Lestarikan budaya vote and comment
pada penulis yang masih moody ini sebagai dukungan kelanjutan hidup EMay dalam dunia Jingga.Enjoy your reading ^_^
🙂🙂🙂
Setelah mobil terparkir, May menyembulkan kepalanya dari kaca jendela yang terbuka melihat sekitar. Tidak jauh dari mereka, beberapa muda-mudi duduk santai di atas tembok. Ada juga bocah kecil lari-lari mengejar bola.
"Kenapa mengajakku ke sini?" tanya May pada Nathan yang sudah berdiri hendak membuka pintu mobil dari luar tapi tertunda karena tingkah gadis itu.
"Lihat sunset."
May mendongak, "dengan cuaca seperti ini?" Telunjuknya mengarah ke atas. "Matahari saja tidak jelas masih di ufuk barat atau malah sudah bergulir ke bagian bumi yang lain," lanjut May keluar dari mobil yang dibukakan Nathan.
"Walau sunset-nya tidak terlihat aku tetap ingin menghabiskan waktu bersamamu." Nathan menyelipkan anak rambut May yang tertiup angin membuat gadis itu salah tingkah.
"Tapi sepertinya akan hujan deras, buat apa ke pantai?"
"Dulu kita sering ke pantai di hari spesial walau awannya abu-abu."
"Abu-abu seperti hubungan kita," gumam May asal. "Hari spesial?" Alisnya terangkat bingung.
Nathan menyisipkan tangan kiri di sela-sela jari kanan May. "Hari ini ulang tahunku. Dulu juga kamu sering lupa." Dia membimbingnya melangkah mendekati huruf besar nama pantai favorit masyarakat setempat itu.
"Yang dulu maaf, yang sekarang maaf juga karena tidak ada kado. Tapi aku memang tidak perlu mengingatnya sekarang, kan?"
Senyum kecil terbentuk di bibir Nathan. "May sudah cukup jadi kado untukku, semalaman bersama May seperti dulu selalu jadi kado yang kutunggu."
Wajah May memerah, malu. Genggaman Nathan makin kuat. Kilas balik kenangan mereka terputar kembali di pikiran May. Semalaman? Ya, semalaman. Karena pria ini memang tidak berhenti melakukannya hingga fajar menyingsing.
Sisa perasaannya yang tersentuh Nathan semakin tumbuh. Ini tidak baik. Sia-sia May menata hatinya selama ini jika pada akhirnya jatuh kembali pada pelukan Nathan.
First!
Nathan menjadi yang pertama bagi May dalam segala hal. First kiss, first love, first sex, first boyfriend yang bahkan belum pernah tergantikan. Kenapa yang pertama itu selalu ada ruang khusus dalam hati? Akankah yang pertama jadi yang terakhir?
"Issshhh." May mendesis kesal menyembunyikan bunga-bunga yang bermekaran di dadanya. "Jangan memaksakan itu terjadi, aku memastikan kita tidak akan pernah bertemu jika kamu melakukannya," ancam May namun jantungnya berdebar.
Dulu Nathan selalu mendapatkan kebutuhan biologisnya dari May dengan sedikit paksaan jika ditolak. May was-was pria itu punya rencana lain, apalagi di saat May sendiri ragu akan penolakannya. Masalah yang pernah ada di antara mereka cukup jadi tameng mencegah pergerakan Nathan memaksanya melakukan itu.
Nathan menarik napas dalam, "aku sudah bilang, tidak akan melakukannya tanpa izin darimu." Dia melepas genggamannya. "Tapi tidak dengan yang satu ini."
Nathan meraih tengkuk May, menariknya mendekat hingga bisa mengecup bibirnya, menyusup masuk mengecap lidahnya, lembut dan manis. Sesaat dia berhenti, menikmati rona memerah di wajah May. Diraihnya pinggang gadis itu lalu menekan kepalanya terbenam di dada. Membiarkan May mendengar suara detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...