"Gerakan refleksmu lamban," kata pria itu mendorong agar pintu terbuka lebar. "Ini yang kedua kalinya. Apa aku terlihat seperti penagih hutang? Kamu selalu berusaha menutup pintu jika melihatku," lanjutnya.
Edward masuk dengan santai ke dalam rumah. Tiga langkah setelah melewati pintu, dia berhenti sejenak mengamati sekelilingnya lalu mengambil posisi duduk di kursi yang tadi ditempati May. Edward melihat layar laptop May.
"Jadi, kamu mahasiswi?" Tanya Edward saat mulai membaca ketikan May.
Mendengar pertanyaan Edward, May langsung bergerak menutup laptopnya yang masih menyala.
"Keluar!" Perintah May dengan emosi.
Edward meletakkan telunjuk di bibirnya. "Husshhh..., nanti ada yang bangun," katanya dengan suara rendah.
Tunggu! Kenapa pria ini tahu tentang Trisha. Dari mana dia tahu rumah Natasha?
"Apa...."
"Dia sedang bekerja," potong Edward. "Gara-gara dia, kamu tidak menemuiku."
"Aku memang tidak mau menemuimu."
Edward berpikir sejenak, "Anggap saja aku menjadikannya alasan agar tidak menghukummu."
"Bukankah kamu tidak bisa lagi bertemu B25?"
"Aku harus bertemu dengannya agar mengetahui posisimu. Jangan khawatirkan dia, mungkin mereka sudah menyelesaikan ronde pertama. Rio bukan pemain kasar, tapi mungkin temanmu akan sedikit kewalahan," jawab Edward sambil berkedip nakal.
"Rio?"
"Aku terpaksa booking B25 untuknya. Sudahlah, khawatirkan saja dirimu. Bertemu perempuan murahan seperti kalian ribet juga."
"Tutup mulutmu!" Hardik May.
Edward hanya tertawa kecil, "Sebaiknya kamu menurutiku agar lebih simple jika tidak mau melibatkan orang lain."
"Kita bicara di luar." May meraih pergelangan tangan Edward, mencoba menariknya keluar tapi pria itu tidak berkutik.
"Aku lapar," ujar Edward dengan sedikit rengekan sambil memegang tangan May yang menarik pergelangan tangan kanannya.
May berbalik menatap Edward, alisnya naik sebelah tidak percaya apa yang baru didengarnya. Dengan sekali hentakan dia melepaskan pegangannya dan tangan Edward.
"Aku mau makan malam denganmu tapi kamu tidak muncul. Sampai sekarang aku belum makan."
"Sana pergi makan sendiri kalau lapar!" May tidak perduli.
"Aku tidak bisa pergi sebelum membahas sesuatu denganmu dan aku juga tidak bisa bicara baik-baik dalam keadaan lapar."
"Bahas apa?" Tanya May.
"Perjanjian kontrak."
"Perjanjian?" Ulang May tidak mengerti.
"Kamu akan bekerja padaku jadi harus ada perjanjian. Apa perempuan penghibur sepertimu bekerja tanpa menghiraukan hak dan kewajiban? Benar-benar murahan!"
"Jaga kata-katamu, brengsek!" May tidak bisa menahan emosinya.
Edward tertawa melihat wajah May menahan marah, "Aku tidak bisa sopan dalam keadaan lapar."
May menarik napas dalam-dalam menenangkan diri. Satu hal yang May baru sadari sekarang. Beberapa kali mereka bertemu, interaksi antara dia dengan Edward itu seperti papan iklan yang sering dibacanya di pinggir jalan - act more, talk less - jadi May tidak tahu mulut pria ini pedas seperti cabe rawit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...