Lestarikan budaya vote & comment.
Enjoy your reading. ^_^
🙂🙂🙂
Private number is calling....
"Halo," ucap May ragu.
"Ini aku, Rans." Suaranya dingin membuat bulu kuduk May berdiri. "Aku di depan kostmu, kita perlu bicara. Kutunggu dalam lima menit, jika tidak, aku yang ke sana." Sambungan terputus.
May melongo, kesal bercampur geram. Ini orang tidak ada bedanya dengan Edward, suka memerintah begitu saja disertai ancaman. Kadang dia bertingkah tidak seperti anak buah Edward, seakan tidak peduli dipecat bosnya. Kadang juga dia terasa akrab dan enak diajak bicara.
"Ada apa?" tanya May ketus saat duduk di samping Rans dalam mobil. "Sudah malam, aku mau tidur. Buruan bilang mau bicara apa?" Dia menatap Rans yang terlihat santai.
"Ini malam keduamu tidak bekerja." Suaranya datar, tidak terkesan mengintimidasi.
"Aku sudah membatalkan perjanjian itu, tidak ada kewajiban lagi bagiku ke apartemen Edward."
"Kurasa kamu perlu mempertimbangkannya," ujarnya dengan senyum aneh di mata May.
"Tidak perlu. Bagiku, ini kesempatan terbaik lepas darinya."
Rans menarik napas, "tidak mudah lepas darinya jika bukan dia yang membiarkanmu pergi."
"Apa dia menyuruhmu datang ke sini?"
"Tidak, dia bahkan tidak pernah membahasmu."
Jawaban Rans rasanya menoreh sedikit luka di hati May. Edward tidak terlalu peduli dengan keputusannya membatalkan perjanjian. Sia-sia dia dilema kemarin malam.
"Lalu?"
"Mungkin kamu baik-baik saja sekarang, tapi aku tidak yakin besok-besok jika kamu tidak segera kembali," sahut Rans tersenyum miring.
"Kamu mengkhawatirkanku?"
Rans tersenyum lebar, "tidak ada alasan bagiku khawatir. Aku malah penasaran apa yang akan dilakukannya padamu."
"Sepertinya kamu sedang dalam mode normal, kamu banyak bicara." Rans mengerutkan dahi tidak mengerti. "Aku pikir kamu memiliki banyak kepribadian."
Lagi-lagi Rans hanya menanggapi May dengan senyuman, "aku ke sini hanya ingin menunjukkan sesuatu, terserah kamu mau kembali atau tidak."
Rans memberikan smartphone-nya pada May. Alisnya naik dengan apa yang dilihatnya. Video seorang pria berpakaian lusuh dengan penampilan yang tidak terawat. Awalnya hanya mengoceh sendirian, lama-lama diam lalu menangis. Semenit kemudian dia berteriak dan marah-marah menghancurkan semua yang ada di ruangannya. Setelah beberapa menit, empat perawat berpakaian putih menenangkannya dengan obat bius.
"Siapa dia? Kenapa aku harus melihat video seperti ini?" tanya May gagal paham.
Rans tersenyum miris. "Kamu bahkan tidak mengenalnya," ujarnya tanpa menjawab May.
May menatap Rans lekat-lekat mencari tujuan pria itu menunjukkan video tersebut. Namun, dia segera mengalihkan pandangannya ketika mata Rans tertuju pada irisnya. Ada getaran aneh bercampur khawatir muncul dalam diri May.
"Mungkin yang satu ini, kamu mengenalnya."
Seorang perempuan setengah sadar dikelilingi beberapa pria, salah seorang diantaranya bersemangat menggoyang pinggulnya di pangkal paha perempuan itu. Suara rintihan kesakitan si perempuan tertelan diantara tawa puas pria lainnya menunggu giliran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...