VoMen, VoMen, VoMen-nya, ya.....😄😅😅
Terserah kalian mau mencibir eyke pengemis
vote & komentar, salah sendiri kesasar mampir di lapak miskin VoMen.😋Enjoy your reading, guys.
🙂🙂🙂
May agak shock ketika masuk apartemen Edward, suasananya sangat gelap gulita. Dia baru ingat kalau pria itu pernah bilang kemungkinan di luar kota hari Rabu. May menyalakan lampu lalu masuk ke ruangan yang khusus pakaiannya. Sejenak dia berdiri di depan lemari besar. Koper yang dulu dibawanya disita Edward di dalam sana dan terkunci.
Semua laci di dalam kamar Edward sudah dibukanya. Lemari, meja, dan celah apa pun yang menurutnya bisa ditempati untuk menyimpan kunci, semuanya nihil. May duduk berpikir di tepi tempat tidur, mungkin Edward pernah memberinya clue tapi seingatnya pria itu tidak sekali pun pernah membahas kunci lemari itu.
Private room? Mungkin ada di sana, Ruangan itu baru diketahui May. Kemungkinan banyak hal rahasia tersembunyi di tempat itu. Dia ragu masuk berhubung yang punya rumah sedang tidak ada, tapi dari tadi May memang sudah tidak sopan sih menggeledah kamar Edward.
Pintu private room terbuka pelan dari luar, May menyembulkan kepalanya ke dalam was-was. Dia masih ragu dan bersalah menyelinap ke sana tanpa sepengetahuan Edward. Cahaya temaram di kamar itu membuat matanya leluasa mengamati keadaan.
Hm..., Edward mungkin lupa mematikan lampu di sini, batinnya.
Dengan langkah berat May masuk, matanya langsung menyorot objek laci yang akan digeledahnya, namun dentingan gelas mengalihkan perhatiannya.
Edward yang sedang duduk melantai dengan kepala bersandar di jendela kaca besar menoleh menyadari kehadiran May. Matanya tidak berkedip beberapa saat lalu menggeleng tersenyum tidak percaya. Dia melempar kembali pandangannya ke luar jendela kaca menikmati malam yang dihiasi lampu-lampu gedung di sekitarnya.
"Aku bahkan bermimpi melihatmu selarut ini." Edward meneguk gelas yang dipegangnya hingga habis.
May terpaku di tempatnya, dia tertangkap basah tapi Edward seakan tidak peduli. Dia ragu harus berbuat apa. Pria itu sedang mabuk karena beberapa botol minuman beralkohol ada di sekitarnya. May benci berurusan dengan orang yang setengah sadar seperti ini.
Edward kembali menoleh, matanya masih menangkap sosok May. Dia tertawa kecil lalu dengan susah payah berdiri mendekatinya.
"Sepertinya ini bukan mimpi," gumam Edward. "Aku perlu menyentuhmu kalau kamu nyata."
May menepis tangan Edward yang akan mengusap pipinya. Dia mundur selangkah.
"Kamu mabuk, Ed."
"Hm." Edward mengangguk mengiyakan. "Tadinya. Sepertinya sekarang aku sudah sadar setelah memastikan kamu bukan bayangan." Dia maju selangkah mempersempit jarak yang dibuat May.
May menghela napas. Wajar Edward mengiranya tidak nyata, cahaya temaram dipadu efek alkohol membuat pandangan matanya mengabur.
"Sebaiknya kamu tidur biar besok kembali jadi Edward menyebalkan." May menarik lengan Edward ke tempat tidur king size di ruangan itu. "Masalah berat apa yang menimpamu hingga jadi sekacau ini?" gerutunya memaksa tubuh besar Edward berbaring.
"Kamu," jawab Edward terkekeh sambil menunjuknya.
May mengacak pinggang menggeleng melihat Edward bangkit lagi setelah susah payah memaksa tubuhnya rebahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...