Kepanikan Dava bertambah. Dia menggenggam tangan adiknya berusaha mencari tanda yang membuktikan adiknya itu masih hidup.
DUAR!!!
Satu peluru berhasil menembus punggung Dava. Raka berlari menghadang orang orang yang mulai kembali mengarahkan senjata mereka. Sayangnya Raka tidak memiliki izin untuk menggunakan senjata api, yang bisa ia lakukan hanya melepaskan senjata api milik orang orang. Dan membiarkan para polisi untuk membalas serangan mereka.
"Dav bangun!" Raka kembali berteriak. Jika tidak mau peluru lain menyentuh badannya, Dava tentu harus mengikuti perintah Raka. Namun laki laki itu keras kepala. Dia tetap duduk memeriksa keadaan adiknya.
DUAR!!!
Beberapa orang mulai tumbang. Untungnya dari kubu Dava tetap dalam keadaan siaga. Kini lawan mereka tak lagi 11 laki laki dewasa, hanya tersisa 4 orang, dan itu sangat imbang dengan kubu Dava.
"Menyerahlah. Kalian sudah terbukti dengan jelas melakukan tindak kriminal."
"Apa yang akan terjadi jika kalian semua mati disini? Siapa yang akan menjadi saksi?"
Polisi dan salah satu diantara kubu lawan kembali bernegosiasi.
Dava menemukannya!
Denyut nadi adiknya disusul helaan nafas yang halus.
"Ken masih hidup!"
Ucapan Dava membuat semua orang disana terkejut mendengarnya. Terlebih lagi para orang jahat. Mereka bahkan tak bergerak sedikitpun karena itu.
Raka dan rekan rekannya yang lain memanfaatkan kelengahan mereka. Senjata api sudah dirampas dan dikumpulkan disatu titik. Polisi telah mengeluarkan borgolnya. Dan kali ini, tidak ada kesempatan untuk mereka melarikan diri.
"Bagaimana kalian akan membunuh kami dengan tangan kosong yang terborgol?" Raka berbicara tepat didepan muka salah satu orang jahat. Ucapannya seperti menantang, didalam hatinya, Raka menyimpan cukup banyak dendam.
"Tidak mungkin dia masih hidup!!"
Dava menolehkan kepalanya, dia mentap tajam semua orang yang berani membuat masalah dengan keluarganya.
Orang orang itu, mereka tidak pernah tahu akan berakhir seperti ini. Tidak satupun dari lawannya terluka, senjata yang mereka bawa tak lagi berguna, dan terakhir, target utama mereka, dia masih bernyawa. Dan kini Ken tengah melemparkan tatapan tajamnya dibelakang Dava. Dia telah sadar.
"Kenapa bisa begini?"
Wajah panik mulai tergambar jelas dari 4 orang laki laki yang kini menjadi tahanan polisi. Mereka saling menuduh temannya. Menebak siapa yang salah atas gagalnya rencana mereka.
Pintu tembok yang tertutup kini perlahan kembali terbuka. Terlihat Zio dan beberapa orang bersamannya tengah berdiri menatap lurus ke arah dalam gedung.
Zio melihat dua anaknya baik baik saja. Orang orang yang bersama Dava berhasil mengamankan para pelakunya, begitupun dengan Zio. Dia berhasil menangkap si pemegang kendali alat dalam tubuh Ken, yang ternyata adalah pelatih sepak bola Ken sendiri.
***
Askar berlari kencang dari kantin menuju kelas Kirey. Seseorang memberitahunya bahwa kini adik perempuannya itu sedang menangis. Entah apa alasannya. Yang Askar tahu, Kirey baik baik saja saat terakhir kali Askar melihatnya sebelum latihan antar cabang olahraga.
Saat Askar sampai di ambang pintu, ia melihat Kirey yang tertunduk menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan yang ia simpan diatas meja. Disekeliling gadis itu ada cukup banyak orang yang berusaha menenangkannya. Namun sampai detik ini yang Askar lihat, Kirey masih mengeluarkan suara tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Novela Juvenil[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...