Ken sadar

160 15 0
                                    

Cahaya ruangan mulai masuk kesela sela kelopak mata. Yang tadinya hitam, kini telah berubah kontras dari sebelumnya.

Ken mengerjapkan matanya beberapa kali, yang ia harapkan saat membuka matanya adalah pemandangan langit langit kamar, atau apalah yang memang wajar ada didalam ruang rawat. Tapi harapannya itu pudar, saat kali pertama ia membuka mata, wajah wajah mengagetkan milik teman temannyalah yang ia lihat.

Wajah Elvan yang penasaran. Wajah Ardan yang mengenaskan. Wajah Fasya yang ngeblur, Serta wajah Kirey yang...

Entahlah, terlalu dalam untuk di definisikan.

Ken berhenti memandang apapun disekitarnya saat matanya menangkap wajah Kirey. Entah ada apa, Ken tidak mau memalingkan wajahnya kearah apapun saat ini.

Lama Ken memandang, sampai wajah Kirey yang berubah membingungkan.

"Hachim!!!" Hujan lokal berjatuhan kewajah Ken begitu saja, tanpa persetujuan bahkan tanpa kontrak yang telah tertanda tangan. Kirey bersin diwaktu yang salah, seharusnya ia tersipu malu saat ditatap begitu dalam oleh pacarnya. Namun dia malah bersikap seperti menemukan sesuatu yang membuatnya alergi sampai harus membuang udara kotor yang telah ia hirup.

"Aduh maap Kenn" Kirey mengusap bibirnya terlebih dahulu, baru setelahnya ia usap wajah Ken dengan tangan yang sama.

"Anjiirrr" Elvan yang melihat itu merasa jijik sendiri. Mau Kirey adalah pacarnya kek, yang namanya air liur tetaplah menjijikan. Dan Fasya, Ardan pun seperdapat dengan Elvan.

Ken memasang wajah yang tak karuan. Namun tetap menerima apa adanya, bahwa muka yang ia punya sudah tak suci lagi saat ini.

"Sumpah. Ini adalah awalan yang buruk untuk pertama kalinya kalian berinteraksi setelah Ken koma enam jam yang lalu" Ardan memegang keningnya. Ia menggelengkan kepala atas adegan absurd yang tak pernah terbayangkan olehnya sama sekali.

"Ini juga awalan yang buruk saat aku buka mata pertama kali. Wajah kamu inii..." Ken menunjuk wajah Ardan. "Bikin aku takut kekamar mandi tauuk!" Lanjutnya tak terduga.

Ardan mulai merasa jengkel sekarang. Tapi dia menahan diri untuk tidak terpancing emosi. Ken hampir mati, tidak baik bertengkar dengannya saat ini.

"Ciye ciyee..." Ken tiba tiba menunjuk semua orang yang ada didepannya saat selesai memerhatikan wajah asli mereka satu per satu.

"Kalian baru nangis ya?" Lanjut lelaki itu menggoda.

"Ekhem! Kayanya dia lebih dari sekedar sehat. Nyok, pulang nyok!"

Fasya benar. Ken sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru bangun dari sekaratnya. Dia nampak baik baik saja, menjengkelkan seperti biasanya.

"Siapa bilang aku baik baik aja!? Aku sakit kok! Kireyy aku beneran sakittt" Ken langsung memegang dada kirinya, memasang wajah kesakitan agar Kirey percaya.

Ardan mendelik melihat Kirey yang kembali nampak hawatir. Elvan memalingkan wajahnya sambil tersenyum hambar. Dan Fasya mengipasi wajahnya karena mendadak udara ruangan tidak enak untuk dimasukkan kedalam paru paru.

"Perasaan yang luka itu dada kanan lo dehh" Ucap Elvan membenarkan. Ia tau dari cerita Dava dilorong saat menunggu kepastian dokter.

Ken memasang wajah bingung. Benarkah lukanya di dada kanan?

"Emm. Luka tembaknya mungkin didada kanan. Tapi dada kiri aku lebih sakit karena ada hati"

Ucapan Ken membuat Elvan, Ardan, Fasya bahkan Kirey sendiripun mengerutkan keningnya. Lalu apa masalahnya jika ada hati disana? Yang berlubang akibat peluru kan tetap dada kanan.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang