Part 56

60.6K 4.2K 571
                                    

Keep vote n comment, guys.

NexUP 820+++votes.

Enjoy your reading.

🙂🙂🙂

May tidak bisa tidur, berulang kali dia membenamkan kepalanya dalam bantal lalu terduduk kembali. Terkadang dia menoleh pada Dafha yang mendengkur halus padahal hanya beralas tikar dan selimut tebal. Adiknya yang tadi protes tidak bisa tidur jika bukan di kamarnya sama sekali tidak terbukti. Setan kecil itu sekarang bahkan mungkin tidak terbangun jika May menyiramnya seember air.

Pria yang melengserkan Dafha di kamar sebelah yang membuat mata May sulit terpejam. Apa Edward bisa tidur nyenyak di kamar adiknya? Apa dia nyaman di sana? May menarik sejumput rambutnya dengan kedua tangan menyadarkan diri agar tidak peduli pada orang itu.

Satu lagi, May tidak bisa tidur karena ibunya. Sepulang dari rumah orang tua Edward kemarin, pria itu bersikeras ingin menemui ibu May. Tentu saja dia menolak dengan alasan perjalanan jauh, tapi ketika Edward berjanji melepas Ilo yang sempat May lupa keberadaannya, mau tak mau dia setuju.

Di sinilah mereka, di rumah May. Tiba larut malam ketika ibunya sudah tertidur. Apa yang akan dikatakan ibunya besok menyadari dia membawa pria asing?

Setelah sekian jam berkutat dengan pikirannya, rasa lapar mulai menyerang. Berpikir itu butuh energi. Sedangkan energi itu bisa didapat dari makanan. Mie instan beserta telur mata sapi mulai terbayang-bayang. Mungkin bukan energi yang didapat tapi malah penyakit, tapi setidaknya bisa jadi pengganjal perut.

May mengendap-endap keluar, dia tidak ingin siapa pun di rumahnya terbangun. Langkahnya menuju dapur berhenti di depan kamar Dafha, lama dia menatap daun pintu kamar adiknya. Apa Edward sudah tidur? Pertanyaan itu kembali bermain di kepalanya mengarahkan gerakan kakinya berbelok ke kamar Dafha.

Bibir May mengulas senyum mendapatkan Edward yang sudah tidur setelah membuka pelan pintu kamar Dafha. Pria itu tidur telentang sambil menyilangkan kaki dengan satu tangannya di atas dahi, lengan bajunya tergulung hingga siku dan tiga kancing atasnya tidak terkait. May langsung menarik bibirnya yang tadi melengkung simetris, bingung makna senyumannya sendiri. Apa karena pria itu sudah tertidur atau karena pose elegannya yang terkesan seksi?

Tadinya May hanya ingin mengecek keadaan Edward, tapi rasa kemanusiaan mendorongnya masuk kamar menyelimuti pria itu. Dia pasti lelah menyetir berjam-jam, apalagi kondisi tangannya yang belum pulih total.

"Jangan pergi." Suara itu diikuti cekalan di pergelangan tangannya saat dia berbalik. "Aku mungkin bisa tidur jika kamu tetap di sini." Edward menarik May hingga jatuh terduduk di pinggir tempat tidur. Pose tidurnya tidak berubah dan tanpa membuka mata.

"Apa aku membangunkanmu? Kukira kamu sudah tidur."

Edward menggeleng, membuka matanya menatap May teduh. "Aku suka sensasi ini." Dia membawa tangan May yang dipegangnya masuk di balik kemejanya yang tidak terkancing.

Bagai tersengat ribuan volt listrik, May seakan dialiri energi saat telapak tangannya menyentuh kulit dada Edward yang berdetak sangat kencang. Getaran aneh mengalir dari tubuh Edward melalui telapak tangannya hingga dia merasakan hal yang sama dalam dirinya. Spontan May menarik tangannya sebelum jantungnya copot.

Edward terkekeh melihat reaksi May, dia kembali meraih tangan wanita itu lalu menariknya agak keras hingga tubuhnya terperosok di atas dadanya yang cukup lebar. Dengan cekatan, kedua lengannya mengunci tubuh May.

"Tidurlah bersamaku. Aku baru bisa kembali tidur normal jika kamu tidur lebih dari sekedar tidur denganku." Jelas ada kesungguhan dalam ucapannya dan itu malah membuat May merinding. Kalimat serupa diucapkan Edward saat terakhir mereka melakukannya.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang