Kali ini kamar Askar hening. Niat ingin bersenang senang sepulang sekolah, tiga remaja ini kini malah mendengarkan cerita tak masuk akal.
Ken bilang selama ia tertidur, ia berbicara dengan seekor harimau yang bisa berubah menjadi manusia, dengan wujud manusia seorang bapak bapak yang sangat gagah dan berkharisma. Ken menyimpulkan itulah penjaga yang dimaksud kakeknya dulu.
Bapak itu memberi tahu, kalau Ken tinggal dirumah barunya, pada waktu yang tidak bisa diperkirakan, Makhluk yang Ken lihat akan kembali terlihat. Wujudnya tidak baik, dan Ken diminta untuk selalu beristigfar dan jangan takut. Kalimat terakhir yang Ken dengar sebelum ia terbangun, Bapak itu berkata, 'Jika bahaya mengintai, maka tingkatkan kewaspadaan. Jika celaka telah terjadi, maka bertahanlah. Allah telah menghendaki semua makhluknya akan kembali'
Mendengar cerita seperti itu Ardan dan Elvan semakin mempersempit jarak duduk mereka. Apalagi ketika Ken mendeskripsikan wujud makhluk yang ia lihat.
"Sebelum aku pingsan, abang aku bilang, kalo aku itu kesurupan dulu. Katanya aku udah kaya harimau yang lagi berantem buat cari pasangan"
"Rasanya gimana pas lo kesurupan?" Askar malah memancing Ken untuk lanjut bercerita. Sedangkan saat ini Ardan dan Elvan sedang melemparkan tatapan tajamnya pada Askar. Mereka ingin pembicaraan ini diganti dengan topik yang sedang hangat saat ini. Mafia PSSI.
"Engga ada rasanya. Pas aku liat makhluk itu, aku udah langsung ga sadar"
"Jadi lu bakal tetep pindah rumah atau kaga?" Askar mengemut permen kojek pemberian Kirey sambil bertanya kembali.
"Ya tetep pindah. Kasian dong ayah aku. Udah cape cape kerja buat bikin rumah, eh anaknya ga mau tinggal disana"
"Tapi jalan Kaera itu emang sepi sih Ken. Itutu jalan alternatif buat ke bogor kalau jalan puncak ditutup. Jangankan malem, lewat jam empat sore aja, orang udah gamau lewat sono"
"Takut hantu?" Ken memastikan kalimat penjelasan Askar berkesinambungan dengan otaknya.
"No. Tapi, mereka takut begal. Bisa jadi, hantu dirumah baru lo itu salah satu korban begalnya. Yoi ga?"
Karna cerita semakin menyeramkan, Ardan dan Elvan hanya mengangguk saja menyetujui ucapan Askar. Mereka berdua tak berdaya untuk mengalihkan pembicaraan super serius ini.
"Tapi rumah aku ga terlalu jauh dari jalan utama kok"
"Mau jauh juga lo gaakan masalah. Abang lo kan jago berantem, pernah punya prestasi matahin tangan dua orang begal pula. Lo juga setidaknya bisa berantem, meskipun lo cuma bisa bikin babak belur Ranggit, pencapaian lo gak terlalu buruk kok Ken. Ranggit juga bukan orang yang gampang kena pukul. Cuma kalo ada begal nyamperin lo, pilih begal yang paling bego, biar lo bisa menang. Oke?"
Ken dengan kepolosannya itu hanya bisa mengangguk. Dia beranggapan bahwa saran yang Elvan berikan akan sangat berguna kelak.
"Eh, kita bantuin lo pindahan jangan?" Ardan tiba tiba mengingat tugas teman sesungguhnya. Yaitu saling membantu.
"Engga usah. Lagian aku sama abang ga sampe bawa kursi, kasur, lemari dari rumah yang sekarang kok. Paling bawa baju sama barang yang memang perlu ajasih"
"Lu mah mencegat pahala yang mau datang ke gue! Lagian lu itu mau pindah apa mau kemping? Cuma bawa baju sama barang seperlunya. Herman gue!"
Elvan langsung mendapat jitakan keras dikepalanya. "Apa salah bapak gue sih? Dibawa bawa mulu perasaan. Lo kalo EDIbiarin malah ngelunjak!" Ardan membalas.
"Plastik daur ulang! Jangan bawa bawa nama itu dong!"
"Lo duluan yang bawa bawa nama bapak gue!" Ardan membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Fiksi Remaja[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...