Part 36

65.9K 3.5K 214
                                        

Lestarikan budaya vote & comment.

Enjoy your reading. ^_^

🙂🙂🙂

Edward duduk tafakur sambil menyandarkan diri di kursi, matanya nanar menatap kertas di atas meja makan. Lagi, May meninggalkannya dengan pesan melalui secarik kertas.

Pagi saat terbangun, hal pertama yang dilakukan Edward adalah mencari May jika dia tidak di sampingnya. Itu sudah jadi kebiasaan selama wanita itu punya kewajiban tidur dengannya. Dia sangat benci kehilangan kala terjaga dari alam bawah sadar. Karena itu, dia selalu memeluk May agar tidak pergi dari sisinya.

I'll be back soon.

Tidak sesingkat biasanya, pesan itu jelas menyatakan May tidak melarikan diri atau menghindari Edward. Tapi tetap saja dia tidak suka kebiasaan May yang sudah beberapa kali meninggalkannya saat tertidur.

Satu hal lagi, May menulis soon.

Tadi pagi saat membacanya, Edward berjanji akan menekan egonya tidak protes karena May keluar apartemen tanpa izin darinya. Dia berusaha memahami tindakan perempuan yang kadang di luar kendalinya.

Itu tadi pagi.

Jelang siang May belum muncul, Edward mulai memikirkan hukuman yang bisa menenangkan amarahnya. Saat gelap menyelimuti malam, jam sudah menunjukkan angka delapan, wanitanya tidak kunjung datang juga. Edward bisa meredam amarahnya, dia bisa mengontrol kekesalan yang ditimbulkan May tapi jauh di dalam sanubarinya, posesif semakin mengakar, pelan namun mengikat.

Saat seseorang menekan password apartemennya, suara tombol terdengar dalam kesunyian. Edward bergeming, tidak memberikan reaksi apa pun. Dia diam menunggu siapa dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Matanya sedikit mendelik begitu lampu otomatis di depan pintu masuk berpendar sekilas. Gelapnya malam yang tidak bercahayakan bulan segelap apartemen Edward setelah pendaran lampu menghilang.

"Apa kamu mulai berteman dengan gelap sepertiku?" Suara yang diikuti derap langkah lalu cahaya lampu yang menyala satu persatu.

Rans.

Edward menghela napas kecewa, bukan orang yang diharapkannya. Matanya pun mengerjap beberapa kali menyesuaikan suasana yang mendadak terang.

Rans datang tanpa menekan bel. Masuk begitu saja tanpa ragu padahal masih jadwal May bermalam di apartemen Edward. Mungkin saja, kan, terjadi sesuatu yang tidak boleh dilihat tamu kurang ajar macam dia.

You know what I mean.

Pria itu tahu May tidak di sana. Dia tahu Edward sedang sendirian. Dia tahu Edward akan menatapnya tajam saat berdiri menyeringai di depannya. Tapi apa pedulinya. Dia juga tidak mau mengganggu macan yang sedang naik pitam jika saja bukan urusan penting.

"Ayah minta kamu dan aku menemuinya sekarang."

"Kenapa?" tanya Edward berdiri ke pantry menuang segelas air lalu menghabiskannya sekali minum.

Jawaban Rans hanya mengedipkan bahu.

Edward mengambil sticky note May di meja kemudian memasukkan dalam saku celananya. Dia menatap kesal Rans yang tetap berdiri santai mengamatinya.

"Jangan masuk rumahku sebelum menekan bel atau mendapat ijin dariku." Ada tekanan mengancam dalam ucapan Edward.

Rans mengangguk paham dengan kata-kata Edward, namun jauh di dalam dirinya itu hanya angin lalu. Edward tidak akan membukakan pintu meski dia menekan bel, jadi buat apa buang-buang waktu.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang