Keep vote & comment, ya.
Enjoy your reading, guys.
Next updet after 700+ votes.
🙂🙂🙂
Dafha menggeleng beberapa kali setelah membuka pintu kamar May, kakaknya masih bersemayam di bawah selimut memeluk guling. Sudah hampir jam sebelas dia masih tertidur. Selama sebulan serumah dengan May, Dafha tidak menyangka kakaknya semalas itu.
Dengan bantal menganggur di belakang May, Dafha memukul pinggul kakaknya dengan kekuatan penuh. May tersentak kaget. Masih dengan kesadaran minim, Dafha memukulnya lagi berkali-kali tapi tidak keras.
"Setan kecil! Apa yang kamu lakukan?" teriak May menangkis pukulan bertubi-tubi adiknya.
"Dapat titah ibu bangunin kakak." Dengan enteng Dafha melempar bantal ke arah kakaknya lalu beranjak keluar. "Jangan memanggilku setan kecil lagi. Aku sudah besar, beberapa tahun nanti akan jadi iblis," imbuhnya sebelum menutup pintu.
May melongo melihat adiknya hilang dibalik pintu. Waktu kecil anak itu usil, makanya May suka memanggilnya setan kecil. Memang benar dia sudah beranjak remaja, lebih cocok dipanggil setan remaja mungkin, tapi May ingin menjalin keakraban dengannya jadi mencoba bersikap seperti dulu. Dia mau mengikis gap yang tercipta di antara mereka.
Setelah cuci muka dan sikat gigi, May ikut gabung dengan adik dan ibunya menonton televisi. Seperti biasa, berita yang ditayangkan tentang konferensi pers selebriti tanah air yang baru menikah di negeri Sakura. Ibunya memang tidak mau ketinggalan bahan gosip dengan ibu-ibu lain di pasar.
May mencomot pisang goreng di atas meja lalu duduk merapat di dekat adiknya, numpang intip tontonan online Dafha. Cowok beranjak remaja itu bergerak tidak nyaman dipepet kakaknya.
"Dulu juga kamu telanjang meluk aku tapi tidak segitunya," sindir May yang tersinggung Dafha duduk agak menjauh darinya.
Dafha hanya mendesis kesal May mengungkit masa kecil kelamnya. Tanpa menimpali kata-kata kakaknya dia kembali fokus ke smartphone-nya.
"Mau jadi polisi?" tanya May karena sudah beberapa kali memergok adiknya serius menonton channel 86 tersebut. "Kakak ogah kalau kamu jadi polisi begitu, tidak jelas yang mana preman dan mana polisi," komentarnya tentang aksi polisi yang menyamar jadi preman.
"Mau jadi premannya," jawab Dafha asal tanpa menoleh pada kakaknya yang sibuk mengunyah pisang goreng.
May melotot mendengar jawaban adiknya. "Bu, si Dafha mau jadi preman!" Dia mengadu jengkel.
"Biarkan saja," balas ibunya yang membuat May terbelalak. "Cucu Pak Dirga lebih tampan daripada suami artis itu, yang gitu diributkan." Ibunya lebih peduli berita selebriti daripada adiknya jadi preman.
"Orang sejenis ibu yang bikin heboh, sampai pasar bukannya jualan malah rumpi menantu orang," celetuk May. Dia menuang setengah gelas teh yang sudah disiapkan ibunya.
"Belum punya menantu sendiri makanya menantu orang yang jadi bulan-bulanan," ujar ibunya. "Makan siang sudah ada di dapur. Ibu tutup jualan hanya ingin lihat kamu sudah bangun atau belum. Punya anak perempuan malasnya minta ampun, sudah sarjana, pengangguran pula," protes ibunya dengan kelakuan May yang sejak datang kerjanya hanya tidur dan makan.
Dari belasan lamaran kerja yang dikirim May, belum ada satu pun yang dapat respons positif. Sarjana tidak menjamin cepat dapat kerja. Perusahaan atau instansi selalu meminta pengalaman kerja. Yang namanya fresh graduate, ya, belum ada. Masa' iya May menulis pengalaman kerjanya cuci piring di hotel sekaligus nguli di kamar. Bisa-bisa dia malah kembali ke profesi lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...