Part 6

160K 5.3K 27
                                    

May menguap beberapa kali sambil tetap mengetik revisi skripsinya. Posisinya tengkurap, dagu bersandar di bantal, jemarinya bekerja di keyboard sedangkan kakinya digoyangkan silih berganti. Sekilas dia melihat jam di sudut kanan bawah laptopnya, jam 1 siang. Tadi dia hanya tidur sejam sesampainya di kos.

May memutar posisinya terlentang dan menguap panjang. Lengan kirinya diletakkan di atas dahi, kaki kanan terlipat berdiri sehingga pergelangan kaki kirinya bisa bersandar di lutut kanannya. Pandangan May menerawang ke langit-langit kamarnya lalu tersenyum tidak percaya saat mengingat kejadian semalam, dia tidur dengan seorang pria tanpa melakukan apa-apa. HANYA tidur.

Dulu, May dengan polosnya memaknai kata tidur itu dengan beristirahat dan mimpi indah. Saat seorang pria yang saat itu berstatus kekasihnya mengajak May tidur bersama, dia tidak punya pemikiran lain selain tidur sama-sama sambil berpegangan tangan. Namun yang terjadi di luar ekspektasinya, pria itu tidak membiarkannya tidur semalaman. Sejak saat itu, arti tidur dengan pria telah berubah bagi May.

Tapi, semalam May hanya menyaksikan Edward tertidur di sisinya. Hal yang tidak lazim bagi May. Benarkah laki-laki itu mencarinya bukan karena seks? Sebagai pekerja di bidang itu May hanya merasa aneh jika tidak melakukan tugasnya meski dia tidak mau dengan pria yang sama.

Yang membuat May tersenyum adalah saat laki-laki itu menciumnya, dia bisa merasakan detak jantung dan hembusan napas yang penuh hasrat darinya. Gairah dengan seratus persen keyakinan akan mendapatkan kepuasan yang diinginkannya tapi dia berusaha menahannya. Dalam situasi seperti ini, biasanya kebanyakan pria yang dihadapi May tidak sabar dan buru-buru memasukkan bagian tubuh sensitifnya ke May.

Sadar May! Lelaki itu tidak ada bedanya dengan yang lain. Dia hanya ingin kenikmatan sesaat.

May menghembuskan napas panjang lalu bangun ke posisi duduk. Dia mengacak rambutnya karena memikirkan pria itu.

May kembali ke posisi semula dan melanjutkan revisi skripsinya. Targetnya adalah wisuda 2 bulan ke depan sehingga dia bisa bekerja seperti orang lain. Namun fokusnya terganggu lagi karena panggilan suara dari adiknya, Dhafa.

"Kenapa?" Kata pertama yang May ucapkan saat menerima panggilan tersebut. Dia sudah tahu kebiasaan adik laki-lakinya yang sekarang beranjak remaja hanya akan menelpon jika ada maunya.

"Kemarin ada orang nyari, katanya teman kakak."

"Siapa?" Tanya May. Sejak ayahnya meninggal enam tahun silam, ibu dan adiknya pindah ke rumah kakek dari pihak ibu dan tidak ada satu pun temannya yang tahu alamat itu.

"Aku tidak tahu siapa, tapi ibu kenal baik dengannya."

"Ibu bilang apa?"

"Cucu Pak Dirga, itu loh yang punya rumah tempat Kak May numpang saat SMA."

Dia kembali, orang itu benar memenuhi janji akan mencarinya.

"Kamu jangan menemuinya lagi, ibu juga tidak boleh dekat dengannya, orang itu berbahaya."

May gusar. Dia tidak tahu apa yang dikatakannya tapi jika orang itu mendekati keluarganya adalah masalah buat May. Orang itu akan menggunakan ibu dan adiknya agar May kembali patuh padanya.

"Dia orang baik, kok. Minggu lalu ibu berkunjung ke rumah pak Dirga makanya dia berkunjung balik."

"Apa? Ibu ke rumah pak Dirga? Ibu tidak mendengar kata-kataku agar tidak berhubungan lagi dengan keluarga itu," ucap May emosi.

"Jangan marah-marah padaku, sama Ibu sana kalau mau jadi anak durhaka." Suara Dhafa jengkel, "orangnya juga sudah pergi. Hanya mau bilang dia titip salam makanya aku telpon."

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang