Nattalova - 15

2.5K 157 67
                                    

Setelah sholat maghrib bersama Dina, Natta kembali masuk kamar. Ia melepas peci dan sarung, meletakkannya ke sudut sofa lalu merentangkan tubuhnya ke kasur dengan kedua tangan dijadikan bantal. Natta menatap langit-langit kamar dengan suasana seperti biasanya, sunyi dan sepi.

Hati Natta memang sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya, tapi pikirannya belum sejalan. Ada hal yang masih mengganggu pikirannya, apalagi kalau bukan karena obrolannya dengan Dina. Selain itu Natta juga memikirkan gadis ajaib yang hampir sebulan ini bercokol di kepalanya, Kanaya.

Sejak penolakannya terhadap Naya, Natta pikir semua akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata ada hal tak terduga yang mengingatkannya pada Naya. Tiga minggu setelah kejadian itu Natta melihat Naya di toko buku, mungkin Naya tidak melihat Naya, tapi Natta jelas melihat Naya.

Kemarin Sabtu Natta juga melihat Naya di panti asuhan yang setiap bulan sekali selalu ia kunjungi. Naya sedang berdiri menerima telfon di depan panti, hanya seperti itu tapi Natta kembali teringat Naya.

Belum lagi Niol yang selalu menceritakan tentang Naya, terutama curhatan cowok itu semalam waktu dia menginap di rumah. Tepatnya saat Alex dan anak-anak yang lain sudah tertidur setelah menonton bola.

"Udah hampir jam empat, nggak tidur Nat?" tanya Niol melihat Natta masih menikmati kacang kulit sambil menonton TV.

"Tanggung bentar lagi subuh." Jawab Natta singkat. Niol yang sebelumnya duduk di sofa, berpindah duduk di karpet tebal dimana Natta duduk, ikut menikmati kacang kulit.

"Beberapa hari ini gue juga susah tidur."

"Karena diputusin Kasih?" tebak Natta. Niol memang sudah menceritakan tentang kandasnya hubungannya dengan Kasih saat nobar tadi. Hanya sebatas itu, belum sampai kealasan putusnya.

"Selain masalah kerjaan, salah satunya karena itu. Lagian kami baru jalan setahun tapi dia udah minta nikah, ya gue nggak bisa."

"Kenapa, lo nggak cinta sama dia?" Niol menggeleng seraya meminum jus buahnya yang tinggal sedikit.

"Gue cinta sama Kasih, tapi untuk saat ini prioritas gue Kanaya. Gue udah janji sama diri gue sendiri kalau nggak akan nikah sebelum dia nikah. Naya itu adek cewek gue satu-satunya, dari kecil dia juga paling dekat sama gue. Jadi gue nggak akan tenang kalau ninggalin Naya nikah disaat belum ada orang yang gue percaya buat jagain dia." Natta terdiam memandangi Niol, sejak mereka kenal sepertinya baru kali ini Niol terlihat mellow. Biasanya kakaknya Naya ini selalu bercanda dan jarang membicarakan masalah seperti ini.

"Naya cantik, pasti banyak cowok yang mau sama dia. Tapi Naya masih kuliah, lo mau nunggu Naya nikah sampai kapan?" tanya Natta.

"Itu dia. Awalnya gue bawa santai aja masalah ini, karena gue pikir gue cowok jadi bisa nikah kapan aja. Tapi adek gue itu nggak pernah cerita soal masa depan. Dia nanti mau jadi apa, mau kerja apa, gue nggak tau, kuliah juga semau dia. Apalagi soal percintaan, Naya nggak pernah cerita soal itu. Dulu sih jaman SMA dia sering cerita kalau lagi naksir cowok gitu, tapi setelah itu nggak pernah cerita lagi. Setau gue sekarang Naya lebih banyak ngabisin waktunya buat main-main, gue jadi khawatir karena kesenangannya itu dia jadi lupa mikirin jodoh. Itu artinya gue nggak nikah-nikah dong?" Niol tertawa karena ucapannya sendiri, begitu juga Natta.

"Lo masih muda tapi udah ngebet nikah El."

"Dulu gue sama Naya emang pernah bilang mau nikah muda kayak nyokap bokap Nat, biar nanti kalau anak-anak kami udah gede, kami masih muda juga. Tapi sejak Naya jarang cerita soal kisah cintanya, kami nggak pernah bahas itu lagi. Kayaknya Naya juga udah lupa, buktinya sampe sekarang buat ngurus diri sendiri aja dia belum bisa, gimana mau mikirin nikah, yang ada rumah tangganya acakadul." Keduanya kembali tertawa.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang