Kangen terus - TWINS MINTA ADEK #2

2.1K 130 36
                                    

"Uncle Okaaaa~"

Wajah tampan di layar ponsel tersenyum lebar. "Hai Twiiiins~ aaahhh, Uncle kangeeeenn banget. Muumuumuuuaaacchhh~"

"Iihh~ bibir Uncle jelek, kayak pantat ayam." Sena terbahak, diikuti Seva. Mereka menertawai sang uncle, Oskario, yang memajukan bibir seolah akan mencium mereka dari layar.

"Wah ... Sekarang Seva udah berani ngatain Uncle ya. Awas aja, nanti kalau ketemu, Uncle gelitikin sampai ngompol. Biarin."

Seva yang merasa tidak bicara, nggak terima. "Yang bilang Sena, Uncle, bukan Seva."

Tersangka yang sebenarnya hanya terpingkal disamping kembarannya.

"Hah? Masa? Aduuhh, perasaan dulu muka kalian beda. Kenapa sekarang mirip? Kayak anak kembar aja."

Tawa Sena redup, berubah jadi kesal. "Kita emang kembaaarrr, Uncleeeee~ gimana, sih? Masa Uncle Oka lupa."

Gantian Uncle yang tertawa melihat ekspresi kekesalan dua keponakannya. Gemasnya dua bocah itu yang membuatnya tidak pernah memperdulikan panggilan namanya yang kurang satu huruf.

"Heh, Krucil kuadrat. Perut kalian itu nggak keren nggak kayak perut Uncle. Ngapain telanjang? Cewek-cewek nggak akan tergoda, nggak usah dipamerin gitu."

Kedua anak itu melongo. "Uncle ngomong apa sih?

"Iya, nih. Kita kan mau mandi. Nih, bebek-bebeknya juga udah siap." Sena memencet badan bebek warna kuning cerah yang menimbulkan bunyi. Mengarahkannya pada Seva, kembarannya membalas dengan bebek di tangan sendiri.

Lalu teriakan dari kamar mandi terdengar. "Kids! Air anget udah siap! Udahan VC-an sama Uncle-nya."

"Mommy kalian makin cerewet ya." Ucapan Uncle Oska mendapat balasan anggukan dan cengiran si kembar. "Eh, pada mau lihat salju nggak?"

"Mau ... mau ... mau." Mereka lompat-lompat kegirangan.

"Sevaaa~ Senaaa~"

Tidak ada yang memperdulikan suara sang induk. Poor Mommy.

Kamera Uncle mengarah keluar jendela, dimana di luar rumah sedang turun salju.

Si kembar terperangah takjub melihatnya. "Waaah~ bagus banget. Keren. Depan rumah Uncle putih semua, ada pohon Natal juga. Uncle yang kasih lampu kelip-kelip?"

"Enggak dong, kan Uncle nggak ngerayain. Itu punya tetangga."

"Uncle... uncle... uncle...." Sena lompat-lompat sumringah. "Kalau Uncle pulang bawain salju ya, yang buanyaaakkk."

Pria itu tergelak, mengembalikan posisi kamera depan. "Uncle bisa dikira tukang es serut." Kemudian teringat sesuatu. "Eh, nanti deh, Uncle bikinin pake es balok se-truk yang diserut. Ditaburin deh dari balkon. Hahaha."

"Emang bisa?"

"Bisa dong, kan—"

"Oska, 'ponakannya jangan diajarin yang aneh-aneh." Mommy keluar kamar mandi tanpa menoleh, trus berjalan menuju pintu. "Kids, Mommy mau ambil shampoo dulu, kalian ke kamar mandi sana, keburu dingin airnya."

Setelah Mommy keluar, si kembar kembali menatap layar. Belum ingin menyudahi obrolan seru dengan sang Uncle yang berada di benua berbeda.

"Daripada mikirin salju serut, kalian minta aja sama Mommy Daddy ajak ke tempat Uncle. Nanti kita guling-gulingan di salju, main ski, naik kereta gantung."

"Woah! Pasti seru." Seva antusias.

"Tapi, pasti nggak bakal boleh, Seva. Kita minta adek aja nggak dikasih." Sena cemberut. Senyum Seva pun redup, menyetujui ucapan kembarannya.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang