Part 33

67.8K 3.5K 223
                                    

Lestarikan budaya vote & comment.

Enjoy your reading. ^_^

🙂🙂🙂

Semua rencana May berjalan lancar minggu ini, sidang tutup beserta yudisiumnya sudah selesai. Kini dia jadi sarjana dengan predikat sangat memuaskan. Walau bukan cumlaude, dia sangat bahagia.

Berkas pengambilan ijazah harus cepat diurusnya. Dia lebih butuh selembar kertas beserta pasangannya yang berisi angka perjuangan May bertahun-tahun daripada menghadiri acara ber-toga ramai-ramai sambil selfie sana-sini. Dia harus bergerak cepat demi masa depannya, demi lepas dari dunia gelap yang dia geluti.

Hubungannya dengan Edward juga membaik, dia akan menjaga hubungan itu agar berakhir baik. Bermasalah dengan Edward bukan hal sepele jadi May tidak mau mengambil resiko.

Sedangkan Nathan....

Ah! Kenapa pria itu malah memberinya beban pikiran? Dia sudah bilang akan menunggu, tapi kenapa mendadak buru-buru?

Insting posesifnya mungkin sedang aktif. Dia menyadari saat menunggu itu, May perlahan melepaskan diri darinya.

Urusan Nathan dikesampingkan dulu, bagaimana menghadapi kemauan pria itu bisa dipikirkan nanti. May punya urusan yang lebih penting, sms banking baru saja masuk dua kali di ponselnya. Matanya tidak berkedip menatap jumlah angka yang masuk ke rekeningnya.

Sms pertama setengah bayarannya selama bekerja dengan Edward. Yang kedua, sanksi denda pelanggaran yang dilakukan Edward. Pria itu membayarnya dengan jumlah fantastis tidak kurang atau lebih se-rupiah pun.

Deretan angka itu tidak seberapa bagi Edward, tapi bagi May, uang itu bisa langsung melunasi biaya renovasi rumah dan toko ibunya. Jumlah itu sesaat membuatnya merasa beruntung dipertemukan dengan Edward dan melupakan sulitnya melayani pria itu.

"Halo," kata May saat teleponnya tersambung, "sorry Pita, tadi pagi aku masih tidur saat kamu nelpon. Bagaimana? Udah selesai?"

"Belum kelar semua, masih tahap finishing," jawab orang yang disebut Pita itu.

"Terus adik dan ibuku kapan bisa tinggal di situ?"

"Setelah kamu bayar lunas dong, May." Terdengar bercanda tapi serius.

"Tenang, kalau kamu minta sekarang bakal kulunasi."

"Sudah punya uang? Serius? Kamu jadi simpanan siapa? Pejabat daerah apa provinsi?" serang Pita.

May cekikikan, "rentetan pertanyaanmu negatif semua. Yang jelas sekarang aku bisa lunasi semua jika kamu minta," balas May sedikit bersuara sombong.

"Wah, berarti aku harus minta pekerja menyelesaikannya biar cepat kembali modal. Satu atau dua minggu lagi keluargamu udah bisa pindahan, nanti aku kabari."

"Terus aku lunasinya kapan?"

"Setelah selesai ya, sesuai kesepakatan biar kamu tidak tidur nyenyak karena masih berhutang."

May terkekeh lagi, "Semoga aku belum kena rampok saat kamu minta dilunasi."

"Rumahnya bakal kurobohkan kalau kamu tidak bayar. Sudah ya, mau jemput anak-anak dulu dari sekolah," candanya mengakhiri percakapan.

Rapita, kenalan yang dipercayakan May untuk mengurus renovasi rumah barunya. Kalau anak kuliahan lain yang bekerja di dunia hiburan malam sibuk dengan barang branded, May sibuk menabung. Beruntung Edward bersedia memenuhi pundi-pundi tabungannya hingga tidak harus berhutang lama-lama pada Pita.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang