Part 39

62.8K 3.9K 196
                                        

Tenkyu for ur votes, guys.

Still 500+ votes for d' nexUP.

Enjoy your reading n keep VoMen.

🙂🙂🙂

Edward mencium kening May yang masih tertidur. Bibirnya mengulas senyum kecil melihat May tidur pulas dengan satu tangan melingkar di perutnya. Kali ini mereka tidur berpelukan, bukan hanya dia yang memeluk karena perempuan itu sering membelakanginya.

Hati-hati Edward turun dari tempat tidur agar tidak menggangu May. Dia menuju kamar mandi membuang isi kantung kemihnya sekalian menenangkan si oscar yang uring-uringan sejak semalam. Bahkan pagi ini, dia lebih antusias bangun daripada Edward.

Oscar yang rewel membuat Edward kewalahan. Semalam dia susah memejamkan mata sampai berkeringat malah, padahal May menggigil di sampingnya karena pendingin ruangan. Walau Edward sangat ingin menuruti kemauan Oscar, dia tidak mau merusak suasana yang masih sedikit canggung dengan May.

Edward bangun sebelum jam enam karena berencana lari pagi. Disamping tujuannya menjauhkan Oscar dari May, dia ingin tubuhnya lebih bugar. Dua minggu bersama May membutuhkan stamina yang kuat, dia sudah membayangkan malam-malam panasnya bersama wanita itu. Hm, bukan hanya malam, dia bisa melakukannya kapan pun karena May selalu di dekatnya.

Meskipun di apartemen itu disediakan gym, Edward memilih memutari taman yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dia begitu ceria. Senyum selalu menghiasi bibirnya sambil berlari kecil melantunkan lagu yang didengar dari earphone-nya hingga beberapa orang melemparkan tatapan aneh.

Edward langsung menyiapkan sarapan setelah lari pagi. Dia bahkan bersiul menunggu roti bakarnya matang padahal bunyi yang dihasilkan hanya seperti tikus kejepit kipas angin. May membuat Edward lebih bersemangat. Apalagi jika pikirannya membayangkan sesuatu yang erotis tentang mereka berdua, Oscar akan langsung menyentil, dia juga tidak mau ketinggalan.

Butuh tiga puluh detik Edward mengulum bibir May hingga akhirnya perempuan itu mengerjap. Tidurnya sangat nyenyak jadi muncul ide usil Edward membangunkannya. May menjauhkan wajahnya lalu menyapu bibirnya kasar dengan punggung tangannya. Edward terkekeh sedangkan May menggembulkan pipinya kesal. Dia belum sepenuhnya sadar tapi Edward kembali melumatnya.

"Apa kamu tidak jijik," protes May mendorong tubuh Edward, "aku baru bangun bahkan belum sikat gigi."

"Tidak ada kata jijik jika nafsu yang bicara, Sayang."

"Kamu perlu psikiater agar nafsu mesummu itu berkurang," gerutu May bangkit menuju kamar mandi.

"Tidak perlu. Kamu pemicunya jadi cukup ada kamu."

"Kenapa malah aku? Situ yang punya ya situ yang kontrol."

"Kenapa harus dikontrol kalau yang diincar Oscar ada di sini?" balas Edward menyengir lebar.

May jengah mendengar balasan Edward. Dia menutup pintu kamar mandi keras-keras sebagai pelampiasan kekesalannya.

Beberapa menit kemudian May keluar setelah menyelesaikan semua aktifitasnya di kamar mandi. Edward dengan setia menunggu May di pinggir tempat tidur. Matanya mengikuti May menuju meja rias menyisir rambutnya.

"Cepatlah, sarapan sudah siap."

Edward menatap pantulan wajah dan tubuh May yang tertutup piyama tidur dari cermin. Dia mendesah lemah, kenapa Oscar merasa nyaman dan terus meminta wanita itu? Edward mengeluarkan banyak uang demi kepuasan Oscar, itu pun kadang sulit dan perlu sedikit kekerasan. Kenapa Oscar tidak memilih yang pintar masak? Biar bisa puas di ranjang dan di dapur. Atau setidaknya, perempuan cantik lain yang tergila-gila pada Edward jadi dia tidak akan kesulitan mengaturnya.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang