Part 59

66.3K 3.9K 245
                                    

OMG!!! Votes part lalu lelet melintir padahal eyke kambuh rajinnya udah nulis part ini.😥😂

Ya udah, gak pa-palah updet mumpung masih malem. Jadi baek sekali-kali biar sering dpt ta'jil. 🤭😂

FYI🙄

WARNING!!!
Part ini sangat, sangat tidak higienis dibaca dari terbitnya matahari di ufuk Timur sampai tenggelam di Barat.😁

INTINYA
Untuk saat ini, jangan dibaca di bawah terik matahari yang membuat suasana makin panas, tapi saat bulan menyapa dan gemintang berkedip biar makin adem.😅

NexUp 850+++votes
Serius!

Enjoy your reading.

Jang lupa Votes & Comment, guys.

🙂🙂🙂

"Bangunlah, sayang." May menggeliat mendengar bisikan itu disertai usapan lunak dan lembab di belakang telinganya. "Waktunya bercinta." Edward mengelus rambut May lembut menunggu wanitanya beranjak dari alam mimpi.

May mengerjap, "jam berapa sekarang?" tanyanya memalingkan wajah lalu menepis Edward yang menyusuri lehernya, dia kembali terpejam.

Edward tersenyum gemas mendengar May kembali bernapas teratur. Dia membelai lembut inti May lalu berbisik lagi, "jam mainnya Oscar."

Kali ini Edward berhasil, mata May terbuka lebar, "apa yang kamu lakukan?" tanya May mencekal tangan Edward bergerak lebih dalam.

"Membuatmu basah, sayang. Bukankah kamu bilang aku boleh melakukan posisi yang membuatku tenang? Hm..., aku sedang memikirkan posisi apa yang akan kita gunakan -- missionary, spooning, doggy style, cow girl, wheelbarrow, scissors, atau pretzel." Edward bertingkah seolah kesulitan memilih. "Kita coba semuanya juga bisa," lanjutnya menyengir lebar.

Apes! May mengatakan seperti itu semalam hanya untuk meredam amarah Edward sampai level berbahaya. Memori pria itu selalu saja mudah mengingat hal-hal yang berhubungan dengan ranjang.

"Aku...." May tidak bisa melanjutkan kalimatnya, Edward tiba-tiba menarik semua bawahannya lalu mengecup intinya berkali-kali. Lama kelamaan kecupan itu berubah jadi gerakan lunak yang basah menggeliat lembut.

"Atau sebaiknya kita mulai dengan Six-Nine?" tanya Edward mendongak melihat ekspresi istrinya.

May langsung mengatupkan mulutnya yang tadi mangap menghayati sensasi yang diberikan Edward. Tetap saja, dia memilih pria itu masuk di bawah dari pada di atas. Bayangan Oscar memenuhi rongga mulut membuatnya ngeri. Spontan dia menggigit bibir dalamnya agar pikiran kotor itu segera hilang.

"Ah, kita awali saja dengan missionary. Aku ingin melihat ekspresi menggoda istriku, mencium bibirnya yang ranum, dan bermain dengan si kembar."

Edward merangkak naik ke tubuh May, mensejajarkan wajah mereka. Entah sejak kapan dia melepas semua pakaiannya, yang jelas May bisa merasakan kulit mereka bersentuhan tanpa sehelai benang pun.

Mata May mengerjap dua kali hingga akhirnya merem saat dia merasakan Oscar masuk perlahan ke dalam tubuhnya. Dua bulan ini tidak ada yang pernah menyusuri lorong itu, rasanya aneh tapi dia suka. Apalagi saat Edward bergerak sedikit menyesuaikan posisi yang pas, rasa gesekan yang dihasilkan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang