"Telfon dari siapa Nay?"
"Niol... tapi aku nggak mau ngomong sama dia... aku takut." Natta melihat dari kaca spion tengah, melihat Naya masih terisak mengusap wajah Oska. Natta kemudian mengulurkan sebelah tangannya ke belakang.
"Sini biar aku yang ngomong."
"Nggak usah.... biarin.... kamu fokus nyetir aja... kita harus cepat sampe rumah sakit Ta."
Natta tak lagi bersuara dan fokus menatap jalan. Sedangkan Naya sengaja menjatuhkan tasnya ke bawah untuk menutupi ponsel yang terus berbunyi.
******
Mobil Natta berhenti di depan lobi IGD rumah sakit. Natta turun, berlari memutari bagian depan mobil, membuka pintu belakang seraya meminta perawat lebih cepat membawa brangkar beroda.
Naya turun, memberikan ruang petugas medis untuk mengangkat raga Oska. Keduanya mengikuti petugas yang membawa Oska masuk.
"Silahkan kalian tunggu di luar."
Natta langsung menahan Naya yang ingin menerobos pintu setelah perawat menutupnya, kemudian membawa Naya duduk di ruang tunggu. Gadis itu masih menangis, hal yang jarang Naya lakukan tapi hari ini tak bisa berhenti sejak Oska ditemukan tak sadarkan diri.
"Oska nggak papa kan Ta? Dia nggak akan ninggalin aku kan?" Natta merangkul Naya, mengusap lengannya.
"In Sha Allah Oska akan baik-baik aja, dokter sedang melakukan yang terbaik buat dia."
"Kalau terjadi apa-apa sama Oska, aku nggak akan maafin diri aku sendiri Ta." Natta langsung memeluk Naya yang terisak, mengecup puncak kepalanya dan bertahan disana beberapa saat.
"Oska nggak boleh pergi. Aku belum minta maaf sama dia, aku mau menebus semua kesalahan aku sama dia, aku mau dia ada disini." Naya menciumi jaket Oska yang sudah dilepas dari tubuhnya."Kamu akan melakukan semua itu, tenang ya."
"Harusnya aku nggak berlebihan cemburu ke Oska. Harusnya dari awal aku sadar dengan kondisi Oska yang sewaktu-waktu bisa bikin dia...."
"Sssssttt...." Natta mempererat pelukan, mengusap punggung Naya.
"Jangan mikir aneh-aneh Nay. Lebih baik kita berdoa buat Oska." Tidak ada yang bisa Natta lakukan selain berusaha menenangkan dan memberi sandaran, karena inilah yang saat ini Naya butuhkan.Natta bisa mengerti perasaan Naya, perasaan menyesal yang teramat dalam. Mungkin penyesalan memang selalu datang belakangan, tapi Natta berharap penyesalan Naya ini tidak datang terlambat.
Seperti Naya, Natta juga ingin melihat Naya memperbaiki hubungannya dengan Oska. Natta ingin Oska kembali berkumpul dengan mereka lagi.
Dalam pelukan Natta, Naya semakin meremas jaket adiknya. Kilasan kenangan masa lalu berebut melintas di kepala. Dari kenangan manis sampai kenangan-kenangan pahit dimana Naya mengabaikan Oska.
Saat Naya kecil yang tak sabar ingin mencium adiknya yang baru beberapa jam dilahirkan.
Saat Naya menangis histeris mendengar dokter mendiagnosa Oska lemah jantung.
Saat Naya mulai cemburu saat kedua orang tuanya lebih sibuk mengurus Oska.
Saat Oska kecil membawakan cemilan untuk menemani Naya mengerjakan PR tapi tidak Naya sentuh sampai pagi.
Termasuk hari ini dimana Naya masih mengabaikan kebaikan-kebaikan Oska.Semua kenangan itu seolah berebut mendorong matanya untuk terus mengeluarkan bulir bening. Kata-kata hiburan Natta seperti tak berarti, bahkan beberapa kali Natta mengusap pipi basah Naya tapi tetap saja aliran anak sungai itu muncul lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...