Suasana IGD sebuah rumah sakit tidak terlalu ramai. Seorang wanita berhijab biru muda keluar dari sana, berjalan menyusuri lorong untuk sampai di tempat pendaftaran.
"Mau ke dokter apa, Mbak?" sapa petugas pendaftaran.
Petugas itu langsung mendapat tepukan bahu dari rekan kerjanya. "Nggak sopan. Jangan bertanya kayak sama orang biasa. Kamu nggak tau dia siapa?" ucapnya berbisik, yang bisa didengar orang sekitar. Termasuk wanita diseberang.
"Memangnya siapa?" petugas yang menegur melirik wanita di depannya sebentar lalu kembali membisikkan sesuatu. Mata petugas pertama membulat setelah mengetahui siapa yang sedang dia layani.
Wanita anggun itu hanya tersenyum, menggeleng melihat kelakuan mereka.
"Maafkan ketidaksopanannya, Bu. Dia pegawai baru disini," ucap petugas kedua tidak enak.
"Saya minta maaf." Sambung petugas pertama.
"Nggak papa. Saya cuma mau mendaftarkan saudara saya yang sedang mendapat penanganan di IGD," sahut wanita itu ramah, sambil menyerahkan sebuah KTP.
"Baik. Secepatnya akan kami urus, Ibu bisa menunggu disana. Nanti kami antarkan berkasnya."
"Jangan berlebihan. Saya nggak nyaman kalau diistimewakan begini."
"Prosedurnya begitu, Bu."
"Abaikan prosedur, cepat kerjakan. Saya akan menunggu disini." Kekeuhnya membuat dua petugas itu tidak bisa membantah lagi.
Petugas rumah sakit mulai sibuk dengan komputer. Sementara jari wanita cantik itu mengetuk-ngetuk pelan meja marmer di depannya sambil menunggu petugas mengurus administrasi. Pandangannya berkeliling, melihat lalu lalang pengunjung yang lumayan ramai. Keningnya tiba-tiba mengerut, tatapannya terkunci pada sosok yang baru saja keluar lift.
Urusan administrasi selesai. Setelah menerima berkas dari petugas, dia meninggalkan tempat pendaftaran. Mencari sosok wanita yang tadi menggendong balita usia dua tahunan.
Langkahnya terhenti di kantin. Orang yang dia cari sedang melakukan pembayaran di kasir. Senyum jahilnya tersungging melihat pegangan anak kecil disampingnya terlepas dari tangannya.
Perempuan berpakaian gamis biru itu mendekat dengan langkah pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Dia sempat membeli sebuah lollipop. Dari jarak yang tidak begitu jauh, tangannya melambai, memamerkan permen bertangkai itu pada si gadis kecil.
Namanya juga anak-anak, matanya langsung berbinar melihat permen berbentuk karakter Micky Mouse. Gadis kecil itu meninggalkan ibunya, ingin meraih permen. Wanita cantik berhijab berjalan mundur, menuju meja yang ada di dekat tiang, mengajak si gadis kecil duduk disana.
"Kamu mau permen?" Gadis kecil itu hanya mengangguk. Ingin meraih permen, tapi ditarik lagi oleh pemegang.
"Tunggu dulu. Tante akan bukain, tapi kamu duduk disini ya."
Tanpa penolakan, wanita itu mendudukkan si bocah ke kursi yang membelakangi kasir, dimana ibu dari anak itu berada. Sesekali dia menoleh, melihat sang ibu yang baru menyadari anaknya hilang. Wajah paniknya membuat wanita itu menahan tawa.
"Nisya... kamu dimana, Sayang?"
Mendengar suara itu, wanita berhijab terus mengajak gadis kecil mengobrol untuk mengalihkan perhatian. Anak itu tertawa tanpa suara melihat perempuan di depannya bermain sulap-sulapan menggunakan plastik bekas bungkus permen.
"Gembul banget sih pipi kamu, abis direndem minyak tanah ya sama mama kamu." Wanita itu terkekeh sendiri, mencium pipi gembul gadis berkuncir dua itu, sesekali mencubitnya gemas. Si gadis mana peduli, dia sibuk menjilati lollipop kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...