Part 31

84.4K 3.7K 153
                                    

Lestarikan budaya vote & comment.

Enjoy your reading. ^_^

🙂🙂🙂

May pasrah menerima sarapan yang ditawarkan Edward. Dia tidak membalas lumatan pria itu tapi menikmatinya. Diamnya May membuat Edward semakin lapar, merasa diabaikan, sedangkan dia sendiri sangat merindu.

Reaksi May yang hanya menerima malah memancing adrenalin Edward. Itu tidak membuatnya marah tapi jadi semakin bergairah. Dia menggelitik leher May dengan isapan dan jilatan. Ketika satu desahan lolos dari bibir May, dia tersenyum puas. Wanita angkuhnya diam-diam menikmati permainannya.

"Jangan," larang May saat Edward membuka kancing piyamanya. "Cukup masukkan saja. Bisa dilihat orang." May memberi isyarat ke beberapa orang di tengah kebun teh karena ruang dapur itu juga berdinding kaca.

"Of course sayang, aku akan masuk. Hanya aku saja yang bisa melihatnya."

"Tapi...." Perasaan risih masih menyelimuti May.

"Jangan mengulur waktu, sayang."

Edward tidak mengindahkan May, dia sukses melepas baju dan bra yang menyesakkan dada. Edward menatap nanar dua gundukan sintal di sana. Sarapannya pagi ini sangat menggoda. Jika setiap hari disuguhi tubuh May, hari-harinya akan penuh semangat.

Kedua tangan Edward meremas jatah masing-masing. Yang kanan meremas, yang kiri memelintir puncak yang menegang. Tubuh May terdorong ke belakang, kedua tangannya menopang tubuh yang miring hingga dadanya membusung. Edward semakin dapat akses bermain.

Lagi-lagi erangan keluar di bibir May, tangan Edward kuat memeras yang kiri sedang yang kanan dihisap dalam-dalam lalu diakhiri gigitan. Dia haus akan tubuh May. Semakin dia menyesap dadanya, dia semakin haus akan kenikmatan dari tubuh wanitanya.

"Bukankah kamu buru-buru?" Pertanyaan itu lepas di antara erangan May.

Jujur, May sangat menikmatinya. Tubuhnya seperti merindukan sentuhan Edward hingga bagian paling sensitif dalam dirinya sudah tidak sabar minta diisi. Dia tidak tahan dengan permainan Edward, gelenyar dalam sana membuatnya gelisah jika tidak segera dibuat sesak.

Tangan Edward langsung menyusup ke celana May. Dia cukup takjub celana dalamnya cepat basah dari biasanya.

Edward tersenyum menyindir, "aku lebih senang jika kamu memintanya langsung?" Jarinya mengelus lalu berputar di titik tertentu, May menggeliat kegelian merasakan sensasi yang menyerang semua urat syarafnya. "Ini yang kurasa saat kamu menolakku. Tersiksa karena ingin menyatu denganmu," lanjut Edward dengan jari yang masih bergerilya.

"Aku hanya ingin menyelesaikan tugasku cepat." Mulut May masih berusaha menjaga harga dirinya sedangkan tubuhnya berlagak murahan, kakinya kian terbuka lebar.

Edward melepas semua celana May. Dibukanya lagi paha wanita itu lalu mengamati bagian favoritnya, dia menarik napas dalam menikmati aroma yang dihasilkan bagian inti May yang sudah sangat basah.

May mendesis kesal melihat tingkah Edward. Dia sendiri bahkan tidak pernah memperhatikan miliknya, pria itu selalu mesum. Tangannya terkepal menahan desahan saat tiba-tiba Edward menjilat dan mengisap intinya.

Seringaian terbentuk di bibir Edward melihat seluruh tubuh May menegang. Keringat membasahi dahinya menahan diri agar tidak menunjukkan kenikmatan yang dirasakannya memancar sangat seksi. Pikiran nakal Edward muncul, dia ingin mengerjai May.

"Aku akan menundanya sayang, kita lakukan nanti malam," ucap Edward mengakhiri sentuhannya dengan kecupan di titik paling sensitif.

Shit! umpat May dalam hati.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang