Part 64

62.1K 3.7K 224
                                    

Lapak EMay berdebu, yah.
Lama dianggurin soalnya.😂😅

VoMen--VoMen yang mo bantu bersih-bersih.
🧹🧹🧹
😁😁😁

Enjoy the reading, guys.

🙂🙂🙂

Perut May yang tadinya datar makin membesar. Kondisi fisiknya yang lain juga kian berisi namun itu tidak membuat Edward berpaling darinya. Pria itu malah memandang istrinya makin seksi dan menambah gairah. Dia bahkan tertantang dan bereksperimen melakukan berbagai gaya yang tidak menggangu kandungan May saat bermesraan.

May tidak berubah manja seperti bumil lain yang biasa memanfaatkan kesempatan emas itu ngerjain suami. Wanita itu mensugesti dirinya agar tidak bergantung pada Edward. Jika ngidam sesuatu akan dicarinya sendiri tanpa menyuruh orang, mood swing yang dialaminya semasa hamil juga dikontrol sedemikian rupa agar tidak tampak dari luar. Dia sering menghindari Edward jika mood-nya sedang tidak jelas dan justru pria itu yang kebanyakan mengoceh karena tidak bisa memahami situasi.

Pernah suatu hari Edward menanyakan kalau-kalau May mau makan sesuatu tapi dia hanya menggeleng tidak ingin apa-apa. Setelah suaminya berangkat kerja, May dengan perutnya yang mulai membesar keluar makan bakso di warung sekitar kosnya dulu. Panggilan telepon ataupun chat Edward diabaikan. Walhasil, pria itu berdiri berkacak pinggang sudah menunggunya di depan warung.

Sepanjang perjalanan pulang, Edward tidak berhenti menggerundel. Alasan May yang bilang lebih enak makan di tempat tidak bisa diterimanya. Dia malah marah-marah tidak diajak dan menyalahkan pemilik warung yang tidak terdaftar di aplikasi go-grab food. Seharian itu pula May mendengarkan ocehan Edward karena pria itu tidak kembali lagi ke kantor.

Edward berusaha jadi suami siaga sebisanya, mencoba jadi tempat bergantung May tanpa melibatkan Rans. Bahkan, dia tidak menugaskan satu bodyguard pun demi kenyamanannya. Edward hanya memasang aplikasi gps yang menghubungkan ponsel mereka berdua. Dia ingin May memandangnya sebagai suami yang layak diandalkan dan satu-satunya tempat bersandar untuk perempuan itu. Tapi dasar May yang terbiasa hidup mandiri, dia tidak mau merepotkan siapa pun termasuk Edward. Dalam benaknya, pria itu masih seperti orang lain.

Perhatian dan kekhawatiran Edward semakin tinggi seiring makin membesarnya perut May. Hal itu pula yang membuat May semakin banyak mendapat larangan. Edward juga tambah cerewet, untuk menjaga telinganya tidak terkontaminasi ucapan yang menyulut emosi, May sering pura-pura tidur.

Kadang May bingung sendiri, kenapa dia lebih bisa mengatasi emosinya? Yang meningkat kadar estrogen dan progesteron-nya kan dia, kok yang makin bawel malah Edward?!

Kebiasaan mengoceh Edward mulai berkurang sejak May sering minta perut besarnya diusap, katanya sih karena gatal. Banyak yang bilang akan berbekas jika digaruk. Berhubung tangan May tidak cukup sabar untuk tidak menggaruknya, jadilah tangan Edward dibutuhkan untuk mengelusnya setiap saat. Beruntung pria itu tidak keberatan, malah terkesan doyang. Bagaimana tidak jika pamrih yang didapatnya lumayan menyenangkan, dia selalu mendapat anggukan setiap meminta haknya sebagai suami.

"Jadi apa kata dokter?" tanya Edward sambil mengoles stretch mark cream di perut May. Beberapa bekas goresan kuku istrinya terlihat jelas di sana. "Tadi aku tidak sempat mendengarnya karena telepon Rio." Dia memang tak pernah absen menemani May cek kandungan.

"Katanya sih tidak usah khawatir, tidak berbahaya pada janin." May menikmati usapan tangan Edward. Permukaan telapak tangannya yang kokoh dan sedikit lebih keras mampu mengurangi gatal di perutnya.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang