Naya masih terpaku dengan penolakan Natta. Seumur-umur baru kali ini dia ditolak seperti ini. Naya sadar dirinya tidak secantik artis atau top model papan atas, tapi untuk ukuran gadis biasa dia cukup cantik untuk memikat pria.
Naya juga tidak tahu kenapa dia seperti ini. Ini pengalaman pertamanya menyatakan perasaan secara gamblang dan langsung mendapat penolakan. Jujur Naya kecewa tapi bukan salah Natta juga. Ini jelas salah dia yang terlalu sombong mengira Natta akan terpikat pada dirinya, tapi nyatanya hanya dia yang mempunyai perasaan suka itu, sedangkan Natta tidak.
"Hahahaaa Naya udah ngira Natta pasti nolak, tadi kan Natta udah bilang belum kepikiran ya. Dasarnya Naya aja yang bego, Natta udah ngomong gitu tapi masih aja nanya... Nayaa... Nayaa.... Bego kok dipupuk." Naya tersenyum lebar sambil memukul-mukul keningnya sendiri sebentar kemudian meminum sisa orange juice di gelas.
"Nay." Naya bergeming, terus meneguk orange juicenya langsung dari gelas sampai habis. Sedotan warna putih pun sudah ia campakkan di meja, bodo amat dengan manner di depan Natta atau yang lebih buruk cowok itu akan ilfeel, toh cintanya sudah ditolak, jadi untuk apa memperdulikan semua itu.
"Kanaya." Kali ini Naya merasakan Natta memegang tangan kirinya yang berada di atas meja.
"Maaf ya." Naya terpaku sesaat, benar-benar hanya sesaat karena Naya langsung menarik tangannya dari genggaman Natta sebelum mengusap sekitar bibirnya dengan ibu jari. Lo udah nolak cinta gue, ngapain pegang-pegang tangan, mau nyetrum hati gue lagi terus pergi pas gue udah kejang-kejang?
"Santai aja Ta, nggak usah minta maat, kamu nggak salah kok." Naya memaksakan senyumnya seramah mungkin, walaupun hatinya sudah kocar-kacir.
"Kalau gitu Naya pulang dulu ya, udah malam." Secepatnya Naya harus melarikan diri dari hadapan Natta.
"Aku anterin ya."
"Nggak usah, Naya bawa mobil sendiri. Bilangin ke Alex makasih buat oleh-olehnya, nanti akan aku kasih ke bang El." Naya segera mengambil tas, bungkusan wingko dan berlalu keluar café. Untuk apa dia lama-lama disini, yang ada dirinya akan semakin malu dan sakit hati.
Naya melihat mobil taksi sedang menurunkan penumpang di depan café, ia segera mendekat dan masuk ke taksi itu.
"Jalan pak."
Naya memang berbohong kalau dia bawa mobil sendiri. Sebenarnya tadi Naya sengaja berangkat menggunakan taksi agar pulangnya bisa bareng Natta, tapi karena tindakan bodohnya semuanya kacau. Naya benar-benar tidak mengerti kenapa semua kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya. Mereka baru beberapa kali bertemu dan dengan pedenya Naya langsung menyatakan perasaannya pada Natta.
Menyesal? Pasti ada tapi hanya sedikit.
Menangis? Tidak.
Sedikit pun Naya tidak menangis. Natta memang sudah mengobrak-abrik hatinya tapi Naya bukan gadis cengeng yang mudah menangis hanya karena cinta. Cukup sekali dia menangis karena seorang pria, air matanya terlalu berharga untuk itu.
Mungkin benar kata Niol kalau Natta dengan segala kebaikan attitudenya tidak mungkin mau dengan cewek aneh bin ajaib seperti Naya. Mungkin Naya juga memang tidak pantas mendapatkan cowok baik seperti Natta. Tapi apa salah kalau Naya dengan segudang kekurangan dalam dirinya mengharapkan seseorang yang bisa membimbingnya menjadi lebih baik?
Walaupun belum kenal lama dengan Natta, tapi Naya merasa sudah menemukan apa yang dia inginkan di diri cowok itu. Naya bisa mulai berubah karena Natta, tapi ternyata Natta tidak menyukainya. Dan kali ini cintanya benar-benar bertepuk sebelah tangan.
Naya turun dari taksi bergegas masuk ke lobby apartemen. Sapaan security dan orang-orang yang mengenalinya Naya abaikan.
Saat masuk ke apartemen Naya bersyukur karena Niol belum pulang. Untuk hal serius Naya bukan orang yang pintar berbohong, dari wajahnya saja sudah kelihatan apa yang sedang ia rasakan, dan Niol orang yang paling peka dengan sikapnya. Kalau kakaknya itu melihat penampakan Naya saat ini pasti dia akan diinterogasi habis-habisan. Dan kalau sampai Niol tahu apa yang terjadi antara dirinya dengan Natta barusan, pasti dia akan menertawakannya tujuh hari tujuh malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...