Pengumuman 2!

116 15 0
                                    

"Assalamu'alaikum, terimakasih kepada seluruh orang tua yang sudah menyempatkan diri hadir disini. Saya tahu ibu dan bapak sekalian sangat sibuk dengan pekerjaan. Tapi, karena telah menyempatkan diri di waktu padat kalian, sekali lagi saya ucapkan terimakasih." Suara kepala sekolah Gazala yang sedang berpidato menggema di seluruh aula mengawali kegiatan rapat orang tua yang sedang di laksanakan.

Semua ibu ibu sosialita yang hadir sudah berisik karena hari ini rapat tiba tiba di ambil alih oleh Sean, kepala sekolah gaul sekaligus ayah dari Fasya. Masih ingat kan? Sean beralasan bahwa ada hal yang harus ia sampaikan kepada orang tua murid dan begitu penting. Tapi siapa sih yang akan percaya pada ucapan Sean? Manusia genit yang tidak bisa dipercaya. Paling juga Sean mau tebar pesona, iya tebar pesona sama emak emak sosialiteh yang dari tadi riuh riuh gajelas kayak liat artis korea. Kalau istri Sean tau, tamat lah kau Sean.

"Baiklah, hari ini ada beberapa pengumuman penting yang akan saya sampaikan, tapi sebelum itu, saya ingin menyapa dengan baik semua orang disini, bagaimana kabar bapak ibu hari ini?"

Tuh kan! Bener kan! Sean tuh emang niat tebar pesona. Masa nanya kabar pake kedip kedip mata segala? Kelilipan ya pak? Mau saya kasih lem powerblue biar ga bisa di buka lagi?.

"Baik pak!!" Semua ibu ibu menjawab serentak. Sean semakin senang karena modusnya kini berhasil. Parah!.

Memang, mayoritas orang tua yang hadir hari ini adalah perempuan. Bapak bapak hanya beberapa, dan mereka pun memilih untuk diam mendengarkan bagian penting dari pada mencampuri urusan ibu ibu dengan kepala sekolah centil itu.

"Alhamdulillah saya juga baik, haha oke, karna anak saya udah melotot gitu lebih baik saya langsung mulai saja rapatnya." Sean meringis saat melihat Fasya yang sudah menunjukkan kepalan tangan padanya. Ia pun kembali melanjutkan percakapan.

"Pada bulan ini akan diadakan event tahunan pekan olahraga pelajar. Karena sekolah kita adalah sekolah olah raga mana mungkin kita tidak mengirimkan peserta bukan? Nah maka dari itu, peserta yang akan diturunkan kali ini masih sama, kita memilih anggota devisi 1 dari masing masing cabang olahraga. Saya harap, bapak ibu sekalian tetap menyemangati anak anaknya yang tidak terpilih. Karena semangat dan doa orang tua adalah hal paling terampuh bagi anak." Beberapa orangtua mengangguk mengerti. Mereka menyetujui ucapan Sean. Sama dengan Umi Askar yang ikut mengangguk, Askar memang anak laki laki, tapi ia juga butuh semangat dari orang orang di sekitarnya.

"Selain itu, saya juga akan merundingkan tentang study tour anak anak kelas 10 tahun in_

"Assalamu'alaikum, maaf ya agak telat, maklum dari Bali, helicopter saya lagi di pake suami ke kalimantan." Ibu ibu dengan pakaian glamornya datang menghentikan ucapan Sean. Tangannya menjinjing tas bermerk dengan angkuhya. Dia adalah ibu Dyaris, seorang ibu ibu songong padahal rempong yang memiliki suami seorang pengusaha.

"Untung jet saya ngga satu, dan suami saya juga ngertiin kalau saya bepergian jauh. Lah ini, jauh jauh kok ngga ngerti acara penting." Seorang ibu ibu yang duduk di barisan kedua ikut menyahut. Ia mendelik namun tak lama kemudian bibirnya menyeringai. Matanya melirik celah aula yang terpampang wajah angkuh anaknya, Milo. Ia sedang berjalan dengan ponsel mahal yang di putar putar ditangan. Ibu sama anak sama aja.  Kini sudah di ketahui, pria tersombong seantero sekolah itu ternyata memiliki keturunan. Pantas saja kesombongan nya tidak habis tujuh turunan. Suneo versi asli telah terbukti adanya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Sudah! Sudah! Ibu yang baru saja datang boleh duduk di kursi kosong. Saya belum beres ngomong nih, saya juga orang sibuk." Sean melerai, ibu ibu itupun mendelik namun tetap duduk. Ia menghormati Sean sebagai kepala sekolah walau menyebalkan.

"Oke, saya akan lanjutkan, kali ini kita akan study tour ke Singapore, kita mencari Negara terdekat karena kalau jauh jauh kasian anak anak yang punya pacar, nanti LDR an, terus malah di selingkuhin. Kan kasian ya?"

Semua orang tertawa. Termasuk Danesh yang tertawa paling keras, meskipun dia tidak tau apa yang sebenarnya ia tertawakan. Menurutnya menertawakan lelucon adalah hal biasa ketika bertemu Sean. Jika Sean berbicara tanpa lelucon, bisa dinyatakan Sean sedang murung. Galau galau ala ABG labil.

"Oke, kita lanjut. Ada beberapa yang harus di persiapkan. Seperti konsumsi ringan, konsumsi berat, kita sengaja mengadakan konsumsi ringan karena kita tahu, perut perut anak jaman sekarang itu perut karet, kalau di kasih makanan berat beberapa kali aja mereka pasti bilang, 'pak cemilannya mana?' Dan lain lain alasan yang panjangnya kayak kereta."

"Selain itu, ada juga yang belum di persiapkan, pakaian tour, kita akan serentakan semua siswa yang ikut memakai pakaian yang sama saat  study tour. hanya untuk dipakai berangkat dan pulang saja, takutnya ada yang hilang kan gampang nyarinya, 'pak liat anak pake baju ini gak? Anak saya kembarnya kebanyakan jadi ilang satu' yakan?" Lagi lagi ucapan Sean mengundang tawa. Tak peduli jika topik yang sedang di tertawakan adalah anak mereka sendiri.

"Haha, saya sedikit lelah terus tertawa." Sean menyeka keringat yang berada di dahinya.

"Baiklah saya akan mengumumkan kembali apa saja yang belum kita siapkan, selanjutnya ada tranportasi ringan seperti bus atau kereta. Yang kita gunakan untuk bepergian saat tour disana, ada juga tiket tempat wisata, tiket pesawat pulang pergi, dan untuk hotel pun kami belum menyiapkan karena kami ingin orang tua sekalian menyarankan apa yang terbaik untuk anak anaknya nanti."

"Baiklah, sesi pe_

"Ekhem, karena saya sering bersodaqoh, dan saya tidak sombong seperti ibu yang tadi datang terlambat. Saya akan menyiapkan konsumsi ringan untuk seluruh siswa. Kebetulan, saya juga yang memiliki perusahaan konsumsi ringan terbaik. Saya yang akan menyiapkannya langsung. Sekian terimakasih. kalau punya rezeki itu sodaqohkan, bukan dimakan sendiri sampai habis. " Ucapan Sean terpotong oleh ibu ibu berhijab merah. Sean terdiam mencerna apa yang sedang terjadi. Ia tidak tersinggung, karena ia sering bersodaqoh. Ia melirik ibu Dyaris yang berdiri tersulut emosi karena ucapan ibu ibu tadi. Ia ingin melerai namun tak jadi karena sudah di dahului ucapan ibu Dyaris.

"Apa maksudnya? Anda menantang saya? Saya juga pandai bersodaqoh, saya bisa menyiapkan makanan berat untuk di perjalanan sekaligus untuk setiap kali makan di Singapore. Kurang sodaqoh apa saya? Saya sudah ikut menyiapkan walau bukan orang tua dari anak kelas 10."

Sean yang sudah mengerti tersenyum miring, ternyata, tanpa membutuhkan apapun ia sudah mendapatkan bantuan. Tidak perlu repot repot menyiapkan ini itu, jika para ibu ibu sosialita ini saling memanasi satu sama lain, semua yang di perlukan akan terselesaikan dengan begitu mudahnya. Dan ini adalah keberuntungan terbersar untuknya.

Terimakasih ibu ibu, karena gengsi kalian menjadi keuntungan untuk saya.

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang