Sudah Dua puluh Lima menit May berdiri di depan apartemen Edward dan menekan bel berkali-kali tapi belum ada yang membuka pintu. May tidak ingat tanggal hari pertama mereka bertemu, bahkan dia ragu Edward juga mengingatnya. Masa iya, pria ingat hal semacam itu. Biasanya, kan, perempuan lebih sensitif yang namanya hari spesial agar kelak ada anniversary. May dan Edward merayakan anniversary? Malam pertama kali bercinta! May bergidik membayangkannya.
Apa pria itu sedang tidak ada di apartemennya? Atau, malah mengerjainya dengan password bohongan? May mulai kesal menekan bel, memorinya juga tidak menyimpan informasi waktu kejadian malam itu. Dia mondar-mandir di depan pintu menggali lebih dalam ke long term memory-nya.
Sial.
Yang teringat malah apa yang terjadi malam itu, bukannya kapan itu terjadi. May sangat ingat bagaimana sensasi nikmat mengalir ke tubuhnya saat Edward menyatukan dirinya. Deru napas, bau tubuh, sentuhan, dan erangan pria itu nampak jelas di pikirannya.
Fokus May!
"Dua digit; tanggal malam itu; pria menyebalkan; lantai 3; lantai 20." May mengucapkan apa pun yang diingatnya. " B25; Natasha?"
Buru-buru May mengotak-atik tas selempangnya mencari ponsel. Natasha adalah kunci rentetan nasib sialnya akhir-akhir ini. Dia penyebab May harus berurusan dengan Edward.
"Halo, May." Suara Natasha di seberang membuat May bersorak senang.
"Nat, ingat tidak, tanggal Trisha masuk rumah sakit sekitar Dua minggu lalu?" Tanya May.
"Tanggal Dua puluh, kenapa?"
"Dua digit itu adalah kunci penutup penderitaanku malam ini," jawab May.
"Maksudnya?" Natasha tidak mengerti.
"Pokoknya, begitulah. Makasih ya, Nat. Bye." May memutus panggilannya.
May mulai menekan Enam digit password apartemen Edward dimulai dari tanggal, bulan, dan dua digit terakhir tahun 2018. Terdengar bunyi kunci pintu yang terbuka. May menarik napas lega. Pria itu tidak berbohong.
Tunggu!
Edward benar ingat malam itu?
Agak ragu May masuk, dia tidak pernah ke tempat laki-laki kecuali kamar Nathan dan adiknya. May masuk seperti maling, pelan-pelan melangkah sambil menarik kopernya lalu mengamati sekelilingnya. Kaki May berhenti di ruang utama. Dia melihat Edward sedang bersandar di sofa menghadap ke tv led 32 inch, kedua lengan di bawah kepalanya sedang kakinya lurus menyilang di atas meja.
Edward menoleh, "Akhirnya kamu masuk, sayang," katanya datar.
"Kamu sengaja mengerjaiku?" Tanya May jengkel.
"Tidak," jawab Edward singkat.
"Lalu kenapa tidak membuka pintu?" Serang May.
"Kan, aku sudah beritahu passwordnya."
"Aku mana ingat! Kamu tahu berapa lama aku berdiri di luar? Tiga puluh menit!" May mengarahkan Tiga jari tangannya ke Edward. "Tiga puluh menit!" Ulangnya.
"Makanya, mulai sekarang kamu harus mengingat malam pertama kita, sayang," balas Edward santai.
"Apa pentingnya?!" May makin jengkel.
"Agar kamu bisa masuk," kata Edward kemudian mengubah posisinya jadi duduk.
"Issshhh...." May mendesis geram membuat Edward menyengir. "Jadi, di mana kamarku?" Rasa lelah dan kantuk membuat May ingin cepat mengakhiri percakapannya. Karena revisi skripsi kemarin malam dan tidak adanya asupan tidur siang membuat seluruh tubuhnya melemah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
Aktuelle LiteraturEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...