Lorong rumah sakit dipenuhi isak tangis.
Tidak ada lagi kebahagian menyertai mereka. Salah satu yang mereka kenal kini tengah terbaring dengan mata yang tak kunjung terbuka.Ken. Remaja malang itu kini benar benar menyedihkan. Entah bagaimana keadaannya didalam, namun yang pasti Ken tidak sedang baik baik saja.
Niken menangis terisak. Zio berusaha menenangkan istrinya, meskipun dalam hatinya juga ia menahan amarah yang ingin segera diluapkan.
Ceklek!
Pintu ruangan yang sedari tadi ditunggu terbuka akhirnya benar benar terbuka. Dokter dan dua perawat yang keluar dari sana menampilkan wajah lelah mereka.
Niken adalah orang pertama yang menghampirinya. Bertanya keadaan Ken, dan bagaimana dia saat ini.
Dokter didepannya menyeka keringat. Dia mengeluarkan beberapa lembar hasil pemeriksaannya didalam.
"Kami telah melakukan pemeriksaan berulang ulang. Sesuai dugaan, peluru yang ada di tubuh anak ibu itu berjalan"Niken menghapus airmatanya. Dia memandang dokter dengan tatapan penuh tanya. "Mak.shud dokterr?"
"Ini pak buk" Dokter itu melihatkan lembaran lembaran yang ada ditangannya. "Yang ini adalah benda asing yang masuk kedalam tubuh anak bapak dan ibu" Dokter itu menunjuk sesuatu yang berbentuk bulat cerah dalam lembaran yang ia tunjukkan.
Zio memerhatikan setiap lembarannya dengan saksama. Tidak ada yang sama antara satu dan yang lainnya. Benda itu berada di posisi yang berbeda beda. Namun tidak ada tanda tanda bahwa ada lebih dari satu benda didalam tubuh Ken. Dokter berbicara, Jantung Ken sedikit terguncang hingga tak bisa mengompa darah dengan semestinya. Namun itu tidak lebih berbahaya dengan peluru yang masih ada dalam tubuhnya.
"Kami tidak bisa melakukan tindakan operasi karena posisi peluru yang terus berpindah pindah. Jujur ini yang pertama kali saya melihat peluru seperti itu, apa bapak tau tentang peluru ini?"
Zio menelan ludahnya. Nafasnya semakin tersenggal. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah untuk yang kedua kalinya.
"Bang" Zio memanggil putra sulungnya yang sedang terduduk sambil memerhatikan pembicaraan.
"Kamu tau?"
Dalam mengenali alat alat seperti ini, Dava lebih tau dari Zio. Entah dari mana, tapi Dava selalu bisa mendapatkan alat alat canggih untuk keamanannya.
Dava berdiri dari tempat duduknya saat sang ayah menyodorkan kertas kertas dari dokter tadi. Dia melihat semua hasil pemeriksaan adiknya, sebuah benda kecil yang terlihat seperti kapsul obat yang kini bersarang ditubuh adiknya seakan pernah Dava temui sebelumnya.
"Apa peluru itu akan meledak?"
Niken kembali meneteskan air matanya karena pertanyaan Zio. Apa yang akan terjadi jika peluru itu meledak? Apa Ken akan terluka? Apa Ken akan merasa kesakitan? Atau dia akan kehilangan hidupnya?
Brug!!
Semua yang berada dilorong terkejut dan menjerit memanggil Niken. Dia tiba tiba tak sadarkan diri. Tubuhnya melemas tak terkendali.
Zio langsung mengangkat tubuh istrinya itu. Salah satu perawat menyarankan Zio membawa Niken keruangan yang ia tunjukkan, itu agar Niken bisa beristirahat dengan nyaman. Jika terus berada dilorong, Niken bisa benar benar sakit karena terlalu memikirkan anak bungsunya.
Sampai menit ketiga sejak kepergian zio dari hadapannya, Dava masih fokus memerhatikan gambar gambar di tangannya. Sampai akhirnya dia kembali memilih duduk disebelah Raka.
"Abang Davvvaaaa..." Kirey tiba tiba menghampirinya, duduk dilantai dan memeluk lutut Dava. Perempuan ini sekarang sudah seperti orang gila, sepatunya entah dimana sekarang, rambutnya berantakkan, matanya merah karena terlalu banyak menangis. Tapi anehnya, wajah imut Kirey tidak hilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA 2: KENZO RADAVI ALDRYAN
Teen Fiction[DIHARAP MEMBACA CERITA 'DIA' PERTAMA TERLEBIH DAHULU] Dia, KENZO RADAVI ALDRYAN, adik dari seorang ketua kumpulan berbahaya. Kini dia bukan lagi seseorang yang tidak diandalkan. Dengan sebuah fakta yang terungkap, membuat semua yang disimpan perlah...