"Mau aku gendong?"
Naya yang membuka seatbelt tertawa pelan. "Semalam aku cuma bercanda. Aku masih bisa jalan, Sayang."
Natta mengambil tas olahraga di kursi belakang, turun mobil dan berjalan memutar membukakan pintu penumpang. Sedikit kesusahan Naya berpegangan pada suaminya untuk turun.
"Tukang baksonya udah buka belum ya," Naya memanjangkan kepala melihat kearah deretan ruko. "Eh udah buka, makan dulu yuk." Ajaknya antusias menarik-narik tangan Natta.
"Dua jam yang lalu kita baru sarapan lho, Nay."
"Aku laper lagi. Ayo, Sayang, mumpung masih sempet."
Tidak ingin berdebat, akhirnya Natta menuruti keinginan istrinya. Dia menuntun Naya, memakaikan topi yang dipakainya ke kepalanya karena melewati parkiran yang mulai panas.
"Baksonya dua, Mas, kosongan, yang satu nggak pake sayur."
"Satu aja, aku masih kenyang."
"Yaudah, jatah kamu buat aku." wanita itu menyengir setelah mendudukkan pantat di kursi yang disediakan suaminya.
Natta hanya menggeleng melihat porsi makan istrinya akhir-akhir ini yang wow. Sebelum duduk dia mengambil air mineral dari lemari pendingin lalu memesan segelas teh manis hangat.
"Nanti beli cemilan juga ya," pinta Naya menarik mangkuk bakso yang baru dihidangkan.
Natta mengangguk, melirik apa yang dilakukan istrinya, "jangan banyak-banyak sambelnya."
"Hm," Naya mulai menganduk isi mangkuk, meniup-niup sebutir bakso di sendok lalu melahapnya. "Kamu yakin nggak mau? Seger tau pagi-pagi makan bakso."
"Cuma kamu yang bilang gitu, yang lain pasti memilih omelet, nasi goreng atau roti selai untuk sarapan." Naya hanya terkekeh lalu melanjutkan makan.
Saat teh manis Natta datang, dia dekatkan gelas itu kedepan suaminya.
"Kamu sadar nggak, dulu kita juga duduk di meja ini tau."Natta melihat ke sekitar lalu tersenyum lebar setelah menyadari semuanya. "Tiga tahun yang lalu ya, dimana pertama kalinya aku ditraktir sama cewek. Dan ternyata cewek itu jadi istri aku."
Naya tersipu, menyembunyikan pipi meronanya dengan memukul lengan Natta yang terkekeh. Suaminya itu tidak berubah, selalu bisa membuatnya malu-malu curut walaupun sudah menikah.
"Dulu apa yang kamu pikirkan tentang aku? Kamu nggak mikir aku cewek ganjen yang ngejar cowok duluan kan?" tanya Naya lagi sambil menghabiskan makanannya.
"Bukannya emang kamu yang deketin aku duluan? Sampai berani menyatakan cinta disaat pertemuan kita baru beberapa kali."
"Nattaaaa ..."
Pria itu tertawa membiarkan Naya memukul lengannya. Tenaganya yang tak seberapa hanya terasa seperti gelitikan. Menggoda istrinya sudah menjadi hobi baru pria berbadan tinggi yang dulunya dingin itu.
"Kalau kamu nggak deketin aku, kita juga nggak mungkin seperti sekarang, Honey." Natta mencubit pipi tembem Naya gemas, membuatnya mengaduh lirih.
"Kalau emang jodoh, tanpa aku deketin kamu, pasti Allah akan tetap mendekatkan kita dengan cara yang lain."
"Uluh-uluh ... bijak banget sekarang nyonya Nattaya ini. Jadi pengen unyel-unyel pipinya." Kembali pipi Naya menjadi korban tangan Natta.
"Nattayaaa ... kenapa kamu jadi alay sih?" Naya menjauhkan tangan besar itu dari wajahnya.
"Gemes sama istri masa' dibilang alay."
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...