Seluruh keluarga sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Niol dan Kasih yang terpaksa membatalkan rencana bulan madu. Mereka tidak mungkin bersenang-senang disaat Naya dan calon anak-anaknya sedang bertaruh nyawa.
Tante Ami masuk ruangan bersamaan dengan beberapa perawat yang akan membantu persiapan Naya sebelum operasi. Sebagai dokter anak, tante Ami ikut terlibat dalam operasi keponakannya ini.
Setelah menyapa seluruh keluarga termasuk suami dan anak-anaknya, wanita itu mendekati Naya. Memintanya untuk tenang dan harus yakin bahwa semua akan berjalan sesuai yang mereka harapkan.
"Anak-anaknya Naya nggak akan kenapa-kenapa kan, Tan?" Lirih Naya dengan suara bergetar. Dia tidak takut akan dirinya, yang dia pikirkan hanya keadaan si kembar.
Semalam Naya susah tidur, diam-diam dia mengambil ponsel Natta untuk mencari tahu tentang penyakitnya di internet, terutama tentang kondisi anak-anaknya setelah operasi nanti, mengingat mereka lahir sebelum waktunya.
Setaunya bayi prematur akan menghadapi berbagai masalah kesehatan, apalagi anaknya kembar. Naya menangis membayangkan akan sekecil apa kedua anaknya nanti. Belum lagi membaca artikel dan komentar orang-orang yang melihat video di Youtube, banyak yang menceritakan pengalaman mereka kehilangan anak karena terlahir prematur.
Kepalanya langsung sakit, ringisannya sampai membangunkan Natta yang sedang tertidur. Tensinya kembali naik, sampai subuh beberapa kali dia muntah hebat. Natta sempat menegur dan memberinya kata hiburan agar tenang.
Tante Ami yang sudah mengetahui masalah itu dari Lintang, mengusap perut Naya lembut. Mengerti ketakutan keponakannya. "Kamu dulu juga lahir prematur. Dengan perawatan yang baik, terbukti kan kamu baik-baik aja sampai sekarang tanpa kekurangan apapun? Malah tumbuh jadi gadis yang cantik dan lincah."
Senyuman tante Ami tak membuat Naya ikut tersenyum. "Tapi di dalam sini mereka berdua, asupan yang masuk udah pasti terbagi. Belum lagi dengan kondisi penyakit aku, aku takut mereka kenapa-kenapa..."
"Naya, dengerin Tante." Potong Ami melihat anak sungai di pipi Naya kembali mengalir. Wanita itu melirik Natta yang terdiam disamping Naya, kalimat hiburan yang tak henti dia ucapkan ternyata belum bisa membuat istrinya tenang.
"Saat ini yang harus diperhatikan bukan hanya si kembar, tapi kondisi kamu juga. Dari data yang Tante lihat, kondisi mereka cenderung stabil. Sedangkan kamu menurun sejak semalam. Rasa takut hanya akan membuat semuanya memburuk, Sayang. Kamu harus tenang, jangan pikirkan apapun yang belum terjadi. Si kembar sudah menunjukkan kerjasama yang baik, mereka butuh semangat dan ketenangan kamu sebagai ibunya."
Semua orang di ruangan itu melihat keduanya, berharap kata-kata tante Ami bisa berefek baik. Tante Ami seorang dokter, besar kemungkinan Naya akan mendengarkan. Mulut mereka sudah sampai berbusa menasihati, bahkan Kevin yang menghibur dengan tingkah konyolnya tak membuat Naya menggubris.
Tante Ami mengusap pipi Naya. "Kalian bertiga harus berjuang sama-sama. Pikirkan hal-hal baik, karena pikiran positif akan membawa hal positif juga. Tante dan tim dokter janji akan melakukan yang terbaik."
Pandangan Naya masih terkunci dengan tatapan teduh tante Ami. Perlahan dia menghela napas berat dengan senyum tipis, membuat senyum tantenya semakin terkembang lega.
Semua orang diminta keluar karena suster akan mengganti baju Naya dengan pakaian khusus operasi. Hanya menyisakan Natta dan Lintang yang ikut membantu.
Sebelum tante Ami pergi, Natta meminta ijin untuk menemani Naya di ruang operasi. Seperti jawaban dokter kandungan Naya sebelumnya, Natta tidak diijinkan dengan berbagai alasan. Salah satunya karena operasi ini cukup berisiko, yang membutuhkan fokus lebih dari para medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...