo?"

"Gue akan ikuti kalian dari belakang sambil cari bantuan lain." Tanpa bertanya lagi akhirnya Alex mengangguk, berlari mendekati mobil Natta.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang