Yuhuuu..., EMay updet!!!
Vote n comment.y ditunggu, yah.
🙂🙂🙂
Seperti biasa, Rans bersikap sopan dan hormat menyambut kedua tamunya di pintu utama apartemen. Tidak banyak yang tahu identitasnya sebagai anak angkat keluarga Raharja, dia lebih dikenal sebagai orang kepercayaan Edward.
Nathan tidak berkedip beberapa detik memandang Rans, dia langsung ingat kapan dan di mana mereka pernah bertemu. Melihat Rans tanpa ekspresi apa pun, Nathan berasumsi pertemuan pertama mereka disengaja.
"Saya diminta menjemput Anda dari sini, atasan saya hanya akan menemui orang yang bernama Nathan Dirga Wijaya." Gerakan dan ekspresinya tidak bisa ditebak, tetap tenang dan terkesan ramah.
Pram menatap curiga pada Rans, isyarat Nathan agar menunggu di luar diabaikan. Dia dengan tegas menunjukkan penolakan bosnya sendirian menemui Edward.
"Aku akan baik-baik saja," bujuk Nathan, "lakukan yang kuminta Pram. Tunggu aku di mobil."
Sekali lagi Pram menatap Rans, sinar matanya mengancam jika terjadi sesuatu pada Nathan. Rans hanya membalas dengan wajah datar seakan tidak mengerti maksudnya.
Rans mempersilahkan Nathan masuk lift duluan kemudian dia menyusul. Dia lalu menekan tombol lantai teratas di mana Edward sedang menunggu mereka.
"Jika kamu mengantar seseorang, jangan setengah jalan tapi sampai tujuan." Nathan membuka percakapan agar lift yang hanya diisi mereka berdua tidak terasa sunyi.
"Maaf, maksud Anda?" Rans menoleh dan bertanya penuh sopan.
"Seharusnya kamu mengantar dia sampai depan kostnya jika pada akhirnya tetap muncul di depanku pura-pura bertanya alamat, apa tujuanmu?"
"Saya melakukan apa yang seharusnya," balas Rans tetap santun, "saya juga akan mengantar Anda sampai tujuan," lanjutnya menengadah melihat layar digital yang menunjukkan posisi mereka yang sudah mencapai lantai 32.
Rans membuka sebuah unit apartemen lalu dengan gestur sopan meminta Nathan masuk. Dia berjalan ke sebuah ruangan yang diikuti Nathan di belakangnya. Di sana, Edward sedang duduk di sofa menunggu tamunya.
"Silahkan." Rans mempersilahkan Nathan duduk di sisi yang lain lalu mengambil posisi berdiri di belakang Edward.
Nathan tidak bergeming, dia hanya lurus menatap Edward yang juga memandangnya tanpa emosi yang bisa ditebaknya. Sejenak dia mengalihkan matanya ke Rans lalu kembali ke Edward.
"Jika kamu hanya mau bertemu denganku seorang, aku juga hanya ingin bicara denganmu tanpa dia," ujar Nathan setelah duduk di sisi sofa yang tadi ditunjukkan Rans.
Tanpa merasa tersinggung, Rans dengan sopan memberi tahu Edward kalau dia ada di luar jika perlu apa-apa. Dia pun dengan hormat undur diri dari hadapan Nathan.
"Kamu ingin bertemu denganku karena urusan kerjaan atau urusan lain?" tanya Edward datar setelah Rans menutup pintu meninggalkan mereka berdua.
"Dengan tempat dan waktu yang kamu tentukan, kamu pasti sudah tahu yang ingin kubicarakan." Nathan meletakkan map yang sangat dikenal Edward di atas meja, map itu berisi perjanjian kerjanya dengan May yang sudah expired. "Aku tidak tahu jika calon istriku membuat perjanjian semacam ini denganmu. Setelah aku tahu, aku tetap akan menikahinya. Yang membuatku terusik, perjanjian telah berakhir tapi kamu masih menemuinya."
Edward mengamati raut muka Nathan, mencari tahu apa pria itu tahu keberadaan May atau tidak.
"Dia yang datang ke apartemenku," pancing Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love & Obsession
General FictionEROTIC MATURE (21+) Niatnya hanya bersenang-senang tapi malah menyiksa diri. Dia, perempuan yang kupilih secara acak, hanya untuk semalam, menjadi mimpi buruk bagiku jika tidak memilikinya. Dia harus memilih, tersiksa di sisiku atau mati di sisi ora...