Naya terdiam memandangi Natta. Tapi isi kepala Naya tidak mau diam untuk mencerna kata-kata Natta barusan, yang berarti....
"Apa itu artinya kalau aku bisa menerima semua sifat menyebalkan kamu, kita bisa sama-sama?" Natta tersenyum dengan satu tangan mengusap rambut Naya.
"Udah sore, masuk gih. Kamu butuh banyak istirahat." Natta memilih mengabaikan pertanyaan Naya.
"Nggak mau, kamu harus jawab dulu pertanyaan aku. Daripada nanti aku demam tinggi karena mikirin masalah ini." Natta menghela nafas dalam, mengusap wajahnya pelan. Ternyata Naya juga suka ngeyel sama seperti dirinya. Natta juga yang sudah memulai membahas masalah ini, berarti dia juga yang harus menyelesaikannya.
"Apa kamu mau menerima semua sifat menyebalkan aku tanpa rasa tertekan?" Natta bertanya balik.
"Enggak." jawab Naya tegas. Natta tersentak, tadi Naya seolah menyanggupi kemauan Natta, tapi kenapa sekarang menolak?
"Kamu mau seseorang yang bisa bikin kamu nyaman kan? Tapi segunung kemauan kamu itu bisa bikin cewek waras manapun nggak akan nyaman Ta, kamu terlalu banyak menuntut. Dalam sebuah hubungan itu bukan hanya tentang rasa saling sayang, tapi juga kenyamanan dan kepercayaan. Kalau kamu bisa kasih semua itu secara bersamaan, tanpa kamu larang ini itu pun semua cewek pasti akan bertahan sama kamu tanpa rasa tertekan, termasuk aku. Aku nggak mau dong kalau cuma aku doang yang kasih semua itu ke kamu, tapi kamu sendiri nggak ngasih itu ke aku." Naya mengangkat dagunya tinggi. Dia tidak mau Natta sampai menganggapnya cewek gampangan yang bisa menuruti semua kemauannya. Walaupun tanpa Natta tau, kata-katanya tadi sudah berhasil membuat hati Naya bergetar sampai tubuhnya merinding disko.
"Kamu benar-benar keturunan keluarga Emeraldi yang selalu teliti soal untung rugi." Naya berdecak kecal.
"So?"
"So what?" tanya Natta tak mengerti.
"Astaganaga Nattaya, jadi hubungan kita ini gimana?" Natta menahan tawanya melihat Naya geregetan tidak sabar, terlebih ekspresi gadis itu terlihat menggemaskan.
"Gimana kalau kita coba saling mengenal satu sama lain dulu?"
"Kamu mau coba-coba sama aku?" sambar Naya membuat Natta tersentak sesaat, kemudian menggeleng pelan dengan senyum lebar. Natta memiringkan posisi duduk, tangan kirinya terangkat mengusap rambut Naya dan bertahan disana.
"Aku rasa kamu udah ngerti maksud aku Nay." Naya terpaku, tatapan dan sentuhan tangan Natta membuat sekujur tubuhnya membeku. Untung dia memakai sweater Natta, kalau tidak pasti cowok itu bisa melihat bulu-bulu di tangan Naya berdiri karena merinding.
"O... oke, kalau gitu aku setuju. Sepakat?" Naya mengulurkan tangan kirinya setelah berhasil mengendalikan perasaan. Kali ini Natta tak bisa menahan tawanya.
"Sepakat." Natta menyambut tangan kiri Naya membuat kesepakatan simbolis.
Setelah itu Naya langsung melepas seatbelt dan keluar mobil meninggalkan Natta sendirian di parkiran. Naya harus tetap jual mahal dong, walaupun dalam hati dia sudah ingin melompat kegirangan karena kesepakatan yang baru saja mereka buat.
Sementara Natta yang masih di dalam mobil terus memandangi Naya yang berjalan masuk ke gedung apartemen. Tawa Natta semakin pecah mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu. Natta masih tidak menyangka tanggapan Naya akan seperti itu.
"Nayaaa... Naya... ajaib banget sih kamu."
******
Naya segera masuk ke apartemen, berjalan lurus menuju area kekuasaannya - kamar. Ia duduk di sofa malas seraya melepas sweater abu-abu milik Natta lalu memandanginya dengan senyum-senyum tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...