Part 63

64.1K 4K 244
                                    

Senengnya dpt vote 1k+ pas updet pdhl part sblm.y eyke gak sempet pasang target. Hmmm...., meski pasang jg mau2.y yg baca mo vote apa kagak.
😁😆😅😂

Tenkyu buat yang masih nungguin EMay updet. Luv yu all.

🥰😍🥰

Enjoy the reading, guys.

🙂🙂🙂

Satu hal yang Edward tahu pasti sejak bertemu May, wanita itu tidak mudah. Tidak mudah dari segi apa pun. Tidak mudah move on, tidak mudah tergoda, tidak mudah diintimidasi dan paling susah, tidak mudah luluh. Entah bagaimana dia bisa memperbaiki hubungan kaku di antara mereka sejak kembali dari bulan madu.

Tiga minggu sudah berlalu sejak kejadian di Maladewa, selama itu pula Edward tidak pernah mendapatkan haknya sebagai suami. May tidak mengacuhkan ketika Edward minta. Pria itu juga tidak mau memaksakan kehendaknya seperti dulu. Dia berusaha menekan segala egonya sebagai ungkapan penyesalan atas perbuatannya.

May cenderung menjaga jarak dengannya serta mengurangi komunikasi. Dia hanya bicara seperlunya, menjawab ketika ditanya atau sekedar berkomentar singkat jika suaminya bicara panjang lebar. Kontak fisik pun dibatasinya sebisa mungkin. Setiap Edward memeluknya, dia akan mencari cara terlepas secepatnya. Ciumannya juga tidak pernah berbalas, malah lebih sering hanya dalam bentuk kecupan.

You may not and you will not.
There is no forever.

Bisikan May saat dia makin mendekapnya waktu itu selalu terngiang di pikiran Edward. Bayangan kematian ibunya muncul setiap dia menatap wajah tertidur istrinya padahal Edward sudah tidak pernah lagi bermimpi buruk tapi ketakutan kehilangan May perlahan menghantuinya.

"Bangunlah sayang. Kita ke dokter pagi ini." Wajah May yang semakin pucat dan tidak pernah menghabiskan makanannya mengusik kekhawatiran Edward. Bukankah wanita hamil umumnya ngidam berbagai makanan dan lebih rakus?

"Tidak perlu," tolak May seperti biasa. Dia belum pernah ke dokter kandungan sejak kembali sebagai wujud kekesalannya. Edward yang jadi jinak dan tidak memaksa membuat May melakukan semaunya.

"Wajahmu pucat, jarang makan dan selalu muntah."

May berbalik memunggungi Edward, "hanya efek hamil," ujarnya sedikit menggumam.

Edward memutar balik tubuh May kembali menghadapnya. "Aku tidak ingin terjadi apa-apa. Kita tidak akan ke dokter kandungan jika itu maumu. Cukup ke dokter Yudhi, dapat resep, lalu pulang."

"Resep?" Entah kenapa kata ini membuat kening May malah berkerut.

"Iya, resep obat yang bisa membuatmu baikan setelah dia memeriksamu."

"Obat?"

"Aku tidak mau kamu jatuh sakit jika terus begini."

"Apa kamu tahu sesuatu bisa terjadi jika aku sembarang mengkonsumsi obat?"

"Aku tidak peduli yang lain selama kamu baik-baik saja."

Edward mengatupkan bibirnya karena May menatapnya tanpa berkedip dengan ekspresi tidak percaya. Apakah yang diucapkannya salah? Dia hanya cemas dengan kesehatan May yang terus menurun dan menolak ke dokter kandungan. Apa salahnya menawarkan dokter keluarga mengecek kondisi May jika dia tidak mau memeriksa kandungannya.

"Aku bisa saja keguguran, Ed."

"Tidak apa jika itu membuatmu baikan, lagian dokter Yudhi pasti tahu resep yang sesuai untukmu," celetuk Edward spontan. "Yang terpenting bagiku kesehatanmu, sayang."

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang