Part 9

124K 4.3K 22
                                    

Dengan lampu redup, Nathan mengoleskan obat lalu melilit tangannya yang terluka dengan kain kasa. Setelah selesai, dia berbaring di kamarnya sambil meletakkan tangan yang terluka itu di atas kepalanya. Matanya mulai menerawang kembali mengingat jejak yang ditinggalkan pria lain di tubuh May-nya.

Pria itu, apa dia menyakiti May? Atau, May malah menikmati rasa sakitnya? Dada Nathan terasa sesak saat membayangkan pria itu bercumbu dengan May. Tidak! Sebagai sosok pertama membuka segel pintu itu, jadi hanya Nathan yang berhak keluar masuk di sana. Dia akan dan harus mendapatkan May kembali.

Masih terngiang jelas dalam pikiran Nathan saat pertama bertemu May. Saat itu, dia masih berstatus siswi SMA yang tinggal di rumah kakeknya. Demi mengusir rasa jenuh tinggal di sana beberapa bulan karena urusan pekerjaan, dia mulai mendekati gadis periang itu. Tidak butuh waktu lama menaklukkan May hingga mereka pacaran diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

Semuanya bermula saat Nathan sering mendengarkan curhatan May yang kesulitan tidur karena bunyi guntur dan kilatan petir saat hujan di malam hari, dia mengajak May tidur di kamarnya. Tidak ada maksud untuk menyentuhnya. Nathan tidak ingin melakukan hal senonoh itu dengan gadis yang masih berseragam putih abu-abu.

Kenyataan berkata lain, Nathan tidak bisa menahan diri saat May berbaring di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Seakan ada magnet dari tubuh May yang mengalir ke pikiran Nathan untuk melakukan lebih dari sekedar tidur dan berpegangan tangan. Dia tidak bisa menahan diri menjamah tubuh mungil di sampingnya.

Saat Nathan mulai mencium dan mengulum bibir May, gadis itu hanya diam dan bahkan memberi ruang ke lidah Nathan masuk semakin dalam. Mendapatkan respon positif membuatnya percaya diri untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Di saat Nathan mulai menyentuh bagian lain dari tubuh May yang sensitif, mulai ada perlawanan, Nathan masih menganggapnya wajar karena yakin ini pengalaman pertama baginya. Lama-lama tanda perlawanan May sudah menunjukkan penolakan tapi Nathan tidak bisa berhenti. Seluruh pikirannya sudah dipenuhi oleh hasrat mendapatkan May.

Di sela riuh angin dan hujan, petir dan guntur saling bersahutan, Nathan malah berkeringat dan sibuk meredam May agar tetap dalam kendalinya. Dia memaksa masuk ke dalam tubuh May melalui pintu yang masih tersegel. Tidak mudah menyusup ke sana. Nathan berkali-kali mendorong masuk tapi segelnya terlalu kuat. Dia malah semakin bergairah mendobraknya tanpa menghiraukan rintihan dan lirihan May menahan sakit. Bukan hanya May, Nathan pun merasakan sakit itu tiap kali menyusup namun terdesak keluar lagi sebelum pintunya terbuka. Menyadari dibalik pintu itu akan mengubah sakit jadi nikmat membuat Nathan semakin berambisi membobolnya.

Setelah Nathan mengarahkan hampir seluruh tenaganya, segel pintu May pun terbuka. Lirihan dan isak tangis May di antara erangan Nathan terdengar lebih merdu daripada desahan gadis-gadis yang pernah ditidurinya. Melihat May memejamkan mata sambil mengigit bibir bawahnya menahan sakit makin menambah gairah Nathan. Semakin cepat dia memompa, semakin kuat cengkraman tangan May di lengannya seolah menekan tombol berahinya segera menuju puncak.

Nathan menarik napas dalam mengingat malam pertamanya dengan May. Dia rindu akan kehangatan dalam ruangan pintu yang telah dibukanya. Dulu, Nathan harus memaksa May berkali-kali berhubungan intim hingga akhirnya dia luluh dan meminta sendiri. Nathan tersenyum kecil mengingat kejadian itu.

Itu dulu, saat yang keluar masuk di sana hanya Nathan seorang. Semuanya berubah setelah dia pergi membiarkan May menenangkan diri karena kelalaiannya. Sikap gadis putih abu-abunya telah berubah dingin padanya. Dia bahkan merelakan orang lain menjamah pintu yang dibuka Nathan dengan susah payah. Tapi Nathan tidak peduli, dia tetap menginginkan ruang itu jadi miliknya. Hanya saat menyatu dengan May dia merasakan nikmat dan sensasi yang tidak didapatkannya di tempat lain. Jika harus memaksa masuk seperti dulu, Nathan akan melakukannya meskipun ada tanda pria lain di sana. Dia hanya perlu membersihkan pelaku yang meninggalkan jejak itu.

***

May menatap tanda yang ditinggalkan Edward di dadanya dari pantulan cermin. Sedikit tebersit terima kasih dalam hati May karena kebiasaan menggigit pria itu berhasil mencegah Nathan melanjutkan aksinya.

Teringat tatapan Nathan membuatnya bergidik. Apa akan terjadi sesuatu pada Edward? Apa Nathan akan membunuhnya? Pria itu sanggup mengambil nyawa orang jika menghalangi jalannya. Tidak. Nathan tidak akan membunuhnya langsung tapi menyuruh orang lain, atau merekayasa kejadian membuatnya terbunuh. Tapi, jika benar Nathan melukai Edward karena tidur dengannya, kenapa? Apa Nathan cemburu? Apa benar pria itu jatuh cinta padanya? Atau, karena seks?

Isshh....

May mendesis sendiri karena pikirannya yang tidak karuan. Sisa cinta putih abu-abunya masih mengharapkan rasa yang sama dari pria itu. Apa benar cinta itu harus dibuktikan dengan seks? Itu yang dikatakan Nathan padanya dan May percaya. Hingga pada akhirnya dia menyadari kebutuhan seks pria itu terhadapnya lebih tinggi dari perasaan cintanya pada May.

May adalah perempuan biasa, yang selalu mendahulukan perasaan. Dia menuntut cinta di atas seks, tapi Nathan sebaliknya.

Benarkah cinta suci itu ada?

Ok. May sudah tidak suci lagi.

Sebut saja, cinta tulus?

Perjalanan mencari cinta tulus itu ada dalam agenda hidup May. Dia ingin berjodoh dengan pria yang mencintai dan menerima dia apa adanya. Tapi, tidak sekarang. Mungkin beberapa bulan lagi setelah mendapatkan gelar sarjananya. Dia belum bisa meninggalkan kebiasaan yang ditinggalkan Nathan padanya. May belum bisa lepas dari hasrat bercinta. Jika ingin, dia akan memuaskan dirinya sendiri. Untuk saat ini, dia memanfaatkan hasrat tersebut tersalurkan di tempat yang seharusnya. Melalui Edward, dia akan mendapatkan bayaran dan kenikmatan. Tinggal bagaimana May melakukan pekerjaannya dengan baik hingga tidak ada yang dirugikan.

Selain Nathan, May tidak pernah bercinta dengan pria lain lebih dari sekali hingga bertemu Edward. Baik Nathan maupun Edward punya stimulus kuat menarik May lupa diri. Maka dari itu, May akan menjaga perasaannya agar tidak terjerumus pada salah satunya. Dia harus membuang sisa cintanya pada Nathan, dan menutup perasaannya untuk Edward. Dia dan Edward hanya sebatas simbiosis mutualisme, tidak boleh melewati batas pekerjaan.

***** 25/10/18 *****

Heyyy... readers, eyke balik lagi.
Welcome my new followers🤗.

Woww..., Tenkyu sangadh ya, vote.y sudah 50+, ditunggu jadi 100+ (plakk!!! Eyke nggak ada syukur2.y, ya😄). Liatin views and voment yang up up up bikin tangan gatal peng nulis.

Oh ya, eyke mungkin dag rajin updet dulu, ato malah dag updet 2-3 minggu ini. Eyke mo ikut sayembara abdi negara ubur-ubur, jadi fokus di situ. Tapi, tetep diusahain updet kalo sempat.

Keep vote & comment, ya.

Happy reading (^_^).

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang