"Mommyyyyy....."
Naya menoleh dengan senyum lebar, berdiri duduk nyamannya di kursi tunggu. Kedua tangannya sudah terbuka untuk menyambut dua buah hatinya yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Mereka berlari, membuat rambutnya berkibar. Dan sudah pasti membuat Miss Lina—guru yang mengantar—kewalahan menggandeng tangan-tangan mungilnya.
Di sekolah mereka memang ada peraturan orang tua dilarang mengantar anaknya sampai kelas. Hanya satu bulan pertama orang tua diijinkan untuk proses adaptasi. Seterusnya seorang guru akan menjemput di depan gerbang pada pagi hari dan mengantarnya lagi saat pulang. Alasannya cukup sederhana, agar anak-anak belajar mandiri.
Naya membungkuk, mengelap sedikit peluh di kening si kembar. "Duuhh anak-anak Mommy semangat banget sampe keringetan gini." Lalu mencium pipi mereka sebelum berdiri lagi. "Makasih ya, Miss." Naya mengambil alih menggandeng kedua anaknya.
"Sama-sama, Bu."
"Salim dulu sama Miss-nya."
Si kembar mencium punggung tangan wanita muda dengan rambut lurus terurai rapi. "Bye, Miss Lina. See you." Ucap Seva ramah. "Bye, Miss Lina yang beautiful." Sambung Sena dengan cengirannya, membuat Naya terperangah.
Miss Lina bersuara lebih dulu. "Sudah biasa dia kayak gitu, Bu." Miss Lina tersenyum lebar. "Kalau begitu saya permisi dulu," lalu mengusap rambut kedua bocah itu. "Bye, Twins. See you tomorrow and have a nice day."
Naya menuntun keduanya menuju mobil, membuka pintu penumpang depan dan belakang.
"Ibu Naya." Seorang wali murid menghampiri Naya.
"Eh, ibu Dian." Naya menoleh sebentar. "Kids, kalian masuk duluan ya. Nanti Mommy nyusul." Keduanya mengangguk.
Sena hampir bertabrakan dengan Seva yang akan masuk pintu belakang. "Seva, kamu ngapain disini?"
"Mau masuk mobil."
"Tadi pagi kan kamu udah di belakang, sekarang gantian kamu duduk di depan."
"Aku mau di belakang lagi."
"Kenapa?"
"Nggak papa. Kamu aja yang di depan."
"Nanti Mommy marah. Kita kan disuruh gantian." Kebiasaan mereka yang sering berebut ingin duduk di depan setiap berangkat dan pulang sekolah, memaksa Naya membuat peraturan agar mereka mau bergantian.
Seva hanya menggeleng. Menyerobot masuk mobil sambil melepas tas punggung gambar Tayo-nya.
Sena ikut masuk ke kursi belakang. "Seva, aku nggak mau dimarahin Mommy. Kamu pindah ke depan sana."
"Enggak mau."
"Sev—"
"Ada apa ini?"
Sena terlonjak mendengar suara ibunya. Wanita itu melihat ke dalam mobil. "Kok di belakang semua? bukannya sekarang giliran Abang duduk di depan."
"Seva nggak mau di depan, Mommy." Sena yang menjawab.
Naya menatap Seva yang mengatupkan bibirnya. "Abang kenapa? Sakit?" Tangannya menyibakkan poni Seva, menyentuh keningnya. "Nggak panas."
"Aku nggak papa, Mommy. Ayo kita pulang."
"Ya udah kalau gitu." Naya melepas tas punggung Sena. "Adek keluar dulu, pindah ke depan."
"Lewat sini aja, Mommy." Sena tidak keluar mobil. Si anak petakilan memilih berpindah lewat celah dua kursi depan.
Bugh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATTALOVA
RomanceBersenang-senang menikmati masa muda adalah prinsip dari seorang Kanaya Lovandra saat ini Memikirkan masa depan sepertinya belum masuk agenda pribadinya Bagi gadis 22 tahun itu kuliah menjadi nomor kesekian Waktunya lebih banyak untuk main-main, pac...