Dangdutan

97 16 0
                                    

Dikira Sean mereka semua akan mendapat tiket pesawat yang jam terbangnya sekitar magriban. Nyatanya malah tengah malam.

Syukurlah, jadi acara makan malam terakhir di Singapore tidak jadi dibatalkan. Setelah menunaikan shalat isha, Seluruh murid Gazala check out dari hotel dan segera menuju restoran yang telah disewa panitia hingga pukul 10 malam. Semuanya bersemangat, dari apa yang didengar, akan ada dangdutan juga disana. Wahhh, ini hal yang paling disukai oleh Elvan dan Ardan.

"Hallo semua siswa Gazalaaaaa!!!" MC Yang barusaja menaiki panggung langsung meyapa.

Restoran benar benar hanya berisi siswa gazala, tidak ada pengunjung lainnya. Itu sangat menguntungkan, jadi tidak ada anak Gazala yang jaim jaim untuk bergoyang nanti karena pengunjung lain.

"Kuy brad, Mari kita bersenang senangggg!" Ardan menarik tangan sahabat sahabatnya.

Hanya Elvan dan Ardan. Ken tidak ia tarik lantaran kedua tangannya tengah memijat lengan kiri Kirey yang pegal. Haish, engga dimana mana mereka berdua selalu memamerkan kemesraannya. Untung tidak sampai membuat Ardan Elvan Askar iri. Karena dimata mereka, Ken tidak terlihat seperti pacar Kirey, malah terlihat seperti pembantunya.

"Lu berdua aja dah, gue mau awasin si Ken" Askar menghentikan langkahnya yang membuat Ardan harus mengeluarkan tenaga lebih untuk menariknya kembali.

"A udah! Seneng seneng aja kitama sekarang. Si Ken botrok itu gaakan ngapa ngapain. Malah harusnya kita khawatirin dia, bisa ajakan Kirey yang ngapa ngapain Ken"

"Sangeunahna! (Seenaknya)"

"Tuhkan tuhkan. Lo aja kaga terima Kirey dituduh kaya gitu. Gue juga sama" Ardan yang barusaja mendapat jitakan dari Askar, kembali berargumen.

"Peduli amat lo sama si Ken! Jangan jangan..." Askar menunjuk wajah Ardan dengan tatapannya yang menerka nerka.

"Iya! Gue suka sama Ken. Puas lo!"

"Jijik anying" Askar langsung merangkul Elvan. Dia bergegas meninggalkan Ardan yang sedang drama itu.

"Hehehe. Ko aing juga jijik sihhh" Ardan tertawa sambil menggaruk garuk kepalanya. Lalu diapun bergegas menyusul Elvan dan Askar yang sudah bergabung dengan siswa lain di depan panggung.

Musik dangdut mulai terdengar. Beberapa siswi Gazala yang memiliki suara cukup baguspun, mulai menyumbangkan beberapa lagu untuk semakin memeriahkan acara. Ken dan Kirey masih bertahan dimeja tempat mereka makan malam barusan. Ken tetap setia memijati lengan Kirey yang katanya pegal karena menjinjing oleh olehnya dari mall ke parkiran tadi. Jikasaja Ken lebih pintar, membawa dua buku novel saja, tidak cukup bisa membuat tangan seorang remaja pegal. Apalagi remaja itu seperti Kirey yang dianugrahi kekuatan tambahan. Pegal itu hanyalah alasan, agar Ken tidak ikut bergoyang, bersama perempuan perempuan centil didepan.

"Udah dulu Ken. Sekarang aku kebelet pipis. Anter aku ke wc yu" Kirey menyingkirkan tangan Ken darinya. Dia berdiri dan langsung berjalan saat melihat Ken mengangguk menyetujui permintaannya barusan.

"Ardan kok gitusih?"

Kirey langsung mengarahkan pandangannya kepanggung saat mendengar gumaman Ken disebelahnya.

Ken pantas untuk merasakan heran. Karena didepan sana, tak sulit untuk menemukan Ardan. Laki laki itu kini tengah melompat lompat, menggerakan seluruh tubuhnya tanpa sejalan dengan irama musik yang diputar. Melihat Ardan seperti melihat orang tersetrum arus listrik yang tinggi saja. Bisa mati Ardan jika gerakannya membahayakan dirinya sendiri seperti itu. Kepalanya bisa lepas dan menggelinding kebawah panggung. Mengerikan!

"Ken aku udah kebelet" Kirey berucap saat Ken masih speechless melihat Ardan didepan sana.

"Oia iya. Ayo. Kalo kamu pipis disini, siapa yang akan bersihin"

"kamu lah" Kirey memasang wajah menggemaskan. Matanya melotot dan bibirnya sedikit dimanyunkan.

"Jangankan bersihin. Ngakuin aku kenal kamu aja gamau" Ken begidig ngeri. Dia menggenggam tangan Kirey dan kembali melanjutkan perjalanan menuju wc.

"Sosweet baget sihh. Uuu... Jadi pengen gampar" Kirey mencubit pipi Ken dengan gemas. Dan lelaki itu hanya membalasnya dengan senyuman tak berdosa.

"Where are you going? No boys allowed! This is the ladies' room"

Tiba tiba ada seorang wanita yang menghadang jalan keduanya ketika mulai memasuki arena toilet.

Ken tersentak mendengarnya. Ia pun melangkah mudur dan melihat papan yang berada di samping pintu toilet.

"Oh, sorry. I didn't read it" Dengan tawanya sebagai manipulasi agar wajah malunya tidak terpampang, Ken pun menyuruh Kirey untuk segera masuk.

"I think he's a freak. It's a good thing I don't know him" Kirey sempatkan mengungkapkan sebuah kalimat kepada wanita didepannya.  Sambil tersenyum miring Kirey pun masuk ketoilet dan meninggalkan Ken yang kini tengah tercengo menganalisis ucapannya tadi.

Kirey berbicara kepada wanita itu, bahwa dia tidak mengenal Ken. Astagfirullah, Ken kualat!

"Hhe... Hhe... Looks like I'm lost here" Masih dengan tawa yang sejenis dengan yang beberapa detik tadi ia keluarkan, Ken pun perlahan lahan menjauhi area toilet. Dia terlalu malu bertatap muka dengan wanita didepannya ini. Lebih baik dia menunggu Kirey dimeja makan sebelumnya.

Satu hal tentang Kirey. Dia terlalu biadab dijadikan seorang pacar! Hanya Ken yang sanggup bersabar!

***

"Kenapa pak, kok pulangnya tidak sesuai jadwal? Ada masalah apa?" Sean yang baru saja memasukkan kopernya kedalam bagasi mobil, harus segera menjawab pertanyaan dari salah seorang wali murid diantara wali murid lainnya yang sedang mengerubunginya.

"Besok saya akan kirim penjelasan di grup wassap. Harap sekarang izinkan saya pulang terlebih dahulu" Sean saja saat ini sudah sangat mengantuk, karena jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Heran. Ibu ibu ini nampaknya tidak pernah kehabisan tenaga. Bahkan di jam rawan ngorok seperti ini sekalipun.

"Benar ya pak. Saya tunggu kejelasannya. Rugi saya ngasih anak dua puluh juta hanya untuk tiga hariii" Ibu ibu yang berbicara itupun membuang mukanya dari Sean. Antara marah dan mau ria dia ini. Aduhhh

"Jika anaknya baik pasti uang itu akan dikembalikan Bu" Sean melirik kedalam mobil. Fasya disana sangat menikmati tidurnya. Ada rasa iba karna belum bisa cepat menyelesaikan urusannya dan bergegas pulang, ada juga rasa iri karena anaknya lebih dulu merasakan kenikamatan tidur kembali.

"Anak saya kan liciknya sama kaya saya. Dia pasti gaakan mau ngembaliin tuh uang"

"Nah. Berarti tetep bukan salah saya dong bu. Sudah ya, saya pulang duluuuu" Sean membuka pintu mobilnya.

"Assalamualaikum" Ucap Sean sebagai tanda perpisahan

"Waalaikumsalam"

Sean menutup pintu mobilnya setelah duduk disebelah Fasya dibangku belakang.

Sean kembali melirik ke anaknya. Wahh, dia benar benar terlihat pulas.

"Pak"

Sean menengokkan kepalanya. Supir pribadinya yang menyapa.

"Iya?"

"Memangnya ada apasih pak, ko bisa pulang mendadak seperti ini?" Pertanyaan supirnya itu tidak membuat Sean terusik. Mungkin karna posisi Sean yang lebih rileks karena sedang duduk. Baiklah, akan Sean jawab untuk yang ini.

"Sebenernya saya juga tidak mengerti. Tapi pimpinan ALD meminta untuk Gazala mengakhiri tour ini. Dia bilang anaknya sedang dalam bahaya, dan akan makin berbahaya jika berada dinegara orang"

"Tapi kenapa bapak harus mengakhiri tour Gazala? Suruh saja anak itu pulang sendiri dan menyerahkan tanggung jawab kepada keluarganya"

"Aihh, kamu tidak tahu seberapa berkuasanya ALD di negri ini. Hah, saya tidak mau ambil pusing, lagipula tour ini sebagian besar disponsori ALD, jadi Gazala sama sekali tidak dirugikan. Sudah ya, saya ingin tidurr"

DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang