Edward kembali mencium gadis B25 dan kali ini bibirnya terbuka. Dalam hati Edward bersorak karena gadis itu melakukan yang diperintahkannya. Edward mengulum bibir bawahnya, beberapa detik kemudian dia pindah ke bibir atas gadis itu. Puas dengan bibirnya, lidah Edward perlahan masuk menari di dalam mulut gadis itu namun tidak mendapat balasan. Dia mengulum dan menghisap lembut lidah B25 yang tetap terdiam membiarkan Edward bekerja sendiri.
Di sisi lain Edward senang karena gadis B25 memberinya kuasa untuk melakukan apa saja, namun sedikit tebersit pula rasa tidak diacuhkan yang membuat harga dirinya jatuh.
Edward berhenti menciumnya lalu mendekatkan bibirnya di telinga kanan gadis itu, "Terkadang dibutuhkan dua pemain handal agar permainannya seru." Bisiknya.
"Bukankah kamu harus menarik perhatianku agar bersedia ikut bermain!?"
Balasan gadis B25 membuat Edward membara. Dia menantang Edward. Tatapannya yang tidak berminat namun harus bercinta dengan Edward malah mengundang berahi.
"Apa kamu sedang mengujiku?" Tanya Edward.
"Tidak, aku sedang memancing emosimu."
"Kenapa?"
"Agar kamu berhenti."
"Kamu takut?"
"Tidak, aku hanya tidak ingin melakukannya denganmu."
Edward menyeringai, gadis ini meremehkan kemampuannya.
"Tapi aku ingin melakukannya."
Edward mencium B25 secara brutal. Mengulum lidahnya, menggigit bibirnya, hingga membuat gadis itu menahan sakit dan kesulitan bernapas. Dia tidak peduli lagi dengan penolakan gadis itu, Edward hanya ingin melakukannya, menikmati tubuh gadis itu semalaman.
Tangan Edward masuk ke dalam kaos putih B25, dia meraba setiap bagian kulitnya yang halus. Edward menyusuri dua gumpalan di dada gadis itu. Tidak ada penolakan fisik saat Edward mulai meremasnya tapi dia tahu sang pemilik keberatan dari ekspresinya.
Edward menikmati remasannya hingga dia memasukkan kedua tangannya di kaos B25 sementara bibirnya sibuk mengulum lidah gadis itu. Edward meremasnya makin keras hingga dia bisa mendengar napas berat gadis itu menahan sakit.
Ciuman Edward pindah dari bibir ke leher kemudian ke belakang telinga. Lidahnya mulai menjilati bagian tersebut sambil sesekali menggigit telinganya. Tangannya pun pindah dari dada ke perut lalu pelan-pelan masuk ke dalam jeans B25. Edward tahu tangannya kesulitan masuk ke dalam celana dalam gadis itu jika tidak melepas jeansnya, tapi dia tetap melakukannya.
B25 hanya memejamkan mata dan membiarkan Edward melakukan semaunya. Dia hanya tidak mau melihat wajah berkuasa laki-laki itu. Setidaknya dia tidak lari dari tanggungjawab pekerjaannya jika terus diam sampai semuanya berakhir.
Jari tangan Edward menyusuri belahan di celana dalam B25, sedikit lembab. Edward tidak senang karena tidak menyentuh banyak cairan di sana. Dia bangkit membuka kancing jeans B25 dengan paksa.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya B25 saat menyadari perbuatan Edward.
"Membuka penghalang di antara kita." Jawab Edward sambil membuka jeans B25 hingga hanya tersisa celana dalam tipis.
Edward mulai memainkan jemarinya di dalam celana B25 seiring lidahnya yang menari liar di mulut gadis itu. Deru napas dan cengkraman B25 di lengannya membuat Edward makin bergairah. Dia menyukai reaksi gadis itu tetap tenang tidak mengelak namun amarahnya terbaca melalui tatapannya.
Bibir Edward berpindah ke leher B25, dia hanya ingin menjilat keringat B25 yang membuat nafsunya membara tapi entah kenapa Edward malah menggigitnya. Cengkraman B25 makin kuat setiap Edward menggigitnya. Edward bisa merasakan detak jantung B25 yang semakin kencang saat bibirnya bermain di dada B25. Jemari Edward yang tersemat di belahan pangkal paha B25 makin cepat bekerja karena cairan yang membuatnya licin. Semakin cepat permainan tangan Edward, semakin kencang deru napas B25 diiringi cengkramannya yang semakin kuat di bahu Edward.
Edward menghembuskan napas puas saat merasakan cengkraman B25 mulai melemas. Cairan hangat di jarinya membuat Edward tersenyum. Dengan tatapan mengejek dia menarik tangannya dari celana B25.
"Kamu menikmatinya?" Kata Edward sambil menunjukkan jemarinya yang basah ke B25.
B25 menatapnya sejenak lalu bangkit melumat bibir Edward. Dalam sekejap Edward roboh karena serangan tiba-tiba B25. Kini jantung Edward berdetak kencang saat menyadari dua gumpalan empuk sedang menindih dadanya.
"Apa Sekarang kamu setuju ikut bermain?" Tanya Edward di sela-sela ciuman B25.
B25 berhenti sejenak, menatap lekat-lekat mata Edward sambil mengatur napas.
"Aku harus ikut main agar cepat mengakhirinya." Kata B25 sambil menghapus keringat di dahi Edward.
"Aku tipikal pemain lama." Edward mengedipkan mata kirinya sambil tersenyum.
"Kita akan lihat berapa lama kamu bertahan."
B25 kembali mencium lalu dibalas Edward dengan ciuman lebih bergairah. Lidah mereka saling beradu tanpa henti. Tangan B25 pelan melepas kancing kemeja Edward yang sedang berusaha melepas celananya.
Edward tidak suka posisinya sekarang, dengan sekali gerakan tubuhnya berada di atas B25. Bibir Edward masih sibuk memainkan lidah B25 sedangkan tangannya meremas daging lembut di dada B25 yang mengeras. Deru napas dan sedikit rintihan saat menekan dada B25 terasa merdu di telinga Edward.
Berahi Edward sudah di atas awan, dia sudah siap melakukannya, tenaganya sudah difokuskan ke pinggulnya. Dengan posisi sedikit miring di samping B25, dia mendekatkan miliknya yang mengeras ke selangkangan B25. Sedikit kasar dia membuka kedua paha B25. Pelan-pelan Edward menyusupkan miliknya ke lubang di belahan pangkal paha B25. Dia bisa merasakan dinding lembut dan licin mencekeram miliknya. Edward menarik lalu menusuk B25 menyesuaikan burungnya dengan sangkar milik B25.
Frekuensi Edward menarik lalu menusuk kembali kian cepat, tangannya kuat di dada B25 sebagai pegangan saat pinggulnya bekerja. Edward memperhatikan wajah B25, matanya terpejam sambil mengigit bibir bawahnya agar tidak mendesah keras setiap Edward menambah durasi tusukannya.
"Kamu menikmatinya?" Bisik Edward lalu beberapa kali menjilati belakang telinga B25 kemudian turun ke lehernya dan diakhiri beberapa gigitan.
B25 tidak menjawab, dia hanya menatap Edward sambil mengatur nafasnya. B25 tidak bisa bergerak dengan posisi di mana lengan kanan Edward sedang melingkar dan menekan 2 bukit di dadanya dan selangkangannya masih tertancap milik Edward.
"Aku menikmati tubuhmu," Edward menyisir rambut B25 dengan jarinya, "dan, yang di bawah sana melakukan tugasnya dengan baik."
B25 akan mengatakan sesuatu namun Edward cepat membekap bibir B25 dengan ciuman disertai tusukan yang membabi buta di selangkangan B25. Kali ini B25 tidak menahan desahannya lagi. Dia bahkan mulai menjerit menahan rasa yang disebabkan Edward di lubang syahwatnya. Rasa sakit dan geli berujung kenikmatan hingga dinding yang menekan barang milik Edward semakin kuat mencekeram dan berkedut akan menumpahkan cairan hasil genjotan Edward.
Mendengar desahan panjang B25, Edward tersenyum puas. Bangga pada dirinya, bangga pada miliknya yang kini merasakan guyuran cairan licin di dalam lubang kenikmatan B25.
Edward mencabut miliknya lalu bersandar di pinggiran tempat tidur. B25 yang masih terkulai lemas menoleh ke Edward, matanya berhenti sejenak melihat ukuran milik Edward yang baru saja masuk ke tubuhnya.
"Apa yang akan kamu lakukan untuk menyenangkannya?" Edward mengedipkan mata nakal ke B25, "Aku sudah bilang tidak mudah mengakhirinya." Edward mengelus miliknya memancing B25.
B25 menarik napas dalam melihat tingkah lelaki yang minta dipuaskan itu.
"Kamu tahu pasti aku unggul, selama apa pun aku bisa melakukannya karena aku tidak butuh jeda waktu untuk melanjutkannya."
B25 bangkit kemudian duduk berhadapan di paha Edward, lengannya melingkar di leher Edward. Dia mencium Edward sambil menggesekkan selangkangannya di paha Edward. Belahan milik B25 yang licin terus bergesekan dengan pangkal tiang kokoh Edward yang berdiri tegak di antara perut mereka hingga kedua bola Edward pun ikut bergoyang.
Semakin larut, hasrat mereka untuk saling memuaskan makin dalam. Si B25 ingin segera mengakhiri malam agar tidak terperangkap pada pesona lelaki yang sekarang menindihnya.
***** 4/9/18 *****
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...