Part 4

191K 5.7K 37
                                    

Trisha yang tertidur pulas membuat May pelan-pelan membuka pintu. Seminggu anak itu di rumah sakit, dia tidak pernah menjenguknya. May baru bisa datang malam ini saat Trisha sudah di alam mimpi. Dia hanya menyisipkan boneka beruang dalam pelukan Trisha lalu beranjak keluar kamarnya.

"Ayahnya harus tahu, kamu tidak bisa terus menanggung pengobatan Trisha," nasehat May sebelum meneguk setengah air putih dalam gelasnya.

"Dia tidak akan percaya, tahu punya anak dari aku saja tidak."

"Tapi dia harus tanggung jawab." May memasukkan ke mulutnya sesendok nasi goreng.

"Aku tidak mau ganggu hidupnya, May. Trisha adalah kesalahan yang kusembunyikan."

"Ya, teruslah merasa bersalah karena berhubungan dengan pria yang sudah menikah." May menuang segelas air penuh, "Tapi pria itu juga bersalah karena menggodamu lalu pergi begitu saja," lanjutnya kemudian menghabiskan isi gelasnya sekali minum karena kepedisan.

"Kami saling mencintai, aku yang pergi darinya. Jangan pernah berkata hal buruk tentangnya jika kamu tidak tahu apa-apa." Suara Natasha tidak senang mendengar ayah Trisha disudutkan.

Ini yang tidak disukai May, apa pun yang dikatakannya tentang ayah Trisha akan berakhir dengan pembelaan Natasha. Ibu satu anak itu terlalu dibutakan dengan cinta.

"Baiklah jika kamu tidak mau mengatakan pada ayahnya," May memilih tidak menyulut pertengkaran dengan Natasha, "Tapi orang tuamu harus tahu."

Natasha duduk di depan May tanpa memberi komentar apa pun. Baginya itu adalah hal yang lebih sulit daripada ayah Trisha. Lahir sebagai anak tunggal dari keluarga pas-pasan. Hanya dirinya yang bisa dibanggakan orang tuanya. Jika mereka tahu tentang Trisha, Natasha tidak bisa melihat guratan kekecewaan di wajah orang tuanya.

"Trisha tidak hanya membutuhkanmu seorang." May menggenggam tangan Natasha.

"Aku akan melakukannya." Senyum mengembang di bibir May mendengarnya. "Tidak kerja? Jam segini kamu tidak pernah numpang makan di rumahku," tanya Natasha.

"Aku pakai jatah cutiku."

"Kenapa memilih kerja sampingan seperti itu?"

"Kerja yang mana?"

Pertanyaan balik May membuat Natasha tersenyum kecil, "bersih-bersih di dapur hotel. Kamu bisa dengan mudah mendapatkan uang hanya dengan tiduran di kamarnya."

"Tidak baik memberi makan keluargaku dengan uang kotor. Hasil dari pekerjaan di kamar hanya untuk diriku saja, suatu saat aku akan berhenti jika kuliahku sudah selesai dan dapat pekerjaan yang layak."

May membersihkan meja tempatnya makan lalu mencuci tumpukan piring kotor Natasha. Dia terlalu sibuk mengurus Trisha akhir-akhir ini sehingga rumahnya berantakan.

"Aku kira kamu suka pekerjaan itu."

"Aku suka melakukannya, bukan pekerjaannya." May mengerlingkan mata kanannya ke Natasha.

***

Edward belum menyentuh sedikit pun menu utama yang disiapkan pelayan restoran. Dia menoleh ke arah ayahnya yang sedang makan lahap lalu ke arah ibunya yang duduk di hadapannya, wanita itu memotong daging dengan sangat anggun dan hati-hati. Diam menyelimuti ruangan itu sejak Edward datang yang disambut senyum simpul ibunya dan wajah datar ayahnya.

"So, jadi begini sambutan kedatanganku setelah 3 tahun tidak bertemu," kata Edward sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Tangannya dilipat di dadanya yang bidang.

"Makan malam keluarga adalah cara terbaik menyambutmu." Ibu Edward memasukkan potongan daging kecil ke mulutnya.

Edward menyeringai mendengar kata keluarga.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang