Semua yang ada di cafe terdiam. Kebanyakan pelanggan disana adalah golongan muda, jadi mereka tau apa yang diucapkan Dava adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Hening... Semuanya benar benar menutup suara. Askar, Elvan dan Ardan. Mereka bahkan belum mengedipkan mata setelah ucapan Dava yang mengejutkan tadi.
Adik?
Dava menarik bagian belakang baju Gilang. Dia menjauhkannya dari adiknya. Kini Dava benar benar berhadapan langsung dengan Ken. Laki laki yang biasanya terlihat polos, kini sedang memasang mata tajamnya kepada Dava.
"Ini yang lo bilang tugas kuliah?" Ken menatap Dava dengan benci. Dan untuk pertama kalinya, Ken menggunakan kata 'lo', bukan 'kamu' bahkan 'abang'.
Akan Dava ingat ini, sebagai bagian terpahit dalam hidupnya. Adik yang ia jaga, kini membencinya.
Dava menarik nafas dengan panjang. Dia tidak boleh berfikir bahwa hubungannya dengan Ken akan hancur selamanya. Dia harus menjelaskan, apa yang ingin Ken pertanyakan.
"Gue ga terlalu kaget saat tau lo perokok. Tapi yang buat gue marah, lo jadi ketua, geng sampah!"
Gilang dibelakang Dava langsung maju kembali berhadapan dengan Ken. Emosinya memuncak saat kumpulannya yang selalu disegani, kini tak lagi dihargai.
Ken. Akan Gilang habisi saat ini!
Buggg!
Keadaan mulai ricuh saat Gilang tersungkur benabrak beberapa meja disekitarnya. Beberapa pelanggan terdekat juga sudah berdiri, guna mengantisifasi serangan yang bisa jadi merugikan mereka. Bukanlah Gilang yang memukul Ken, tetapi Davalah yang memukul Gilang.
Dava mengeraskan rahangnya. Sudah dua kali Gilang akan menyakiti adiknya. Jika tidak ada suara tepuk tangan Ken, Gilang akan berakhir ditangan ketuanya sendiri!
"Lo mau nunjukin kehebatan lo sebagai ketua didepan gue?" Lagi lagi Ken mebuat Dava terluka dengan ucapannya. Ini benar benar bukan seperti adiknya. Ken yang ini, sudah hampir sama dengan malaikat pencabut nyawa.
Dava membalikkan badannya kearah Ken kembali. Dia menggeleng. Tatapan tajam yang diarahkan kepada Gilang, berubah sendu saat berhadapan dengan Ken. Sesayang itu Dava kepada adiknya, sehingga dia tidak mau lebih banyak membuat masalah.
"Abang jelasin dirumah"
Dava mengambil jaketnya lalu langsung menarik Ken agar ikut pulang bersamanya. Ken tidak sempat berpamitan kepada Askar, Ardan dan Elvan, jangankan untuk itu, ingat mereka saja tidak.
Selepas kepergian kakak beradik itu, keadaan kembali ramai. Bahkan lebih ramai dari sebelum terbongkarnya siapa adik Dava. Mungkin kebanyakan dari mereka, kini sedang menggosipkan kejadian beberapa detik lalu.
Tak jauh dari meja Gilang dan teman temannya, ada seorang laki laki misterius yang telihat santai disetiap keadaan. Bahkan saat Gilang dipukul Davapun, lelaki ini seolah olah tidak tahu.
"Sisi lain dari Dava adalah, kecintaannya kepada adiknya. Hh_ ini akan menyenangkan!"
***
Kini telah berubah, ruang tamu yang biasanya hangat, menjadi sebuah ruang debat. Dava mempertahankan prinsipnya dan Ken juga mebulatkan penilaiannya.
"Lo orang jahat!"
Dava menggeleng dengan tatapan meyakinkan.
"Gue ga pernah menerima penghargaan mereka yang menjadikan gue sebagai ketua. Gue ada disana, hanya sebagai teman mereka"
"Lo lakuin tindak kriminal! Balapan liar, tauran bahkan sampai pembunuhan. Itu yang lo maksud sebagai pertemanan?"
"Berhenti pake Lo-Gue! Gue sakit denger itu!" Selama lima belas tahun hidup Ken, Dava baru kali ini mendengarnya. Karena itu tidak biasa, dan saat Ken mengucapkannya dalam keadaan marah, Dava menjadi terluka.
"Gue gapernah lakuin itu. Apa yang BD lakukan, semuanya percaya bahwa gue yang perintahkan. Orang lain hanya bisa menilai dari apa yang mereka dengar. Tolong percaya sama abang, bukan apa yang orang bilang!"
Dava melihat kearah adiknya. Sepertinya tatapan amarah Ken mulai memudar. Dia tak lagi menatap dirinya setajam saat di cafe tadi. Kali ini, Ken seperti menuntut Dava untuk lebih menjelaskan semuanya.
"Gue pernah nolong mereka. Saat itu adalah saat mereka semua tau kemampuan gue"
Flashback
Dava barusaja menyelesaikan kelas terakhirnya hari ini. Seperti biasa, pulang kuliah dia akan bekerja paruh waktu di cafe temannya, Dia selalu menghabiskan malam disana, saat waktu menunjukkan angka 10 malam, barulah Dava pulang.
Dava hendak membuka helm dari kepalanya, tetapi sebelum benar benar terbuka, ada suara benturan yang membuat dia mengalihkan sejenak fokusnya.
Sekitar ± 10 meter dari tempatnya, ada dua orang laki laki yang ia lihat. Satu orang sedang diatas motor dan memegangi kepalanya. Satu orang lagi berdiri dibelakang orang itu sambil memegang balok kayu yang besar. Selang beberapa detik, sekitar 20 orang laki laki keluar dari cafe tempatnya bekerja. Dari 20 orang itu, 12 orang berdiri dibelakang sipemegang balok kayu, dan 8 orang berada di belakang yang satunya.
Sampai menit ke 7 Dava masih memerhatikannya, tapi saat dia tahu apa yang terjadi, dia langsung turun dari motornya dan berlari menghadang kelompok yang lebih banyak.
Tidak adil rasanya 13 orang melawan 9 orang. Ditambah 13 orang itu membawa senjatanya masing masing yang disembunyikan di punggung mereka. Dava melihatnya lebih dulu sebelum kelompok 9 orang itu. Makanya dia langsung bergegas mengamankan semua senjata itu. Dalam waktu kurang dari 3 menit, Dava berhasil membuat semuanya melepaskan senjata mereka. Caranya? Yah, sedikit dengan kekerasan.
9 orang disana terlihat kaget saat Dava mengumpulkan pisau, pemukul berpaku, bahkan sampai senjata api. Mereka tidak menyangka bahwa musuh mereka membawa itu semua. Bisa mereka pastikan, jika tidak ada Dava, sebuah cafe di kota akan mengukir sejarah tentang kematian beberapa pemuda.
"Siapa lo ikut campur urusan kita!?"
Seseorang dari kelompok 13 berkata."Dia bagian dari kita!" Laki laki yang berada diatas motor kini berbicara.
Dava mengenalnya. Dia adalah Gilang yang beberapa hari lalu mengajaknya berkenalan, saat setelah Dava menghabisi beberapa begal disebuah jalan.
Off
"Dari kejadian itu gue dianggap sebagai ketua dari 9 orang disana. Dan merekalah BD, yang sekarang anggotanya sudah bukan lagi satuan. 13 Orang itu adalah musuh BD sampai saat ini, mereka adalah anggota yang berkhianat. Gue ga pernah ikut tauran, apalagi terlibat pembunuhan. Percaya sama gue"
Dava tak ingin adiknya menganggap dia sebagai penjahat. Dava pastikan, apa yang bibirnya ucapkan, itu adalah kebenaran.__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Teen Fiction[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...