Part 28

72.6K 3.6K 149
                                    

Lestarikan budaya vote & comment.

Have a nice reading. ^_^

🙂🙂🙂

Edward mengerjap beberapa kali membuka mata. Dilihatnya May yang sedang memunggunginya. Lama dia menatap punggung itu hingga yang empunya bergerak dalam tidur, berbalik. Wajah si pemilik punggung kini tampak di hadapannya. Hembusan napasnya halus dengan irama teratur menyadarkan Edward tidak sedang bermimpi.

Edward menyempilkan anak rambut yang menghalangi pandangannya lalu menetapkan mata di wajah May. Dia mengamatinya, semua yang ada di sana terlihat pas. Wajah polos tanpa sentuhan riasan dan berantakan tetap membuat Edward tidak mengalihkan pandangan.

May kembali. Kenapa? Jika tidak, aku mungkin membiarkanmu pergi agar tidak seperti ayah. Tapi, May kembali. May sendiri yang memilih kembali jadi milikku. Bisikan hati Edward menyalahkan kedatangan May.

Alarm ponsel May membuatnya meraba-raba dengan mata tertutup. Susah payah dia membuka mata lalu menggeser screen ke sleep mode. May menarik selimut hendak melanjutkan tidur. Matanya tidak jadi terpejam saat menyadari Edward memperhatikannya.

"Kamu sudah bangun dari tadi?" tanya May sambil menguap hingga yang diucapkannya kurang jelas.

Edward bergeming. Diam, tapi manik matanya tetap tertuju pada May.

"Ya sudah, bangunkan aku satu jam kemudian jika kamu belum pergi," pinta May karena Edward tidak juga menjawabnya.

May memejamkan mata, menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Dia risih Edward terus menatapnya tanpa bicara apa pun. Dirasakannya pria itu menarik turun selimut hingga wajahnya tetap dalam jangkauan indra penglihatan Edward.

"Kenapa May kembali?"

Mendengar namanya disebut Edward membuat May canggung. Setiap pria itu mengucapkan namanya, serasa Edward yang berbaring di sampingnya sekarang adalah orang asing yang tidak dikenalnya. Suara yang terkesan dingin itu membuatnya kehilangan sesuatu. Dia merindukan panggilan sayang Edward yang tidak berperasaan dan terdengar hambar.

"Perempuan itu, lepaskan dia," ujar May dengan sedikit tekanan. Dia tidak mau mengulur waktu yang mungkin berakhir penyesalan jika terjadi apa-apa pada Mely.

"Rans," gumam Edward. Dia mengembuskan napas panjang menyadari ulah pria itu menuntun May kembali. "Itu alasanmu ke sini? Sok baik menyelamatkan jalang yang membuatmu pergi dariku." Sedikit nada kecewa dari ucapannya tapi dengan kekesalan yang sudah nampak.

"Tidak, bukan karena dia. Tapi untuk menyelamatkan diriku sendiri," balas May tanpa ragu. "Aku tidak yakin kamu akan membiarkanku pergi begitu saja."

"Kenapa aku harus menahanmu pergi?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Yang jelas, sejak awal. Bukan. Sejak membuatku berhenti di Tante Rara, perlahan kamu menarikku ke dalam hidupmu."

"Kamu yang menawarkan diri," kilah Edward.

"Tapi bukan dalam bentuk hitam di atas putih. Kamu tahu pasti, lebih banyak keuntungan bagimu jika memperlakukanku seperti wanita penghibur lain."

Edward menyeringai, May seperti yang diperkirakan, dia wanita jalang tapi berkelas. "Dan, kamu mengikuti permainanku."

"Karena kamu menarik perhatianku dengan bayaran tinggi."

Edward mendesah lemah, "tapi menolak jumlah yang lebih banyak atas sanksi pelanggaran yang kuperbuat."

"Itu karena sanksi tersebut jebakan untukku," balas May lantang. "Jika aku melanggar, aku akan terikat semakin erat di sisimu karena tidak bisa melunasinya. Tapi, itu tidak seberapa buatmu."

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang