Nattalova - 30

2.1K 161 34
                                    

"Hati-hati jangan sampai tumpah lagi ya, Nay."

"I...iya, oma." Naya yang baru selesai memasukkan adonan bakwan jagung ke penggorengan mendadak gugup mendengar suara Dina.

Dan pergerakan badan efek gugup itu membawa masalah baru saat tangan Naya tak sengaja menyenggol tatakan berisi irisan daun seledri yang akan Dina pindahkan ke dalam mangkuk.

Sebelumnya Naya sudah menumpahkan gorengan yang sudah matang sebelum sampai ke tempat penirisan minyak, karena kaget ada percikan air kuah baso yang masuk ke wajan. Dan sekarang Naya menumpahkan lagi daun seledri yang akan digunakan untuk campuran baso nanti.

Suara nyaring tatakan dan pisau yang jatuh ke lantai membuat Naya tak bisa berkutik selain melipat bibirnya semakin dalam seraya memejamkan mata seerat mungkin.

Naya memang sering ceroboh, tapi dia jamin ini kecerohan terfatal dalam hidupnya karena terjadi di rumah Natta.

Beberapa saat menungu tapi tidak ada tanggapan apapun dari Dina. Naya memberanikan diri membuka mata lalu melirik wanita itu. Dina hanya memandangi Naya dengan ekspresi yang tak bisa diterjemahkan.

"M... maafin Naya, oma. Ini... Naya beresin sekarang."

Kesialan Naya belum selesai sampai disitu. Naya yang ingin menaruh mangkuk yang masih dipegang malah menubruk meja, mengakibatkan adonan bakwan itu tumpah ke lantai, tepat di depan kaki Dina.

Wanita tua itu tersentak, reflek menyingkir dengan kaki kotor terkena cipratan adonan. Begitupun Naya yang sudah membulatkan mata, reflek mundur selangkah. Berniat berpegangan pada meja, Naya yang tidak melihat ke belakang tak sadar kalau tangannya mendarat di bungkusan plastik berisi sisa tepung. Bubuk putih itu tumpah mengenai wadah berisi bawang goreng dan sambal.

Naya kembali memejamkan mata, tak berani melirik Dina yang mungkin sudah bersiap memakannya hidup-hidup.

"Ada apa sih kok rame bang ... aakkhhh...!"

Natta yang baru masuk dapur terpeleset adonan bakwan yang berserakan di lantai. Tubuh tinggi itu jatuh dengan bokong mendarat terlebih dahulu seiring kaki panjangnya yang mengenai kaki di depannya.

"Aakkhhh."

Naya yang baru saja menoleh tersentak merasakan ada sesuatu yang menabrak kaki. Dia merasa kakinya di-sliding seseorang.
Pergerakan yang cepat membuat tubuh Naya tidak seimbang, tangannya mencoba meraih apapun untuk berpegangan, namun hanya plastik tepung yang tergapai dan akhirnya Naya jatuh diatas tubuh Natta yang sudah terlentang di lantai.
Naya jatuh dengan posisi miring, membuat Natta meringis karena lengan gadis itu menghantam dadanya.

Dina hanya bisa membuka tutup mulut melihat pemandangan di depannya dimana Naya berada diatas tubuh Natta. Belum lagi tumpahan tepung dari atas meja juga jatuh menghujani rambut Naya dan Natta. Kondisi keduanya saat ini benar-benar ... mengenaskan, tapi menggelikan juga.

Sedangkan kedua anak manusia yang masih tergeletak di lantai itu hanya bisa saling menatap dengan posisi tubuh tanpa sekat. Nafas keduanya masih memburu, sebelum mendengar suara berat tak jauh dari kepala mereka.

"Astagfirullah aladzim... kalian berdua ngapain?" Natta dan Naya sontak mendongak bersamaan, ternyata Agam sudah berdiri di samping Dina.

"Ayah / om Agam." Keduanya reflek memisahkan diri, saling membantu berdiri. Sesekali Naya mengusap lengannya yang terasa sakit, begitu juga Natta yang meringis merasakan pegal-pegal di sekujur tubuh.

"Nay, kamu nggak papa?" Naya hanya mengangguk, membiarkan Natta membantu membersihkan rambutnya yang terkena tepung. Sesekali melirik Dina takut.

Agam memandang sekeliling dapur. Meja berantakan, mangkuk-mangkuk terbalik, tepung bertebaran dimana-mana dan yang paling menjijikkan adonan bakwan di lantai sudah berserakan seperti muntahan yang diacak-acak ayam.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang