"Gimana suasana rumah baru? Betah?"
Naya menutup kulkas, membawa tiga buah mangga ke meja makan yang tak jauh dari dapur. Duduk di salah satu kursi untuk mulai mengupas. "Gue mah dimana aja betah, yang penting anak-anak."
Kasih mendekat dengan membawa piring dan pisau, membantu Naya mengupas mangga yang lain. Sesaat matanya melihat kearah teras samping, dimana Natta dan Niol sedang menemani anak-anak bermain. "Kelihatannya mereka udah betah."
Pandangan Naya mengikutinya sebentar, tersenyum kecil melihat si kembar berlarian berebut bola dengan Elka. "Alhamdulillah adaptasinya cukup seminggu aja. Tapi awal-awal pindah, huuuhhh rewelnya, ampuunn. Terutama Sena, katanya jadi jauh sama temen-temen lah, nggak bisa jajan bakso bakar di depan komplek lah."
"O, iya? Emang nggak mempan dikasih tau kalau rumah baru ini deket sama rumah Elka?"
Naya menggeleng. "Masa dia bisa jawab gini : rumah dedek Elka jauh nggak pa-pa, Mommy, kan kita kesananya bisa naik mobil. Kalau penjual bakso bakar yang ada kakak cantiknya kan cuma disini. Gitu, Kuy. Anak empat setengah tahun coba. Dan bisa ngomong kayak gitu. Ckckck." Naya menggeleng tak percaya. "Penjualnya emang punya anak cewek masih SMA yang lumayan cakep, tapi gue nggak nyangka kosa kata itu keluar dari mulut Sena."
Kasih tergelak. "DNA lo ngalir deras ke dia. Radarnya langsung kuat kalau liat yang bening-bening."
Naya melanjutkan ceritanya. "Setelah Daddy-nya bilang nanti kolam renang akan dikasih seluncuran sama bebek-bebekan raksasa, baru deh mingkem. Dasar anaknya mas Natta. Untung kembarannya lebih kalem. Kalau dua-duanya kayak Sena, bisa pecah 'pala gue."
"Tapi gue nggak nyangka Natta bakal seromantis dan se-gi-la ini. Untuk masalah se—gue sampai sekarang sulit percaya ... membangun rumah, Nay. Rumah sebesar dan secantik ini." Kasih mengedarkan pandangan ke rumah baru adik iparnya. "Ini edan lho, Nay. Dia pinter banget nyembunyiin dari elo—bininya. Dari perencanaan, ngurus ini itu. Dia lakukan sendiri. Tanpa bocor ke elo atau siapapun. Dan Boom! Semua orang nggak ada yang tau. Bahkan gue sama Abang taunya pas diajak kasih surprise party buat elo."
Naya tersenyum, mengiris mangganya kecil-kecil. "Apalagi gue. Kalau waktu itu nggak 'diculik' kesini, gue juga lupa sama tanggal lahir sendiri. You know lah gimana ribetnya gue sejak ada si kembar. Dan lo lihat sendiri gimana terkejutnya gue waktu itu."
Dua minggu yang lalu Naya mendapat kejutan ulang tahun. Kejutan gila yang direncanakan Nattaya. Mendapat surprise party dari sang suami tidak pernah masuk bayangan Naya mengingat Natta bukan pria romantis. Gelar yang sudah Naya ralat sejak hari itu, karena ternyata Natta menunjukkan sisi romantisnya dengan caranya sendiri.
Dengan alasan ingin menjemput si kembar yang sejak sore main di rumah Elka, Naya tidak punya firasat apa-apa saat Natta langsung mengajaknya pergi setelah dia pulang kerja. Yang sebenarnya terjadi, seharian ini Natta tidak bekerja, tapi menyiapkan segala keperluan untuk malam ini. Dan si kembar bukan main ke rumah Elka, melainkan ke rumah baru mereka bersama sahabat dan kerabat yang dikumpulkan Natta.
Naya bingung saat memasuki komplek perumahan. Mobil yang mereka tumpangi malah berbelok ke kiri, dimana itu bukan arah rumah Niol yang masih lurus melewati beberapa blok.
Belum sempat Naya bertanya, Natta sudah menepikan mobil, meminta Naya menutup mata dengan syal yang Natta siapkan.
Di sisa perjalanan, pertanyaan Naya tidak juga menemukan jawaban. Natta hanya menjawab nanti kamu juga akan tau sendiri. Dan itu tidak melegakan Naya sama sekali.
Mobil berhenti. Selama Natta menuntunnya keluar, ocehan Naya seolah dianggap angin lalu. Rasa penasarannya terjawab saat penutup mata dibuka, seiring dengan teriakan Happy Birthday dari sejumlah orang yang Naya yakini lebih dari 20 orang. Terompet nyaring berbunyi, kertas mengkilap warna warni berterbangan setelah conferti diledakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...