"Iya, Pa."
"Hey, anak siomay. Kemana aja kamu, dari tadi Papa telfon nggak diangkat."
"Lagi ngobrol sama temen, nggak kedengeran kalau Papa telfon. Kenapa, Pa?" Niol beranjak, berjalan keluar cafe mencari tempat yang lebih tenang.
"Papa cuma mau tanya, sekarang ini ada pemuda bernama Nattaya datang ke rumah, dia mau melamar adik kamu. Katanya dia temen kamu, apa itu bener?" Niol tercengang, ingin langsung menyuarakan keterkejutannya. Tapi suara kasak kusuk Naya protes lebih dulu terdengar.
Pemuda itu memilih menunggu, terkikik sendiri mendengar perdebatan ayah dan adik perempuannya.
"Bang, kamu masih disana?" Langit kembali bersuara.
"Papa udah berdebat sama Nayanya?"
"Ya kamu pasti udah denger semuanya. Jadi gimana masalah yang tadi?"
"Si Natta ngeri juga ya, belum lama kenal cewek udah berani lamar aja. Cie Papa, yang bentar lagi punya mantu."
"Serius, Bang. Jangan bercanda." Niol hanya tertawa mendengar kekesalan ayahnya.
"Jadi bener dia temen kamu?""Iya. Kalau Natta serius melamar, ya udah terima aja. Toh mereka saling mencintai."
"Segampang itu? Ini buat masa depan adek kamu lho, Bang."
"Jangankan menikah, untuk urusan cowok yang deketin Naya aja aku nggak mungkin asal kasih ijin ke sembarang orang, Pa. Natta itu cowok baik-baik, aku kenal dia, termasuk keluarganya. Selama ini hubungan mereka juga dalam pengawasan aku. Jadi Papa nggak usah khawatir, InshaAllah Natta bisa menjaga anak gadis kesayangan Papa itu dengan baik." Langit terdiam beberapa saat.
"Tapi adek kamu kan belum lulus? Trus kamu mau dilangkahi sama dia?"
"Justru aku nggak akan nikah kalau Naya belum nikah. Soal kuliah, skripsi Naya kan tinggal sidang. Dan asal Papa tau, cuma Natta yang bisa jinakin Naya dengan segala tingkah anehnya. Jadi saran aku restui aja mereka, kalau niat baik dihalang-halangi katanya dosa lho, Pa."
"Papa nggak menghalangi, cuma..."
"Belum ikhlas kehilangan Naya?" terdengar Langit menghela nafas dalam, seolah membenarkan ucapan anak sulungnya.
"Memangnya Papa mau mereka nekat ngelakuin hal yang enggak-enggak biar disetujui?""Ya enggaklah. Amit-amit."
"Trus?" Langit berpikir, seraya melirik kearah keluarganya yang memperhatikan setiap gerak-geriknya.
"Gini deh, kalau Papa belum percaya sama omongan aku, Papa buktiin sendiri aja seserius apa Natta sama Naya?""Papa udah kepikiran soal itu." Langit kembali menghela nafas dalam.
"Ya udah, apa kamu mau nitip ujian buat dia?"Niol tersenyum sendiri, teringat kejadian beberapa waktu lalu di apartemen.
"Enggak usah. Aku udah kasih pelajaran, sekarang giliran Papa yang kasih ujian."Niol menurunkan ponsel setelah Langit memutuskan sambungan. Ia kembali masuk, bergabung dengan Alex yang dimintanya menunggu.
"Lo bener, Lex. Natta lagi ke rumah gue, ngelamar Naya." Niol menyesap ice coffee miliknya.
"Natta emang nggak pernah main-main sama omongannya." Alex ikut menikmati roti bakar. Niol mengangguk, menaruh gelas.
"Untung lo udah cerita semuanya, kalau enggak pasti gue bakal komporin bokap buat usir itu anak."
*****
Hahahaaaa....
Mengingat apa yang Natta ucapkan beberapa jam lalu, tawa Naya kembali pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...