Masih dengan mata terpejam, Edward meraba-raba di sampingnya tapi tidak ada siapapun di sana. Dia bangun lalu memakai celananya kemudian bergerak membuka pintu setiap ruangan namun yang dicari sudah pergi. Edward ingat jelas telah memperingatkan B25 agar tidak meninggalkannya saat tertidur.
Edward tertegun saat matanya menangkap secarik kertas di bawah gelas yang telah dikosongkan B25 semalam.
Thank you.
Edward tersenyum sinis, perasaannya berkecamuk sejuta kenangan dan amarah. Kali ini dia mendapatkan pesan dua kata, bukan satu kata seperti 12 tahun silam, hanya kata maaf.
Sudah lama Edward tidak tertidur lelap. selama ini, selalu dia yang melihat gadis yang ditidurinya pulas di sampingnya. Semalam berbeda, dia bahkan tidak tahu apa gadis B25 sempat tidur sehingga bisa pergi tanpa sepengetahuan Edward.
Edward menghela napas, dia beranjak ke kamar mandi membersihkan tubuhnya dari bau dan peluh yang serasa lengket. Sebelum meninggalkan kamar hotel, dia mengambil kertas yang ditinggalkan B25. Sekali lagi dia membaca tulisan tangan B25 lalu meremasnya kemudian memasukkan ke dalam kantong celananya.
***
B25 duduk menatap wajah lusuhnya di depan cermin. Setengah pakaian di tubuhnya dia tanggalkan, ada bekas gigitan di mana-mana. B25 mencoba menghitungnya tapi berhenti setelah mencapai angka belasan.
Semalam B25 bekerja sangat keras. Seluruh tenaganya dia kerahkan untuk mengimbangi pria yang dia tidak tahu namanya. Seperti kata pria itu, dia benar pemain tipikal lama dan handal. Butuh waktu bagi B25 menaklukkannya.
B25 menguap berkali-kali karena begadang semalaman. Tubuhnya seakan mau remuk karena pelukan pria itu. Dia bahkan harus menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya untuk melepaskan diri saat pria itu tertidur.
Getaran ponsel mengalihkan mata B25 dari cermin ke atas meja. Dia menutupi tubuhnya dengan handuk lalu meraih ponselnya.
"Bagaimana, May?"
"Ssssia...." B25 yang dipanggil dengan nama May akan mengumpat tapi diurungkan karena orang di seberang sana bicara sambil berbisik, "Trisha sudah baikan?" Tanyanya.
"Sudah lebih baik daripada semalam. Kata dokter dia alergi, tidak boleh makan udang."
"Baguslah."
"Semalam kamu dapat yang tajir, ya?" Suaranya menggoda May.
May menghela napas, "Aku malah seperti ketemu vampir, gigit sana-sini. Semuanya gara-gara kamu, kalau tahu orangnya seganas itu akan kutolak." B25 mengomel sambil memeriksa kembali telinga dan lehernya di cermin, "Hari ini aku tidak bisa menjenguk Trisha karena orang itu terlalu banyak meninggalkan tanda yang terlihat."
"Tidak apa, kamu istirahat saja. Kerja kerasmu sesuai bayarannya, nanti aku teraktir."
May mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu, Nat?"
"Pria itu memberikan tip yang sangat banyak, lebih dari cukup untuk biaya rumah sakit Trisha. Apa yang kamu lakukan padanya?"
"Hanya melakukan pekerjaan yang seharusnya."
"Pasti ada yang spesial hingga dia terkesan." Natasha penasaran.
"Tidak ada, aku bahkan tidak melakukan oral service. Ada bagusnya sih karena aku tidak suka melakukannya."
"Wah, padahal itu yang aku suka." Suara Natasha cekikikan membuat May yang mendengarnya malah merasa jijik.
"Ah sudahlah, jangan bahas itu. Ini kedua kalinya aku menggantikanmu dan aku tidak akan melakukan yang ketiga."
"Maaf, May. Aku tidak tahu minta tolong ke mana lagi saat seperti ini, Trisha harus ke rumah sakit dan butuh biaya jadi yang ada di kepalaku hanya namamu."
"Baiklah, kumaafkan demi Trisha. Aku tutup, ya. Badan gerah belum mandi, nih."
"Ok. Bye."
Tubuh May basah dari rambut hingga ujung jari kakinya. Setiap bekas gigitan terkena air, perihnya makin menjadi-jadi. Dia memakai sabun dengan sangat hati-hati. Air saja May meringis, apalagi busa sabun. Selangkangannya pun sangat sakit, dia belum bisa berjalan dengan normal.
May telah berkali-kali berhubungan intim dengan beberapa pria tapi semalam rasa sakitnya setara saat May kehilangan keperawanannya. Pria itu menggenjotnya dengan kecepatan yang tidak bisa dia prediksi per detiknya.
Meskipun May merasakan sakit tapi ada sensasi lain dari pria itu. Sentuhan kasar dan setiap bekas gigitan yang ditinggalkannya seperti tanda kepemilikan. Dan, setiap dia menerjang ke dalam tubuh May, dorongannya sangat kuat seakan itu adalah malam terakhir mereka bercinta.
Ya, terakhir.
May tidak ingin bertemu dengannya lagi. Dia hanya mau merasakan sekali bersetubuh dengan pria berbeda, semacam hobi atau malah kecanduan seks. Tapi May bisa mengontrol dirinya dan punya prinsip sendiri. Dia bekerja dengan sesuatu yang disukainya. May tidak ingin jadi perempuan murahan yang tidur dengan pria tanpa hasil apa pun.
Pekerjaannya sebagai perempuan bayaran memang semata-mata bukan karena suka tapi juga penyambung hidup. Dia butuh uang kuliah dan juga biaya hidup keluarganya. Di samping itu, tindakannya ini sebagai aksi balas dendam pada orang yang merebut masa depannya yang suatu saat akan kembali mengeklaimnya.
Sebelum pria itu kembali, May harus menjaga perasaannya agar tidak goyah lagi. Setiap pria yang tidur dengannya hanyalah ajang latihan baginya untuk tidak membawa perasaan dalam hubungan intim yang dia lalui.
*** 08/09/18 ***
Yang mampir ingat vote & comment.y ya.
Cukup tekan tanda bintang aja biar jadi terang di malam Minggu.Wik en kalian pada ngapain?
Kalo aku mah di rumah ajjah.
Jadi orang baek-baek.Have a nice wik en (^_^)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...