Edward menyapu rambutnya ke belakang menyusuri lorong remang dalam gedung menuju ruangan Rio. Dia frustrasi setelah menyadari May menggunakan pembalut. Dada May yang beda dari biasanya karena pengaruh menstruasi membuatnya makin bergairah. Edward tidak mau bersetubuh dengan wanita yang sedang menstruasi walaupun ayahnya pernah cerita sensasi yang didapatkan saat melakukannya. Ah, ayahnya memang gila. Edward tidak mau seperti itu. Karena itu dia meninggalkan May. Edward yakin akan menyerang May jika masih di sekitarnya.
Suasana sepi di kantor Rio membuat Edward heran. Sahabatnya itu bilang ada pertemuan penting tapi tidak ada siapapun kecuali security. Mungkin masih di ruang rapat, pikir Edward. Dia memutuskan langsung ke kantor Rio tanpa menghubunginya.
Saat Edward membuka pintu ruangan Rio, suara erangan dipadu desahan menyeruak ke telinganya. Keduanya membentuk simponi merdu yang membuat milik Edward yang tadinya mulai menyusut kembali mengembang. Dia masuk tanpa ragu dan pasangan mesum itu menyadari kedatangannya. Si pria berhenti memompa wanita yang sedang duduk mengangkang di atas meja kerjanya.
"Kenapa kamu bisa masuk ke sini?" Tanya Rio jengkel.
"Makanya kalau mau begituan pintunya dikunci," jawab Edward santai.
"Bisa tunggu di luar sebentar, Bro? Lagi sibuk, nih. Tadi udah di ujung mau lepas, gara-gara kamu serasa lari masuk ke dalam lagi."
"Tidak." Edward menggeleng, "anggap saja aku tidak ada." Tangan Edward bersedekap lalu tersenyum ke arah Rio.
"Ya sudah. Tapi, jangan ganggu!" Rio tidak mau buang waktu mengusir Edward karena akan sia-sia saja. Dia juga tidak mau berhenti jika belum mencapai puncak kenikmatan yang telah diperjuangkan sejak tadi.
Rio kembali mendorong masuk miliknya ke dalam tubuh wanita di depannya. Pelan lalu makin cepat. Ruangan kembali diselimuti erangan dan desahan dipadu bunyi gesekan tubuh mereka yang menyatu. Lima menit kemudian Rio berhenti. Napasnya terdengar saling bersahutan dengan pasangannya. Dia tidak bisa fokus memanggil rasa kenikmatan yang tadi hampir meledak sebelum Edward datang.
"Apa kamu akan tetap di sana?" Tanya Rio emosi melihat Edward yang tetap berdiri dua langkah darinya.
Edward mengangguk.
"Kamu pikir aku sedang melakukan atraksi?"
"Nonton live lebih seru daripada yang ulangan."
"Pergi, bangsat!"
Edward hanya mengedipkan bahu.
"Kamu malah akan membuatnya makin lama jika terus di situ."
"Ok. Baiklah. Kali ini anggap aku angin lalu."
Edward berbaring di sofa tamu membelakangi kedua orang itu sambil bertingkah seolah menutup telinganya.
Lambat laung gema decak sodokan Rio terdengar kembali. Kali ini desahan si wanita mulai bercampur dengan rintihan halus. Erangan Rio makin kuat sedangkan Edward diam menghayati. Dia juga harus mengeluarkannya malam ini. Jika tidak, mood-nya akan kacau beberapa hari atau malah gila sebelum masa kerja minggu kedua May.
Ah, gadis itu. Dia begitu nikmat. Edward tidak pernah merasakan hal yang sama dari wanita manapun.
Edward menarik napas diikuti erangan panjang Rio dan pekikan kuat pasangannya. Mereka keluar bersamaan, batin Edward. Sesaat suasana sepi, hanya terdengar suara napas dua mesum itu menikmati sisa-sisa kenikmatannya.
"Kenapa kamu ke sini?"
Edward menoleh. Rio sedang membersihkan ujung batangnya dengan tisu sedang si wanita juga melakukan hal yang sama di kewanitaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...