Dijenguk Pelatih

111 15 0
                                    

Dava menyeruput susu vanilanya sampai habis sebelum dia beranjak dari tempatnya. 

Ken dan Kirey yang sebelumnya sedang mabar sudah teralihkan sejak tadi dari game Angry bird mereka karena Dava. Dava sepertinya akan membunuh seseorang, itulah yang Kirey dan Ken simpulkan dari yang mereka dengar dari percakapan Dava dengan seseorang.

"A... Kireyyy... Aku sebentar lagi bakal jadi anak tunggal." Ken berteriak sedikit terlihat merengek. Kirey yang berada disampingnya memeluk Ken dengan penuh kasih sayang, mengusap kepalanya seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya.

"Yang sabar ya Ken sayanggg." 

Dava melirik dua bocah itu kebingungan. Ada apa dengan mereka? Dan kenapa Ken akan menjadi anak tunggal?

"Sebentar lagi bang Dava bakal dipenjara. Kirey... Temenin aku mulai saat itu ya... Aku harus urus semua tanggung jawab abang, termasuk semua aset yang Ayah bunda Kasih buat dia..." Ken menenggakkan kepalanya untuk melihat sang pacar.

Kirey dengan tatapan sok sedihnya meng Iya-kan. Sedangkan Dava melotot tak percaya dengan yang dibicarakan keduanya.

"Woi. kenapa gue harus dipenjara?" Dava dengan polosnya bertaya.

"Abang bego atau gimana sih? Ketularan aku nih kayanya!" Ken menetralkan wajahnya dengan begitu cepat. Dia nampak seperti biasa kembali, semacam yang baru saja ia lakukan hanya akting belaka.

"Menurut hukum undang undang di negri ini. Pembunuhan adalah tindak kriminal yang besar. Pelaku bisa dijerat dengan beberapa pasal yang berhubungan. Hal yang ia langgar salah satunya merebut hak asasi manusia untuk hidup. Demikian gambaran untuk abang seputar hukum pembunuhan. semoga bisa menginspirasi agar abang tidak melakukan apa yang telah abang niatkan." Kirey menutup presentasinya. 

Dava makin terlihat bingung setelah Kirey selesai berbicara. "Lo berdua adalah pasangan teraneh yang pernah gue temuin!"

Dia mengambil jaket bomber birunya, meyampirkannya di bahu lebar yang ia punya, lalu bergegas mendekati pintu keluar.

Ken memegang dada sebelah kanannya. Ada sebuah rasa sakit yang tiba tiba ia rasakan. 

"Argh!" Ken sebisa mungkin menahan rasa sakitnya. Tangan kirinya memegang dada, tangan kanannya meremas seprai kasur dengan begitu kuat. Ken berusaha meminimalkan rasa sakit yang ia terima dengan seprai sebagai pelampiasannya. 

"Abang, Ken kesakitan!" Kirey menghentikkan langkah Dava dengan teriakannya. Wanita itu langsung terlihat panik saat melihat Ken yang wajahnya perlahan berubah menegang.

"Jangan bercanda mulu." Dava memperingatkan.

"As_li. Sakit bang." Ken berucap sambil dengan nafas yang tersenggal.

Seketika itu juga Dava berlari kearah Ken. Da melihat lebih jelas keadaan Ken. Adiknya begitu terlihat kesakitan.

"Tolol!" Dava berteriak. Dia memukul keras ujung kasur adiknya lalu kembali berdiri menghampiri pintu.

"Dokter!!!!" Dava berteriak lebih keras. 

Tak perlu memanggil untuk kedua kalinya, seorang dokter sudah berlari tergesa gesa dari ujung lorong. Ada beberapa perawat yang kebetulan berada disekitar lorong juga ikut menghampiri. Dava tak bisa menemani adiknya yang sedang kesakitan ini, dia harus segera mencari si pemegang remot.

"Gue bakal balik cepet. Jaga dia sampai gue kembali nanti." Tidak adalagi orang yang dapat Dava percaya kecuali Kirey disana. Dia memberikan gadis polos itu tugas yang cukup besar. Mengambil resiko meninggalkan adiknya, demi menyelamatkan adiknya.

"Bang_" Ken dengan rasa sakitnya memanggil Dava. Wajahnya seperti meminta Dava agar tetap bersamanya. Ken takut, abangnya yang sedang dalam keadaan marah ini melakukan hal buruk. Terlebih sebelumnya dia juga berkata tentang bunuh bunuh orang. Bukankah itu membahayakan?

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang