Part 12

114K 4.1K 33
                                    

Di kantin dekat fakultasnya, May mereview kembali dokumen yang diberikan orang suruhan Edward tadi pagi sebelum ke kampus. Pria itu benar-benar tidak mau kalah, karena pasal tinggal bersama yang dibuatnya dari seminggu berkurang jadi Empat hari, maka Empat hari itu seperti penjajahan di atas bumi bagi May. Larangan dan kewajiban dibuat sedetail-detailnya. Intinya, Edward menguasai dirinya Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. May tidak berniat protes karena bayarannya tidak berkurang sepeserpun. Cukup dia bertahan selama Dua bulan tersebut.

"Sudah ACC, May?" Tanya Weny menyeruput es teh manisnya.

"Belum," jawab May. "Masih nunggu pembimbing Satu," lanjut May sambil menutup mapnya.

"Janjian?"

"Tadi waktu kuhubungi, aku disuruh menemuinya di ruangan dosen jam 2." May menyeruput jus jeruknya lalu mulai mengunyah bakwan di depannya.

Weny melihat jam di pergelangan tangannya, "baru jam 13:15 siang."

"Skripsi kamu bagaimana?"

"Tuh, di kost bobo syantik. Aku masih betah jadi mahasiswi," jawab Weny. "Anggap saja pengangguran yang tertunda," lanjutnya tertawa.

"Aku mau cepat selesai Wen, biar alur hidupku ke arah yang benar."

"Serius mau berhenti, ya?" May mengangguk, "aku mendukungmu kawan, kasihanilah isi celana dalammu yang...."

May membekap mulut Weny dengan sepotong bakwan yang sudah dicocol saus. Setelah melakukan aksinya, dia mengawasi sekitar kalau-kalau ada yang mendengarkan ocehan Weny. Beruntung tidak ada yang memperhatikan mereka. Weny hanya terkekeh mengunyah sepotong bakwan yang tadi menyumbat mulutnya.

"Awas ya, kalau ngomong jorok lagi," ancam May.

"Makanya, jadilah orang seperti aku."

"Widihh..., bicara kayak orang suci aja," cibir May. "Aku sih masih mending, tidak merugikan orang lain. Nah kamu, mengambil dua-tiga lembar isi dompet orang juga perlu pensiun, Wen."

"Lagian mereka juga tidak tahu aku mengambil uangnya."

"Kebiasaan kamu itu penyakit."

"Kamu juga, May."

"Aku bekerja."

"Aku juga."

Issshhh.... May menyerah. Adu argumen dengan cewek kleptomaniak ini tidak akan ada habisnya. Sahabatnya ini malah makin mengolok-olok. Walaupun dia dari keluarga berada, keinginan mengambil barang orang sangat kuat dalam dirinya. Tapi Weny tidak pernah mengambil apa pun darinya.

May kembali menyeruput jus jeruknya. Matanya menyapu orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidak lama lagi dia akan meninggalkan suasana ini, mendengar keluhan mahasiswa lain tentang tugas atau malah curhatan pacar mereka yang selingkuh dengan mahasiswa dari kampus lain seperti gadis yang sekarang terisak di meja sebelah. May tidak habis pikir, sudah selingkuh masih saja ditangisi. Pupil matanya berhenti saat kembali mengarah ke Weny yang asik dengan ponselnya.

"Kenapa kamu di sini?"

Weny mengangkat kepalanya, "makan siang denganmu."

"Aku tidak bertanya padamu."

Weny mengangkat alisnya, dia menoleh ke belakang mengikuti arah sorotan retina May. Sensor penglihatan Weny menangkap pria berjeans dengan baju kotak-kotak biru berlengan panjang yang digulung sampai siku. Wajahnya yang terhitung tampan di mata Weny langsung membuatnya berbalik kembali ke May.

"Apa dia pelangganmu?" Bisik Weny bersemangat.

"Diam." May menggertakkan gigi ke Weny was-was memperhatikan sekitarnya. Mulut anak ini bisa jadi petaka di kampus.

Between Love & ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang